Sama-sama komoditi, apa bedanya?
Beberapa waktu padha ribut-ribut masalah menurunnya daya serap pembelian buku cetak, harga bahan pokok cetak yang makin mahal, toko buku yang kurang mendukung dan seterusnya. Beberapa majalah cetak gulung tikar membuat para penulis makin galau. Alamaaak.
Mau nggak mau bisik-bisik sampai yang terang-terangan dalam bentuk artikel ataupun catatan di fesbuk, cuitan di twitter ataupun postingan di blog itupun cukup membuat kethar kethir juga.
Tapi saat berkendara suatu sore dari arah rumah ke arah rumah ibu, dan melewati perumahan baru yang sudah mulai tertata, banyak kedai yang masih ramai, juga beberapa toko roti yang baru dibuka di sebelah toko roti lama, mobil bak yang nge-drop barang-barang (dagangan mestinya) di depan swalayan, toko busana yang juga makin menjamur, tiba-tiba saja sebuah pikiran melintas,
Lha yo, lha wong ya sama-sama komoditas. Rumah, makanan, jajanan, busana, dan lainnya saja masih dibutuhkan sehingga terus berjalan meski keadaan perekonomian konon katanya amburadul. Kan buku kan sama juga, masih dibutuhkan. Apalagi buku dan membaca adalah investasi. Iya kan?
Sama-sama komoditas, jadi ya masih lah, masih akan jalan. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar