Insto Dry Eyes Buat Writerpreneur
Susah nggak
jadi writerpreneur? Apalagi yang hybrid alias mengalir ke sana sini, ngerjan
apa saja sampai diarani cah ra cetho, dianggap bocah nggak jelas. Ya nulis
buku, ya ternak blog, ya ngajar kepenulisan, ya coaching, ya ngamen alias
manggung jadi nara sumber seminar, workshop dan lain-lain, sampai jualan
buku-buku sendiri maupun buku-buku lainnya. Oh ada lagi, ya liputan, ya meng-
endorse produk maupun event, ya mendesainkan dan membangun website buat klien,
ya digital marketing dan lain sebagainya. Bahkan belakangan bikin coding juga
sama mulai nulis paper. Wohoooo…
Sekali lagi
kalau ditanya, susah nggak sih jadi writerpreneur?
Jawabannya: antara
susah-susah senang sih jadi hybrid writerpreneur.
Kayak siang itu
di tengah Jakarta yang panas, macet dan penuh polusi, aku harus lari-lari dari
satu panggung setelah sharing kepenulisan menuju radio di lokasi yang lain dengan
jarak yang jauh banget. Padahal jadualnya sudah mepet. So buat menghindari
kemacetan dan sampai tepat waktu, aku terpaksa
naik gojek. Duduk membonceng di tengah
Jakarta yang udaranya sungguh aduhai kotornya oleh polusi asap kendaraan dan
debu, membuat mataku tambah kering. Rasanya perih banget. Tapi terpaksa aku
tahan. Pokoknya hybrid writerpreneur harus kuat. Harus.
Begitu turun dari
gojek, aku langsung menuju pos satpam.
“Pak, toilet
sebelah mana ya?” aku bergegas bertanya sambil menahan perihnya mataku.
“Masuk saja,
mbak. Sebelah kanan,” pak Satpam memberikan petunjuk dengan jarinya.
“Matanya kok
merah, mbak,” sambung pak Satpam.
“Duh merah ya.
Memang sakit sih pak,” aku menahan tanganku sendiri supaya tidak mengucek-ucek
mataku.
“Segera
diobati, mbak,” saran pak Satpam.
“Kalau nggak
bawa obat, mbak bisa minta ke bagian kesehatan,” lanjut pak Satpam.
Baik banget nih
pak Satpamnya.
“Terima kasih
pak,” aku pun berpamitan dan segera menuju toilet dalam bangunan.
Di depan cermin
kuperhatikan mataku yang merah dan kering. Alhamdulillah aku selalu membawa
insto dry eyes dalam tasku. Juga obat-obatan lainnya. Apalagi kalau bepergian jauh begini. Persiapan
saja kalau-kalau sesuatu terjadi padaku sementara tempat yang kusinggahi jauh
dari apotik maupun toko lain yang menjual obat obatan.
Aku mengambil Insto dry eyes berkandungan bahan aktif yang dapat mengatasi kekeringan
pada mata dan dapat digunakan sebagai pelumas pada mata. Selain itu juga
memiliki bahan aktif yang dapat membunuh bakteri.
Obat tetes mata Insto dry eyes yang aku ambil dari dalam tas
coklatku ini berada dalam tabung bening dengan isi 7.5 ml.
Kuteteskan sedikit ke arah mataku. Kemudian aku
kerjap-kerjapkan mata supaya obat insto dry eyes nya meresap baik. Alhamdulillah
beberapa saat kemudian merah di mataku mulai memudar.
“Oh syukurlah,” aku melepaskan nafas lega.
Ini masih untung acara talk shownya di radio sehingga wajah
dan mataku tidak terekspos. Karena kan pendengar hanya perlu suaraku. Lha kalau
pas tampil di televise seperti pada event event sebelumnya, kan berabe kalau
mata terus berwarna merah dan nggak sembuh. Penampilan jadi nggak prima dan
malah mengganggu para penonton.
Usai bebersih dan touch up memperbaiki dandanan di toilet,
aku menuju lift naik ke ruangan di mana aku harus talk show bedah buku hari
ini.
“Wah cerah sekali, mbak,” sapa sang penyiar.
“Alhamdulillah. Terima kasih,” kulemparkan senyum terbaikku.
Terima kasih Insto.
Mata Kering, Mata Sepet, Mata Pegel, Mata Perih, Mata Lelah
merupakan gejala mata kering. Solusi pegal,
sepet dan perih pada mata tentu saja Insto Dry Eyes