improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tips Menulis Novel: PANTSER atau PLOTTER

Tips Menulis Novel: PANTSER atau PLOTTER





Pertama, apa itu Plotter dan Pantser? Pada dasarnya, tipe penulis terbagi jadi dua bagian besar, yaitu Plotter n Pantser. Namun, harus diingat kalo kategorisasi ini BUKAN kek kelompok Hitam-Putih. Plotter dan Pantser adalah SPEKTRUM metode pendekatan pada proses menulis.


Ada penulis yg plotter murni, ada yang pantser murni, dan sebenarnya (saya hampir yakin) sebagian besar penulis adalah tipe campuran antara keduanya. Mungkin, cuma kadarnya aja yg beda2.

Tipe Plotter adalah penulis yang bikin OUTLINE detail sebelum mulai menulis. Semntara, Tipe Pantser adalah penulis yang langsung terjun ke tulisan bahkan sblm dia tahu ttg ceritanya selain IDE DASAR. Mana yg lebih bagus? Tidak ada yg lebih bagus. Ini cocok2an aja.

Kali ini, gw cuma akan bahas penulis PLOTTER yg bikin outline dulu. Apa yang sebenarnya ditulis dalam outline? Bagian terbesar dari Outline adalah PLOT. Penulis Plotter menyusun serangkaian Plotpoint yang menjadi acuan dalam menulis.


TAPI, PLOT tidak bisa berdiri sendirian. Jadi, dlm outline juga ada informasi karakter, setting, adegan, narator, bahkan POV, data2 hasil riset, jumlah kata, dan perencanaan pembagian bab, dsb ... dsb ... yg dianggap perlu.

Outline adalah KITAB TAKDIR di sebuah dunia FIKSI. Cuma dg baca outline, selesai tuh semua perkara dlm novel (KALAU outline-nya dibuat superlengkap komponennya).

Seluruh komponen dalam Outline fungsinya adalah "serve the plot", karena TUJUAN dari penyusunan outline adalah menghasilkan PLOT yang MASUK AKAL untuk terjadi.

Apa itu Plot yang masuk akal? Plot yang masuk akal adalah plot yang seluruh susunan plotpoint di dalamnya BERHASIL menunjukkan hubungan sebab-akibat yang memenuhi standar LOGIKA.

Menulis novel pada dasarnya adalah Menyusun serangkaian adegan melalui penggunaan informasi secara efektif untuk membangun ARGUMEN atas kemasukakalan cerita.
jadi, outline itu bisa TEBAL

Tulis tangan dulu trus disusun struktural pake MWord (xls jg bole). Biar gampang diikutin.

Kenapa begitu? Karena ada fungsi lain dari Outline buat seorang penulis, yaitu: ALAT untuk menguji pola-pikirnya sendiri. Lewat outline, kita sudah bisa memeriksa apakah jalan cerita yang kita susun MUNGKIN untuk dieksekusi, diperbaiki, atau malah mending dibuang aja.

Jangan pernah sayang membuang atau menghapus tulisan/ide. Keahlian menghapus tulisan adalah ketrampilan terpenting untuk seorang penulis stlh tidak buta huruf.

Lewat outline, seorang penulis menguji dirinya sendiri. Apakah ada argumen bolong? Ada kejadian gak masuk akal? Ada deus-ex-machina? Ada karakter sia-sia? Kurang data? Harus riset lagi? Apakah ketebalannya cukup? Berapa lama pengerjaannya?


Semua perkara2 yg bakal mempengaruhi naskah novel bisa dianalisis lewat Outline (bahkan bisa diujikan ke orang lain yang kita anggap mumpuni). Misal: minta tolong temen utk liat "eh, cerita ini gimana? Masuk akal nggak?"

Apa yang dihindari oleh seorang PLOTTER? MENTOK! Yup! Penulis Plotter sebenrnya sedang mnghindari terjadinya MENTOK di tengah proses penulisan.

Waktu sdg aktual menulis novel, seorang plotter bener2 cuma nulis ngikutin panduan yg sudah dia buat sendiri sblmnya. Nggak ada lg proses riset, ngecek data, mikir mau ke mana, dsb. Doi cuma menulis novelnya dg cara ngecek outline. Sisanya ud dilakukan sblmnya.

Apa kelemahan dari Plotter? Proses Aktual Menulis-nya jadi terasa sangat TEKNIS (dan bisa membosankan). TIDAK ADA lagi kejutan dan petualangan selama proses menulis karena semua kejadian sudah diketahui sejak awal.

Proses Kreatif Penceritaan seorang plotter terjadi saat dia membuat outline. Pas Proses Aktual Menulis, seorang plotter "cuma" menyusun kata-kata untuk membangun DRAMATISASI lewat struktur permukaan tulisan. (Dramatisasi cerita sudah dilakukan di outline).

Buat Penulis Plotter, nggak bakal ada tuh pertanyaan: Apakah tokoh ini akan gw buat mati? No! Dr awal udah ketahuan si tokoh bakal kenapa2 apa nggak. Atau, eh! Atau mati trus idup lagi? Nggak.

Kalo sampe di tengah proses penulisan ada perubahan, Plotter akan berhenti nulis dan balik lagi ke outline-nya utk ngecek apakah perubahan itu menimbulkan akibat pada bagian lain dr novel.


Perubahan itu membuat PLOT berubah signifikan bahkan terhadap Protagonis dan seluruh novel.
Wajah tersenyum dengan mulut terbuka dan keringat dingin


enaknya jadi Plotter. Kita bisa memeriksa apa efek perubahan yg kita buat. Seberapa jauh akibatnya. Cuma berakibat sama satu kejadian, atau malah berentet ke mana2? Bayangkan kalo saya Pantser, perubahan ini bakal bikin proses rewriting yg masif.

Jadi, apakah sy spnuhnya Plotter? Sbnrnya nggak juga. Saya tetep membuka kemungkinan perubahan outline bahkan ketika sedang dalam proses menulis. Outline should serve the story and not the other way around. Outline harus tunduk sama cerita.

Plotter jangan keras kepala sama outline-nya sendiri, klo nggak mau hasil ceritanya kaku n ketebak. Kaku n ketebak adalah salah satu jebakan betmen buat penulis tipe Plotter.

Cara sederhana utk menghindari kesan kaku adalah: CEK SETTING mikro di dalam novel. Apakah terus2an di tempat yg sama? Apakah terus2an indoor? Atau outdoor semua? Setting BUKAN cuma latar cerita "biar bisa dibayangin".

Asli! Gw agak sebel itu sama frasa "biar bisa dibayangin" yg jadinya overrated. Gw sering banget denger "biar bisa dibayangin" pas nanya "kenapa ditulis dg cara ini?" Coba cari alasan lain yg lebih bagus, lah

SETTING adalah salah satu fondasi penting dr semua jenis adegan. Contoh: Adegan dialog antar tokoh. Apa sih dialog? Dialog sbnrnya cuma adegan tanya-jawab.

Setting (bisa) mengubah dialog jadi gak cuma tanya-jawab. Dialog jadi PUNYA nilai. Dialog yg tujuannya sama bs beda klo settingnya beda. Nembak cewek/cowok di kelas ama nembak di atas metromini beda, kan? Bikin adegan nembak cewek di kuburan? Pernah nyoba?

Penulis Plotter sgt mngkn terjebak "kaku", "klise", n "monoton". Js, awalnya, coba ubah2 setting. Pindahin tokoh ke mana, kek. Jgn di sekolah muluk. Klo pun di sekolah, pindahin ke pojok2 aneh. Detik ini, Kantin itu klise. Kecuali di kantin ada portal menuju dimensi lain.

Setting sangat berpengaruh sama perubahan Model Situasi.

Buat Plotter (trmasuk gw sndiri): Jangan lupa utk bisa melakukan self-critics n self-assessment. Tiap titik plot, tiap adegan, tiap karakter, dan semua yg ada di outline harus sempet ditanyain: "Kalau bukan ini, ada cara lain?



Aturan dibuat untuk dilanggar
taken from wisnucuit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad