improving writerpreneurship

Post Top Ad

April 09, 2016

Ritual Mengundang Uang

by , in
Ritual Mengundang Uang

Kasak kusuk di sudut warung Mbah Karmi melibatkan empat pemuda tanggung menyita perhatian Ifan. Dua orang di antaranya ia sudah kenal beberapa bulan ini. Maklum sebagai pengangguran tak kentara, Ifan mulai menyukai warung mbah Karmi sebagai tempat kongkow sekaligus pelarian karena ada banyak pemuda dan juga pria sejenis dengannya. Suka bermimpi muluk-muluk tetapi kurang suka bekerja keras.
Malu? Ah kenapa malu? Kan sekarang bahkan menjadi tren bagaimana sedikit bekerja tapi banyak menghasilkan. Buku-buku tentan ini konon juga bertebaran di mana-mana, di toko buku tentu saja. Mengajarkan agar seseorang menjadi pemalas saja tetapi berpenghasilan. Tentu saja Ifan tidak membaca bukunya keseluruhan. Hanya baca judulnya tapi kan sudah cukup bisa ia membayangkan isinya. Malas kok diajarin sih. Sudah pinter banget. Malas mah gampang. Tapi bagaimana menghasikan..hmmm…empat pemuda ini sepertinya punya jawabnya. Lihat saja, matanya melebar dan mulutnya menganga semua. Seperti menemukan sesuatu yang hebih yang berkaitan dengan keuangan dan kemakmuran. Entah, mungkin Ifan sendiri yang terlalu pede menebak-nebak.

Eh, Ifan. Kenapa malu-malu gitu. Sini gabung saja”
Pranoto, cowok berambut gimbal yang mengaku sarjana peternakan itu menggerakkan tangannya, memanggil Ifan untuk mendekat. Ragu-ragu lelaki dua puluh dua tahun itu menyalami keempat lelaki lainnya yang sekarang berada di dekatnya.
Apa yang sedang dibahas? Pikirnya.
Mencurigakan.
Grandong 
Ifan terkejut setengah mati. Seram sekali nama itu. Seseorang yang duduk di tengahlah yang mengeluarkan suara berat dan dalam itu sambilmengulurkan tangan duluan. Wajahnya garang. Senyumnya nanggung. Ada luka di alis kanannya yang tebal. Ifan menerima uluran tangannya dengan sedikit senyum, kuatir berlebihan. Sambil menyebutkan namanya sendiri.
Nama aslinya Udin. Tapi semua orang memanggilnya dengan nama Grandong jelas Pranoto. Ibisa menangkap keterkejutan dan sedikit ketakutan di wajah Ifan.
Oh, hehe komentar Ifan pendek sambil menghela nafas.
Isegera mengalihkan pandangannya. Jatmiko yang duduk di sebelah kanan Udin atau Grandong sudah berkenalan dengan Ifan tiga bulan lalu. Meski tak akrab tetapi mereka berdua biasa saling bertegur sapa dan kadang mengobrol tentang musik atau burung. Bukan burung yang itu lho? Tapi yang benar-benar bisa berkicau.
Satunya lagi berkaca mata, kurus dan sayu menyambut uluran tangannya dengan gontai. Semoga bukan anak junkiesinsting Ifan menyelidik sambil harap - harap cemas.
Edi katanya singkat.
Ifan pun memperkenalkan diri sambil mengambil tempat duduk di dekat mereka. Memesan kopi dan mengambil cemilan.
Kamu mau ikutan nggak?” Tanya Jatmiko tiba-tiba membuat Ifan bengong karena memang tadi sama sekali tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
Ikut apaan?
Sudah pernah dengar ini belum, Fan?”
Pranoto dengan suara lirih setengah berbisik memaksa Ifan mempertajam pendengarannya. Jatmiko, Grandong dan Edi saling mengerling,membertanda satu sama lain, seperti meragukan sesuatu. Serahasia apakah yang akan kudengar, pikir Ifan.
Grandong baru saja dapat ilmu bagaimana mendapat uang dengan mudah. Biar Grandong yang menjelaskan. Silakan. Ifan bisa kita ajak. Kan kita butuh minimal lima orang
Ifan langsung duduk tegak. Informasi seperti ini yang selalu dicarinya.
Aku dapat informasi dari sumber terpercaya
Grandong membuka narasinya.
Ada jin atau makhluk halus yang suka memungut uang yang jatuh di jalan. Imenyimpannya. Dengan ritual tertentu, kita bisa meminta jin itu memberikan penemuan mereka kepada kita kata Grandong dengan nada serius.
Bulu kuduk Ifan perlahan meremang. Makhluk halus? Haduh!
Tapi apa itu bukan mencuri namanya? Kriminil? Mengambil yang bukan hak kita
Ifan menutupi ketakutannya dengan alibi lain.

Enggak dong. Kan jin itu menyerahkan sukarela kepada kita setelah kita melakukan ritual. Dan lagi dia mengambil sesuatu yang sudah jatuh di jalan. Bukan mencuri di lemari seperti tuyul sergah Grandong membela diri juga membeli jin yang entah siapa namanya dan bagaimana wajahnya.

Tapi ini jin lho, hati Ifan kecut sebenarnya, bagaimana kalau ia pingsan atau bahkan mati terkejut melihat jin itu nanti.
Bagaimana? Mau ikut nggak?  tanya Pranoto.
Ifan termangu-mangu. Belum menjawab.
Ini sudah Rabu sore. Kamis malam kita mau kumpul di rumah GrandongKalau kamu tidak mau ikut, kami terpaksa cari orang lain. Waktunya sudah mepet
Pranoto seperti memojokkan Ifan, memaksanya untuk segera mengambil keputusan.
Didorong oleh keingintahuannya yang tinggi, Ifan akhirnya mengangguk meski masih ragu-ragu. Seperti apa ritualnya? Apa benar menghasilkan uang?
Kita berlima akan memulai ritual ini jam dua belas malam. Duduk melingkar, telanjang, mengitari nampan berisi sesajen yang nanti kusiapkan Grandong melanjutkan petunjuknya.
Tanpa busana gitu? Hiiii….
Ifan bergidik. Keempat pemuda lainnya tertawa-tawa.
Telanjang dada, maksudku. Boleh pakai celana. Tapi kalau kamu mau udo blujut, bugil, juga nggak apa-apa
Goda Grandong membuat semua terbahak-bahak.
Sesajen? Kening Ifan berkerut-kerut.
Mata kita harus terpejam selama ritual itu. Setelah aku baca mantra-mantra yang sudah seminggu ini aku hafalkan, makhluk halus itu akan datang dan meletakkan uang hasil temuannya ke atas nampan di tengah area yang kita lingkari.
Mantra? Ini syirik pikir Ifan.
Isempat berpikir untuk mundur tapi jiwa petualangannya memanggil.
Ah, aku akan ikut dan membuktikan bahwa mereka salahDan aku bukannya ikut ritual syirik, aku hanya ingin ikut sedikit mencicipi pengalaman baruPikirnya mencoba mencari pembenaran atas keputusan yang diambilnya senja itu.

**

Bunyi ponsel yang melengking membangunkan lamunan Ifan di siang bolong itu. Badannya yang sedikit tambun bergerak mengambil ponsel bututnya di atas meja dalam kamarnya yang berantakan.

Jangan lupa nanti malam, Fan”
Pranoto yang menelponnya. Kamis yang akan menjadi sejarah dan legenda dalam jejak petualanganku, Ifan bersorak dalam hati.
Siap. Beres.”
Jawabnya mantap. Imerasa beruntung menjadi bagian dari sekelompok orang gila yang mau mencoba apa saja untuk mendapatkan uang.Mengalahkan ketakutan dan menembus batas.

Sudah, gih sana tidur. Ntar malam biar nggak ngantuk
Pranoto menyarankan sesuatu yang masuk akal. Benar, jangan sampai dia tertidur di tengah ritual nanti.
Oke!”
Mantap sekali dia menjawab.
Aku jemput kamu jam delapan bakda Isya
Pranoto mengingatkan sekali lagi sebelum mengakhiri percakapan mereka.
Ifan bersegera mengambil posisi berbaring di tempat tidur usai menutup telponnya.
Namun meski ia memaksakan diri, siang itu ia tak berhasil tidur. Ngeri membayangkan seperti apa makhluk halus yang akan datang itu.Bagaimana kalau ia lapar dan tidak makan sesajen tetapi malah mengambil korban salah satu dari mereka. Bagaimana kalau korbannya adalah Ifan. Cenatcenut sendiri ia memikirkan beberapa kemungkinan terburuk.

**

Rumah Grandong kecil saja. Sempit bahkan. Hanya ada satu ruang tamu sekaligus ruang makan tanpa meja kursi perabot. Satkamar tidur dan satu kamar mandi. Semuanya berdekatan posisinya. Tipe 21? Ya begitulah kira-kira. Dia tinggal sendiri sepertinya.
Berbagai aksesoris aneh memenuhi dinding-dinding rumah itu. Kebanyakan berwarna hitam, abu-abu dan merah darah yang menyeramkan. Adabeberapa tulisan seperti tulisan arab tapi Ifan ragu tak bisa membacanya dengan jelas. Mungkin itu yang disebut rajah. Sebuah tasbih besar dominanmenggantung di tengah dinding ruangan berseberangan dengan pintu masuk. Kelewang dan samurai tiruan pastinya bertengger di dinding lainnya.Gambar-gambar seram hampir mendominasi seluruh ruangan. Namun ada juga selembar kaligrafi terpajang di dinding. Gambar Kabah meski kecil. Adasetumpukan kitab di meja kecil di pojok ruangan.
Siapakah Grandong sesungguhnya? Pikir Ifan. Dukun? Pemuja setan? Tapi Pranoto tadi bilang Grandong ini dianggap agak kyai oleh teman-temannya. Kyai apa?
Ifan menyesal tak sempat mengenal lebih lama teman barunya ini terlebih dahulu sebelum dia memutuskan bergabung dengannya. Bagaimanakalau ada yang terbunuh malam ini? Bagaimana kalau sebenarnya Grandong membutuhkan dan ingin mengambil tumbal salah satu dari mereka?
Sudah makan semuanya kan? 
Tanya Grandong memecahkan hening yang tercipta di antara perasaan suram mencekam.
Sudah jawab Pranoto, Jatmiko dan Edi hampir bersamaan.
Ifan hanya mengangguk kecil. Apa Grandong sudah makan? Itak mau dimakan Grandong malam ini? Penampilannya menyeramkan. Baru malam ini Ifan memperhatikan bahwa ada gigi -gigi Grandong yang tampak lebih tajam dari gigi pada umumnya yang pernah ia lihat. Bibirnya terlalu merah untuk lelaki. Apakah ia minum darah? Apakah ia keturunan vampire?
Hiiii…..

**
Mereka berbasa - basi sebentar sambil mendengarkan kembali penjelasan Grandong. Tidak ada yang berani bergurau mala mini ternyata.Semuanya tampak tegang. Setidaknya begitulah perasaan Ifan.

Pukul dua belas malam kurang tujuh menit, semua bersiap di dekat nampan berisi sesaji di area lingkaran yang telah ditandai dengan kapur. Ifan bengong ketika keempat kawan lainnya dengan tenang membuka baju, bahkan celananya.
Celananya dilepas, Fan. Kan harus pakai celana dalam saja kata Pranoto.
 Duh. Beneran nih pake celana dalam doang?”
Ifan merasa keberatan sebenarnya. Ini tengah malam di rumah orangApakah Grandong ingin memastikan bahwa tak ada seorang pun di antara mereka yang membawa senjata? Ataukah dia semacam orang yang sakit jiwa dan hendak memperkosa?
Wah, Ifan semakin was was.
Fan?
Tegur Grandong dengan suara agak keras.   Beneran ya?
Gagap-gagap Ifan bertanya kembali. Ingimemastikan dan berharap ada sedikit keringanan untuknya.
Iya, beneran dong. Gimana sih. Bukannya sudah dibilangin kalau pake celana doang”
Jawab Pranoto yakin karena Grandong hanya diam melotot.
Ya iya sih. Tapi kupikir pakai celana tuh ya pakai celana ini. Bukan celana dalam”
Ifan tak ingat sama sekali tentang aturan yang ini. Tampaknya ia melewatkan keterangan Grandong atau Grandong lupa menerangkan ini padanya.
Yo wis lah. Sekarang sudah tahu kan. Cepetan lepas gih ujar Grandong sambil melirik jam dinding. Dia mulai tak sabar. Hampir jam dua belas malam.
Ifan tak punya pilihanDia terjebak dalam situasi ini. Tak bisa menghindar lagi.

**

Aduh. Dingin banget nih. Ini pasti gara-gara lubang atas dan bawah pintu yang terlalu lebar. Angin malam menerobos masuk dan Ifan yang duduk membelakangi pintu menjadi korban utamanya. Tapi untung juga dingin, jadi ia urung ngantuk. Karena menahan dingin, ia jadi tetap terjaga meski prosesi aneh ini mengharuskannya untuk merem, menutup mata.
Grandong yang memimpin upacara mulai mengeluarkan kemenyan, menyalakan dupa. Bau mistis segera menyebar ke seluruh ruangan. Bulu kuduk serasa berdiri atau memang benar-benar  berdiri. Mantra yang dibaca Grandong dengan irama naik turun juga bunyi-bunyian yang seram membawa seluruh penghuni ruangan dicengkram ketakutan dan kengerian. Sepertinya yang dikatakan Grandong bahwa ada makhluk halus yang turut hadir dalam upacara mereka ini akan segera datang.
Jantung semakin berdebar kencang ketika Grandong mulai melemahkan suaranya dan perlahan -lahan semakin rendah nada dan intonasinya. Lalu senyap. Sepi. Semua menunggu. Menunggu dalam diam. Dupa merasuk wangi anehnya ke dalam hidung. Asap mengabut di sekitar mereka. Bahkan menampar ringan wajah-wajah para pemuja duniawi tetapi mengaku spiritual ini.
Ada bau busuk tiba-tiba menerobos di antara wangi aneh kemenyan. Kengerian semakin terasa, horror. Mungkinkah ini artinya jin yang diharapkan datang itu sudah mulai memasuki arena?
Apakah upacara mereka ini akhirnya berhasil. Perasaan takut, ngeri dan juga harap-harap cemas menyelimuti mereka. Bau busuk itu semakinmerasuk.

Ifan curiga sedikit dengan bau busuk yang mencurigakan ini. Sepertinya bau ini sangat dikenalinya. Apa mungkin? Ah, masa sih? Oh. Sekarang ia mulai yakin. Ini….aduh!
Oh, pantesan. Tiba-tiba dirinya menyadari sesuatu. Makanya ia heran kenapa tadi setelah perutnya serasa kembung dan uh mules sekali, bahkan iakebat kebit menahan sakit perutnya, tiba-tiba ia merasa legaRupanya yang membuat perutnya mulas sudah keluar dengan bebasnya dan memenuhi ruangan ini.
Ada perasaan bersalah, tetapi melihat keempat kawannya kelihatannya begitu khusyu', ia tak ingin menggangguIa biarkan teman-temannya tetap menutup mata dalam posisi duduk melingkar. Diam-diam ia beringsut meninggalkan area lingkaran tersebut dan bergegas menuju kamar kecil. Ia sudah tak kuat lagi.
Selepas dari kamar mandi, ternyata teman-temannya masih bergeming. Karena perasaan bersalahnya, ia menaruh empat lembar lima ribuan ke atas nampan kayu di tengah - tengah lingkaran mereka berlima. Mengambil posisi duduk bersila kembali, Ifan melanjutkan tapanya.
Ufh, leganya. Ia berfikir sekarang aku tak berutang dengan siapapun karena telah mengeluarkan bau busuk dan membuat mereka tersiksa. Sudah kubayar.

**

Wah! Beneran! Aku tidak bohong, ris. Kami benar-benar berhasil. Setelah kami membuka mata, kami melihat ada uang dua puluh ribu di nampan bundar itu. Gila! Aku nggak nyangka, ternyata Grandong benar”
Berapi-api Ihsan menceritakan pengalaman tadi malamnya  kepada Aris. Mereka berdua tampak mojok di sudut warung. Kening Aris berkerut -kerut menyiratkan rasa antara percaya dan tidak kepada sahabatnya. Ia mungkin sedikit menyesal karena tidak mau diajak ke pertemuan semalam.
Sementara itu di balik pintu warung, Ifan tersenyum-senyum bahkan nyaris tertawa kecil.


April 08, 2016

Kenapa Kampanye Islam Nusantara Penting

by , in
Kenapa Kampanye Islam Nusantara Penting

Pamanku mendengar dari habib Lutfi: kenapa kebanyakan umat di wilayah kidul seperti boyolali, solo, klaten, jogja dst cenderung gampang radikal dibanding daerah pesisir/utara?

kita tahu semasa 1965, boyolali, klaten, solo dan sekitarnya banyak yang basis pki. lalu masa kemarin2-kemarin ini banyak basis kelompok islam dan semacamnya.

menurutnya karena kalau di pesisir, ng-islam justru ngoyot/mengakar dalam tubuh masyarakat sebab inklusi lewat asilimilatif. adaptif terhadap tradisi-tradisi yang sudah ada.

orang-orang jadi ngumpul karena yasinan, mitung dino, matang puluh, nyewu, haul dst. persaudaraan kuat. dan nggak gampang terpengaruh yang lain karena punya tokoh panutan, wali, kyai dst

sementara di wilayah kidul memang kurang ya (salahkan wali/sunannya tuh knapa waktu itu gak expansi ke sana juga:D) sehingga 'ngoyot'nya beda

ibu sendiri di masa mudanya saat tinggal di Solo pernah beberapa kali mengikuti kajian-kajian yang ibu rasakan sendiri kok beda dengan bekal yang didapat dari kakek

tahun-tahun itu masa pertama kalinya ust baasyir cs datang ke Indonesia. kakek peringatkn ibu untuk back to nahdhiyyah saja. alhmd she's saved by the bell

sebab itulah ketika masa SMA saya ikut rohis dan kajian-kajian, ibu sempat wanti-wanti juga untuk hati-hati. saya tetap aktif, ambil yang positif karena however gerakannya bagus.

tak bisa kita pungkiri sebab haroki inilah akhirnya UU jilbab waktu itu goal. banyak sekali kebaikan-kebaikan produktif. kampus marak kegiatan islami dst

hanya saja beberapa orang yang mungkin merasa telat ng-islamnya terus jadi berlebih-lebihan. seperti shock culture. memaknai kaffah dan tercelup shibghoh sebagai harus ekstrim.

kalau yang bekal pondasi ilmu islamnya sudah ada, bisa screening. kalau yang tadinya blank atau cuma pyunya sedikit akhirnya terima apa saja yg didoktrinkn


saya yang harusnya screening aja sempat hampir kena. waktu itu datang ke pengajian karena diajak kawan. saya terpukau, terkesima dan simpatik pada narsumnya

pulang dari ngaji, bagi-bagi cerita dengan paman-paman dan nenek dengan antusias. they're smiling while looking at my naive: kamu tahu nggak siapa sebenarnya narsumnya tadi?

ust baasyir itu konon begini begini, mereka ceritakan petanya. aku ternganga, nggak mungkin seseorang yang se-alim dan selembut itu adalah subversif.

Aku taat untuk tak lagi datang ke situ. Kali ini I'm saved by the bell. Beberapa waktu kemudian ust baasyir ditangkap lagi. Baru ibu cerita pengalaman dulu

jadi ya memang agak abu-abu kalau menyikapi teman-teman yang kelihatannya perjuangannya 'gigih' ini. untuk prestasi dan pencapaian-pencapaian dalam dakwah progresif, memang jempol


tapi ide2 yang hendak merusak/menjatuhkan NKRI, jelas kita tak sependapat. so kampanye ini memang penting. hubbul wathon minal iman

namun serta merta menjadikan mereka sebagai musuh adalah sikap yang tak bijak. kita semua ini bersaudara, harusnya saling mendukung, menolong, mengisi, sinergi.

orang-orang luar sana jelas takut kalau kita bersatu, kuat. Karenanya dengan segala cara berusaha memecah belah. Melihat segala celah dijadikan pemicu konflik

kecuali ya.....kecuali ternyata permukaannya saja suka 'gelut'/bertengkar. karena buat mengelabui aja. yg sebenarnya sih rukun dan tetap sinergi. hehe

balik ke kidul vs pesisir, mungkin karena orang pesisir sudah cukup panas sebab daerahnya, jadi gak mau lebih panas lagi, so batal deh jadi radikalnya:D

Now we know
bukan mazhab atau aliran, tapi tipologi, khashais. Islam yang santun, berbudaya, ramah, toleran, berakhlaq dan berperadaban. amiin


April 07, 2016

DI TERAS RUMAH YANG SALAH

by , in

DI TERAS RUMAH YANG SALAH

Erwin  sebenarnya bukan seorang yang bodoh. Dia termasuk juara di kampusnya. Tapi entahlah, sejak dia kerja bareng aku di perusahaan baru kami, aku melihat ada banyak hal yang berubah di dirinya.  Seperti tadi siang waktu aku janjian makansiang di mall dengannya sambil membahas desain baru untuk perumahan yang sedang kami kerjakan bersama.
Biasanya aku menemuinya di proyek. Tapi karena jadualku padat siang ini jadi kuputuskan untuk bertemu dengannya sekalian makan siang. Mungkin ini pertama kalinya ia ke mall ini atau tempat makan yang aku sebutkan masih asing baginya, dari suaranya ia terdengar  bingung sekali di telpon.
“Erwin, aku di lantai empat ya. Kamu dari bawah langsung naik escalator. Sampai lantai empat langsung balik kanan ya.. terus lurus sampai pojok. Nhah aku ada di depot  bakso situ. Okey?”, aku memberinya instruksi sekali lagi.
“Iya iya….”, uh dari sepuluh menit yang lalu ia bilang iya iya, tapi gak nyampe – nyampe juga. Aku mulai mengkhawatirkan kecerdasannya.
Tapi aku masih memberinya kepercayaan dan keleluasaan.
Aku berusaha duduk tenang. Tapi sebelas  menit kemudian dia masih tak tampak, aku mulai resah.
“Erwin. Kamu dimana?”, tanyaku gelisah.
“Aku sudah di lantai empat. Sudah ke kanan, terus lurus sampai pojok, tapi gak ketemu depot bakso”, jawabnya linglung.
“Wah, kamu salah arah pasti”, ujarku.
“Salah gimana ya?  Katanya kanan, lurus terus sampai pojok.”, jawabnya dengan nada tak berdosa.
“Jangan kanan langsung lurus, Erwiiin…..dari escalator itu kami balik kanan. Jadi ke arah kanan tapi turn back. Putar haluan. Mbalik kanan, gitu lho”, aku mencak –mencak di telpon gak sabar.
“Halaaaah..mbok ya bilang, mbak..”, katanya malah menyalahkan aku.
Ufh. Aku Cuma menghela nafas. Jengkel.
“Ya sudah, cepetan. Aku tunggu di sini ya? Gak perlu dijemput to?”, tanyaku berusaha tetap kalem.
“Iyaaaaaaaa..”, jawabnya panjang.
Sembilan menit kemudian dia baru nongol.
“Lama nian.”, keluhku.
“Sorry, neng. Aku agak linglung nih tadi. Kanan kiri. Kanan kiri. Bingung juga ya”, sambil cengengesan Erwin meminta maaf.

**

Entahlah, ada kalut apa di otaknya. Beberapa waktu yang lalu dia juga dis-orientasi. Suatu sore ia butuh mengantar beberapa berkas ke aku. Di telpon aku jelaskan kalau aku sedang di proyek rumah tinggal di kompleks perumahan di kota bawah. Kutunggu sampai lebih dari setengah jam, dia tidak menampakkan batang hidungnya.
“Erwin, kamu di mana sih? Ini aku tunggu lama sekali.”, aku menelponnya sambil berusaha menahan marah.
“Mbak Fifi, aku sudah di depan rumah lho. Di teras. Sudah nunggu lama sejak tadi, katanya mbak Fifi mau turun ke teras, jadi aku tidak naik ke atas”, jawabnya dari seberang telpon.
“Teras mana? Aku juga menunggumu di teras!”, aku lama-lama puyeng punya karyawan satu ini.
“Lho, mbak Fifi juga di teras? Kok nggak kelihatan ya?”, Tanya Erwin balik.
“Aku di rumahnya Pak Gunawan lho. Tadi kan aku suruh kamu ke sini! Kamu pasti ada di rumah yang lain deh!”, seruku agak dengan nada tinggi.
“Halaaaah..bukan rumah pak Darmawan ya,mbak. Hadouh…aku ada di sini, mbak”.
Si Erwin ternyata malah ada di proyek kami yang ada di kota atas. Walhasil akan memakan waktu kurang lebih setengah jam lagi untuk dia bisa menemuiku mengantar berkas yang aku butuhkan. Sementara klien-ku sudah tak punya waktu lebih banyak lagi untuk menunggu. Jadi aku membuat appointment baru untuk bertemu dengannya besok pagi.
“Ya sudah, win. Aku pulang ya. Taruh aja berkasnya di kantor”, aku menutup telpon dengan lesu.
“ Ya,mbak. Maaf ya, mbak”, suaranya yang lugu dan polos menghiba.

Oalah, Erwin. Belajar mendengar dengan baik juga merupakan salah satu kecerdasan penting.


April 07, 2016

Amalan Bulan Rajab

by , in

Amalan Bulan Rajab

AMALAN DI BULAN RAJAB "
1.Doa dibaca pagi dan sore bulan Rajab (70x)
ّرب اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ
2.Doa dibaca antara Dhuhur dan Ashar bulan Rajab(70x) :
اَسْـتَغْفِرُ الله َ الْعَظِيْمَ الَّذِي لآ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ، تَوْبَةَ عَبْدٍ ظَالِمٍ لاَ يَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَلاَ مَوْتًا وَلاَ حَيَاةً وَلاَ نُشُوْرًا
3.-Dibaca 10 hari yang pertama bulan Rajab(100x) :
سُـبْحَان الله الْحَيِّ الْقَيُّوْمِ-
Dibaca 10 hari yang kedua bulan Rajab(100x) :
سُـبْحَانَ الله ِ اْلأَحَدِ الصَّمَدِ
Dibaca 10 hari yang ketiga bulan Rajab(100x) :
سُـبْحَان الله الرَّؤُوْفِ
4.Membaca “Sayyidul Istighfar”
(3x pagidan sore) :
اَللَّهُم َّ أَنْتَ رَبِّيْ لآ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْـتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّه لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنت
5.Doa ketika masuk bulan Rajab :
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَـعْبَانَ وَبَلِّـغْنَا رَمَضَانَ.
InsyaAllah Tgl 1 rajab bertepatan hari sabtu esok atau (9 April 2016) mudah2an kita bisa mengamalkannya,, aamiin...


April 06, 2016

Ditembak Gegara Menulis Cerpen Di Mading Sekolah

by , in
Ditembak Gegara Menulis Cerpen Di  Mading Sekolah



Ada dua majalah dinding yang kukerjakan bersama teman-teman semasa kami duduk di bangku sekolah menengah atas. Yang satu adalah mading untuk Rohis (Rohanis Islam). Satunya lagi mading OSIS. Aku jadi pimred keduanya. .

Dan yang terburuk dari pengalaman menangani mading adalah  aku pernah Ditembak Gegara Menulis Cerpen Di  Mading Sekolah.

Begini critanya:




Mayana tengah membaca sebuah majalah remaja di dalam kelas ketika tiba–tiba terjadi kehebohan kecil dalam kelasnya. Tepatnya oleh gerombolan Sarva dan kelompok bangku cowok tengil itu.

“Sarva!”

Eko berteriak dari depan pintu kelas 3 A1.1
Jantung Mayana seakan ikut melompat mendengar teriakan itu. Dia merasa ada yang tidak beres. Apalagi demi melihat raut Eko yang meliriknya, Mayana jadi bertambah kecut.

“Apaan, ko?”

Sarva bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu karena Eko memberi isyarat agar cowok itu mendekat kepadanya, seperti hendak menunjukkan sesuatu.

“Ada kejutan buat lo! “ kata Eko sambil sekali lagi melirik kea rah Mayana yang jadi salah tingkah dan menebak – nebak.

“Apaan?” Sarva pun jadi ikut melirik Mayana lalu pindah memandangi Eko.

“ayuk toh ! “ Eko menarik lengan Sarva, mengajaknya setengah berlari ke arah selatan.

DEG!
Mayana langsung sadar

“astaganaga… ini pasti karena cerpen yang aku buat kemarin buat mading nih”

Gadis itu menyeret kaki dari tempat duduknya, berjalan perlahan kea rah pintu kelas. Dari sana, kepalanya yang mungil setengah berada di dalam kelas, setengah berada di luar kelas. Pandangannya terlempar jauh ke arah selatan. Benar saja, kedua teman lelakinya itu pergi ke sana. Ke sebuah papan yang selalu diperbarui isinya setiap hari Kamis. Papan Majalah Dinding sekolah. Sudah terlambat untuk menyesal, Mayana pun segera kembali ke tempat duduknya.

“Matik, aku !” keluhnya.

Dengan kepala tertunduk siap diplonco  gerombolan Sarva, sengaja Mayana berpura–pura membaca buku. Agustin seperti biasa akan datang nanti mepet sebelum bel berbunyi.  Untuk sementara Mayana benar–benar akan sendirian menerima serangan entah seperti apa–apa. Dia hanya bersiap–siap.
Mayana lupa–lupa ingat apa yang dia ceritakan tentang Sarva yang menginspirasi cerpennya. Hanya saja gadis itu menulis karakter Sarva sebagai cowok item keeling, tanpa nama. Bagi yang tidak mengenal Sarva, mungkin cerpen itu tidak berarti apa–apa. Tetapi buat yang mengenal Sarva, bisa saja cerpen itu dianggap melecehkan, menghinakan dan mencemarkan.

Wuoahhh !!
Mayana tidak habis pikir kalau nantinya badannya yang kecil dikepung segerombolan cowok yang badannya besar–besar itu.
Langkah–langkah tegap sedikit berlari dari arah selatan kelas. Satu, dua, tiga… tiga orang. Mayana memperkirakan tiga orang yang datang. Pasti Eko dan Sarva, satu lagi entah siapa yang sudah bergabung. Mungkin Roy. Kalau benar Roy, Mayana masih bisa bersyukur. Roy sangat menghargai perempuan, dia pasti tidak akan sewenang–wenang dengan Mayana. Tapi meski demikian, hatinya lumayan ciut juga.
Benar saja. Eko, Sarva dan … oemji…. Taufik– anggota gerombolan yang paling sangar-  ketiganya berdiri di dekat tempat duduk Mayana.

“Oh. Jadi gitu caranya?” Laka masih diinginkan.

Eko melancarkan serangan pertama.

Terpaksa Mayana mendongakkan kepalanya ke arah mereka yang berposisi lima belas derajat searah jarum jam dari tempatnya duduk.

“Kamu nggak tahu siapa yang kamu hadapi atau bagaimana?” kali ini Taufik yang berkacak pinggang.
Mayana  agak melirik ke arah samping kanan dan serong ke belakang sedikit. Semua teman agaknya sedang sibuk sendiri atau pura–pura sibuk. Setengah takut, sudut mata Mayana melirik ke arah jendela kelas di sebelah kirinya.

“Mana sih, Agustin. Kenapa belum datang juga,” gerutunya dalam hati.
Mayana bukannya takut dengan ketiga cowok di dekatnya ini, tetapi dia sesungguhnya jeri jika harus mempertahankan apa yang ditulisnya tanpa sadar kemarin. Seperti biasa, jika sedang penat justru kemampuan autowriting-nya itu keluar tetapi hasilnya kadang tidak terduga, dan itu bisa positif dan bisa negative tergantung asupan yang masuk dalam kepalanya, baik itu referensi ataupun pengalaman yang dialami.
Di tengah kekuatiran yang mencengkeramnya, Sarva tampil sebagai pahlawan.

“Sudah teman–teman. Tidak perlu emosi. Tentu saja Mayana tidak bermaksud memperolok aku di tempat umum. Itu justru menunjukkan bahwa aku mulai menempati ruang hatinya. Bukankah demikian, Mayana?” retorika Sarva memaksa gadis itu mengangguk demi keamanan dirinya.

Lalu kedua teman cowok yang sempat menggojloknya itu pun bubar. Sesaat Sarva menatapnya, kemudian turut berjalan meninggalkan Mayana sendirian menekuri keisengan yang tidak disengajanya.

**

Insiden cerpen item keling itu ternyata memicu Sarva semakin berani dan semakin mendesak Mayana.

“May, kamu mau menutupi apa lagi? “ tanya Sarva sepulang sekolah hari Kamis naas itu.

“Kamu marah Sarva?” tanya Mayana.

“Tidak. Aku tidak marah, aku malah suka. Tapi ada syarat untuk membuatmu terlepas dari kesalahan ini,” Sarva tersenyum – senyum.

“Apa itu?” kening Mayana berkerut.

“Aku boleh bertandang ke rumahmu, kamu tidak lagi menolak jika kuantar pulang, dan buang wajah masam kamu jika bertemu aku.”

Mayana mengangguk – angguk, “oke”

Syarat terakhirnya, cowok itu  minta diperbolehkan mengaku ke teman-temannya bahwa  Mayana adalah kekasihnya.
Gadis itu tidak lagi bisa bilang tidak. Apalagi dirinya menyadari Sofyan tidak bisa diharapkan lagi. Cowok model yang ditaksirnya itu terang – terangan bilang pada Prasojo pada beberapa waktu lalu. Bahwa dia hanya menganggap Mayana sebagai adiknya saja. Anggaplah kehadiran Sarva ini sebagai obat pelipur laranya saat ini.
Mayana menghela napas panjang.

“Deal,” ujarnya pendek, menanggapi persyaratan Sarva yang terakhir.

Cowok itu tak bisa menutupi kegembiraannya. Seketika melunjak–lunjak. Mayana terkejut setengah mati lalu meletakkan telunjuk di depan bibirnya.

“ssssttt.. tapi tidak usah teriak – teriak ya. Nggak usah norak,” pesannya dan segera menutup kedua telinganya dengan kedua telunjuknya.

Kuatir akan mendengar maklumat Sarva yang diperdengarkan ke seluruh kelas.

Untunglah cowok itu menurut pesan Mayana, dan menghentikan lunjakannya. Ganti tersenyum lebar lalu melangkah lambat-lambat ke tempat duduknya sendiri. Dengan senyum yang terus menghias wajahnya yang tampak bercahaya.
Sebagai kekasih yang mencoba bijaksana, tentu saja Sarva akan memberikan ruang yang dibutuhkan Mayana. Dia hanya akan setia menunggu dan mengikuti titah sang kekasih. Tiga tahun bukan waktu yang pendek untuk memenangkan hati Mayana. Kebersamaan mereka akan sangat berarti. Sarva telah belajar tentang betapa berharganya pencapaian ini. Mayana dan dirinya sendiri pantas untuk saling menghargai. Untuk sebuah hubungan yang sangat berharga ini.

gambar sumber dari internet

April 05, 2016

Gado-Gado Makin Pedas Makin Lezat

by , in
Gado-Gado Makin Pedas Makin Lezat



Pada dasarnya kami sekeluarga suka makan apa saja. Dari yang tradisional sampai yang modern. Yang eksotis sampai yang aneh-aneh. Adikku yang dokter juga suka sekali bereksperimen. Seperti waktu itu kami jadi memasak bareng Pizza ala resepnya. Dengan dia sebagai master chef nya tentu saja.

Tapi kalau ditanya apa resep masakan andalan keluarga? Ehm.....kata anak sulungku sih mestinya gado-gado. Ealah, gado-gado? Itu kan masakan sederhana banget ya. Tapi kalau dipikir-pikir memang meski gado-gado, bisa berbeda-beda banget lho rasanya antara chef satu dengan yang lainnya. Ibuku terutama yang jago masak, semua masakan asal beliau yang masak pasti enak rasanya.

Oh ya, anak sulungku mengingatkan kalau budhe juga jago masak gado-gado. Asal tahu saja budhe ini juga jago banget masak. Apapun masakannya mesti habis dilahap kami semua.

Berikut resep gado-gadonya:

Bahan utama dalam membuat resep gado-gado:

  • Minyak goreng, secukupnya untuk menggoreng
  • Tahu cina sebanyak 150 gram , goreng dulu kemudian iris tipis
  • Tempe kualitas bagus , 150 gram. goreng kemudian iris tipis.
  • kol kualitas baik , 150 gram , bersihkan tulang daun kemudian seduh menggunakan air panas.
  • 150 gram taoge, buang  akarnya, dan seduh menggunakan air panas
  • Air bersih guna merebus.
  • Kacang panjang 150 gram , bersihkan , potong ukuran 2 cm kemudian rebus.
  • daun selada keriting 150 gram juga , potong ukuran 2 cm
  • telur ayam rebus 3 butir , kupas kulitnya , potong 2 bagian.
  • timun 1 buah, iris tipis miring.
  • tomat 1 buah. gunakan tomat yang merah. iris 8 bagian

Bahan membuat saus kacang:

  • 2 sendok makan minyak sayur 
  • bawang putih 5 siung , haluskan.
  • cabai merah 3 buah haluskan
  • daun jeruk purut 5 lembar
  • 250 gram kacang tanah, sangrai, buang kulitnya, dan haluskan
  • 500 ml santan dari ½ butir kelapa parut
  • gula merah 50 gram , sisir halus
  • 3 sendok makan air asam jawa 
  • 1 sendok teh garam

Cara membuat gado-gado dengan saus kacang yang lezat:

  • Langkah pertama untuk membuat resep gado-gado, siapkan semua bahan bahan yang dibutuhkan seperti bahan di atas. 
  • Setelah bahan siap, kemudian goreng tahu dengan minyak yang banyak sampai kulit tahu garing. Kemudian angkat dan tiriskan. Lalu sisihkan. 
  • Dengan minyak yang sama, anda bisa menggoreng tempe sampai kulit tempe berubah kecokelatan. Jika matang angkat, tiriskan, dan sisihkan. 
  • Saat sayuran sudah dimasak, tiriskan dan susun di atas piring besar. Susu sayuran seperti selada, mentimun, telur, dan tomat.
  • Cara membuat saus kacang: panaskan minyak untuk menumis, kemudian tumis bawang putih, cabai, dan daun jeruk hingga harum. 
  • Setelah harum, masukkan kacang tanah yang sudah dihaluskan dan santan, aduk aduk hingga mendidih. Lalu masukkan gula merah, air asam jawa, dan garam. Masak sampai gula merah larut. Cicipi dan setelah enak angkat.
  • Siram kan saus kacang pada sayuran yang sudah di tata di atas piring dengan taburan bawang goreng.

Ayo kita bikin gado-gado yuk!
Slrrrrppppp...


April 04, 2016

Antara Riba Dan Akad Syirkah

by , in
Antara Riba Dan Akad Syirkah



Yang masih bingung antara hutang piutang (qardh) n kerjasama (mudhorobah;musyarokah), yuk kita simak ilustrasi berikut:
▶▶▶▶
 Gimana kabarnya mbak?
 Sehat dek, alhamdulillah.
 Ini saya selain silaturahmi juga ada perlu mbak.
 Apa apa dek...apa yang bisa tak bantu.
 Anu..kalau ada uang 20juta saya mau pinjam.
 Dua puluh juta? Banyak sekali. Untuk apa dek?
Tambahan modal mbak. Dapat order agak besar, modal saya masih kurang. Bisa bantu mbak?
 Mmm..mau dikembalikan kapan ya?
 InsyaAllah dua bulan lagi saya kembalikan.
 Gitu ya. Ini mbak ada sih 20juta. Rencana untuk beli sesuatu. Tapi kalau dua bulan sudah kembali ya gak apa-apa, pakai dulu aja.
 Wah, terimakasih mbak.
 Ini nanti mbak dapat bagian dek?
 Bagian apa ya mbak?
 Ya kan uangnya untuk usaha, jadi kan ada untungnya tuh. Naa..kalau mbak enggak kasih
pinjem kan ya gak bisa jalan usahamu itu, iya kan?
*tersenyum penuh arti*
 Oh, bisa-bisa. Boleh saja kalau mbak pengennya begitu. Nanti saya kasih bagi hasil mbak.
Besarannya bisa kita bicarakan.
Lha, gitu kan enak. Kamu terbantu, mbak juga dapat manfaat.
 Tapi akadnya ganti ya mbak. Bukan hutang piutang melainkan kerjasama.
 Iyaa..gak masalah. Sama aja lah itu. Cuman beda istilah doang.
Bukan cuma istilah mbak, tapi pelaksanaannya juga beda.
Maksudnya??
Jadi gini mbak: kalau akadnya hutang, maka jika usaha saya lancar atau tidak lancar ya saya
tetap wajib mengembalikan uang 20juta itu. Tapi jika akadnya kerjasama, maka kalau usaha
saya lancar, mbak akan dapat bagian laba. Namun sebaliknya, jika usaha tidak lancar atau
merugi maka mbak juga turut menanggung resiko. Bisa berupa kerugian materi→uangnya
tidak bisa saya kembalikan, atau rugi waktu→ kembali tapi lama.
Waduh, kalau gitu ya mending uangnya saya deposito kan tho dek: gak ada resiko apa2, uang
utuh, dapat bunga pula.
Itulah riba mbak. Salah satu ciri2nya tidak ada resiko dan PASTI untung.
Tapi kalau uangku dipinjam si A untuk usaha ya biasanya aku dapet bagi hasil kok dek. 2% tiap
bulan. Jadi kalau dia pinjam 10juta selama dua bulan, maka dua bulan kemudian uangku
kembali 10juta+400ribu.
Itu juga riba mbak. Persentase bagi hasil ngitungnya dari laba, bukan berdasar modal yang disertakan.Kalau berdasar modal kan mbak gak tau apakah dia beneran untung atau tidak.
Dan disini selaku investor berarti mbak tidak menanggung resiko apapun donk. Mau dia untung atau rugi mbak tetep dapet 2%. Lalu apa bedanya sama deposito?
Dia ikhlas lho dek, mbak gak matok harus sekian persen gitu kok.
Meski ikhlas atau saling ridho kalau tidak sesuai syariat ya dosa mbak.
Waduh...syariat kok ribet bener ya.
Ya karena kita sudah terlanjur terbiasa dengan yang keliru mbak. Memang butuh perjuangan untuk mengikuti aturan yang benar. Banyak kalau tidak berkah bikin penyakit lho mbak.hehe.
Hmmm...ya sudah, ini 20juta nya hutang aja. Mbak gak siap dengan resiko kerjasama. Nanti dikembalikan dalam dua bulan yaa.
Iya mbak. Terimakasih banyak mbak. Meski tidak mendapat hasil berupa materi tapi insyaAllah
mbak tetap ada hasil berupa pahala.
Amiiin..
▶▶▶▶▶▶
Kl cuma bicara anti riba.... burung beopun juga bisa.
Kl cuma diskusi masalh ekonomi umat... ngbrol sama balita yg baru belajar bicara jauh lebih menarik.
Ayuuu hidupkan ekonomi mikro.. berikan pancingan bukan ikan.
investasi dunia akhirat
Notes : perhatikan dlm bisnis akad kerjasama kah?? Atau akad peminjaman uang.. ini 2 hukum islam yg berbeda dn efeknya pun di dunia dan akhirat juga berbeda.
“… Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS.Al-baqarah:275)
Sebenarnya apa sih tujuan islam melarang riba? Seharusnya khan asal saling sepakat, saling rela, tidak kena dosa?

Hukum islam itu dibuat untuk mengatur agar manusia mendapatkan kemaslahatan sebesar-besarnya tanpa manusia merugikan siapapun sekecil-kecilnya.

Mari kita bahas contoh LABA dan RIBA agar anda mudah untuk memahami dengan bahasa yang umum:
1. Saya membeli sebuah sepeda motor Rp. 10 Juta dan saya hendak menjual dengan mengambil untung dengan bunga 1% perbulan untuk jangka waktu pembayaran 1 tahun.
Transaksi seperti ini tergolong transaksi RIBAWI.

2. Saya membeli sepeda motor Rp. 10 juta, dan saya hendak menjual secara kredit selama setahun dengan harga Rp. 11.200.000,-. Transaksi ini termasuk transaksi SYARIAH.
Apa bedanya? Khan kalau dihitung2 ketemunya sama Untungnya Rp. 1.200.000?

Mari kita bahas kenapa transaksi pertama riba dan transaksi kedua syar'i.

TRANSAKSI PERTAMA RIBA karena:
1. Tidak ada kepastian harga, karena menggunakan sistem bunga. Misal dalam contoh diatas, bunga 1% perbulan. Jadi ketika dicicilnya disiplin memang ketemunya untungnya adalah Rp. 1.200.000,-. Tapi coba kalau ternyata terjadi keterlambatan pembayaran, misal ternyata anda baru bisa melunasi setelah 15 bulan, maka anda terkena bunganya menjadi 15% alias labanya bertambah menjadi Rp. 1.500.000,-.
Jadi semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk melunasi utang, semakin besar yang harus kita bayarkan.

Bahkan tidak jarang berbagai lembaga leasing ada yang menambahi embel2 DENDA dan BIAYA ADMINISTRASI, maka semakin riba yang kita bayarkan. Belum lagi ada juga yang menerapkan bunga yang tidak terbayar terakumulasi dan bunga ini akhirnya juga berbunga lagi.

2. Sistem riba seperti diatas jelas2 sistem yang menjamin penjual pasti untung dengan merugikan hak dari si pembeli. Padahal namanya bisnis, harus siap untung dan siap rugi.
TRANSAKSI KEDUA SYARIAH karena:
1. Sudah terjadi akad yang jelas, harga yang jelas dan pasti. Misal pada contoh sudah disepakati harga Rp. 11.200.000,- untuk diangsur selama 12 bulan.
2. Misal ternyata si pembeli baru mampu melunasi utangnya pada bulan ke-15, maka harga yang dibayarkan juga masih tetap Rp. 11.200.000,- tidak boleh ditambah. Apalagi diistilahkan biaya administrasi dan denda, ini menjadi tidak diperbolehkan.

Kalau begitu, si penjual jadi rugi waktu dong? Iya, bisnis itu memang harus siap untung siap rugi. Tidak boleh kita pasti untung dan orang lain yang merasakan kerugian.

Nah, ternyata sistem islam itu untuk melindungi semuanya, harus sama hak dan kewajiban antara si pembeli dan si penjual. Sama-sama bisa untung, sama-sama bisa rugi. Jadi kedudukan mereka setara. Bayangkan dengan sistem ribawi, kita sebagai pembeli ada pada posisi yang sangat lemah.
Nah, sudah lebih paham hikmahnya Allah melarang RIBA?


Semoga bermanfaat ya :)


April 04, 2016

Living For Alive (Tips Atasi Kejenuhan)

by , in
Living For Alive (Tips Atasi Kejenuhan)



Jenuh itu kadang datang. Karena ia merupakan keniscayaan yang terjadi pada kita sebagai manusia. Sebagaimana kesedihan di antara kebahagiaan, kesempitan di antara kesempatan, keraguan di antara keyakinan, dan seterusnya. Ia adalah bagian dari takdir yang konon tak terbantahkan (yaelaaah :D)

Kalau sedang merasa jenuh menulis, baik buku ataupun blog,  apa sih yang bisa kita lakukan untuk melawannya?


Kalau kita tahu bagaimana berharganya sesuatu, pasti kita tak akan menyia-nyiakannya. 
Kalau kita tahu betapa mulianya misi dan tugas yang sedang kita emban, pasti kita akan menyelesaikannya dengan segera dan sesempurna mungkin. 

Kuncinya adalah kesadaran akan panggilan (calling) bahwa postingan atau tulisan ini dibutuhkan pembaca. Akan lebih berguna jika kita bagikan dan bukannya kita simpan sendiri.


Untuk sementara, kadang kita perlu rehat sejenak dari rutinitas menulis dan ngeblog ini. Dengan melakukan aktifitas lainnya. Selain dalam rangka me-refresh atau menyegarkan kembali pikiran, tubuh dan energi kita, juga untuk men-charge kembali apa-apa yang bisa menjadi input dalam pikiran kita. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa ‘writing is thinking’ (menulis adalah berpikir).  Dan mesin berpikir dalam otak kita hanya bisa bekerja jika dia tak cukup kering (drain), selalu ada pelumas dan input yang masuk sehingga nantinya ada yang bisa diproduksi dan dikeluarkan (output).

Dan lagi dengan aktifitas lainnya ini kita mendapatkan banyak pengalaman baru yang bisa kita bagikan dalam tulisan kita nantinya. Pengalaman-pengalaman sendiri maupun yang kita dengar dari orang lain sebab kita berinteraksi dengan mereka.

Pengalaman-pengalaman inspiratif tersebut jika diimbuhi dengan kontemplasi (perenungan) bisa menjadi bahan tulisan yang dahsyat dan semoga memberdayakan serta menggerakkan pembaca. Setelah sebelumnya tentu saja menggerakkan diri kita. Setidaknya untuk menulis postingan  baru. Lebih baik lagi jika itu menjadi bahan bakar bagi pengembangan diri kita menjadi yang lebih baik lagi.

Aktifitas lain yang bisa kita lakukan untuk penyegaran ini bisa berupa apa saja. Baik yang sering kita lakukan dalam keseharian seperti mencuci piring dan bercengkerama dengan anak-anak. Maupun kegiatan lain yang mengharuskan kita pergi keluar rumah, seperti mengajar atau bekerja lainnya.

Bisa juga kegiatan yang sama sekali keluar dari rutinitas seperti  kopdaran alias gathering dengan teman-teman. Baik sesama blogger dan penulis ataupun teman-teman yang bidangnya berbeda dengan kita. Yang seperti ini nih biasanya malah makin membawa banyak bahan tulisan yang bisa jadi banyak mengandung unsur kebaruan.

Nonton film,  jalan-jalan ke mall atau ke taman, olah raga, berkunjung ke tempat wisata ataupun rumah saudara dan kenalan, juga bisa menjadi jalan keluar.

Oh ya, mendengarkan musik, membaca buku-buku  juga menjadi ‘pintu keluar sementara’ yang akan membantu kita kembali segar dan bersemangat. Jalan-jalan ke museum, gallery ataupun me-refresh otak kita dengan menikmati gambar-gambar  seni juga akan menjadi pelumas yang baik. Sehingga mesin berpikir kita tidak mogok lagi, kembali bekerja dan kita siap beraksi kembali.


Jadi bagaimana nih? Kita kejar sunset nanti sore? Atau tunggu sunrise besok pagi? Selamat jalan-jalan dan menikmati kehidupan! ^_^



Oh ya, punya tips lain? Ayo bagi di sini ya:)
April 03, 2016

Pakai Sponsor Plus Kunjungan Berantai

by , in
Pakai Sponsor Plus Kunjungan Berantai



Kayaknya memang belum pernah liburan yang mewah deh kalau aku dan anak-anak nih. Hahaha. Jadi ya selama ini memang liburan murah meriah yang aku dan anak-anakku baru bisa lakukan.

Jadi ini yang kami lakukan jika mau menghabiskan waktu dua minggu hingga tiga minggu liburan pada waktu-waktu lalu. Kami memanfaatkan sponsor waktu berangkatnya, kemudian perpanjangan hari liburannya kami lakukan dengan berkunjung dari pintu ke pintu.


Misal nih, waktu kami kelilingan beberapa kota di Jawa Timur. Selain berbekal sangu sponsor dari penerbit karena perjalanan ini sekaligus untuk riset novel, kami juga berkunjung dari satu pesantren ke pesantren lain untuk silaturahim. Kan intinya liburan itu silaturahim kan ya?

Kebetulan karena keluarga kami keluarga pesantren juga, jadi ada 'tali kekeluargaan' dengan keluarga pesantren lain. Kalau ngendhikane bu nyai Langitan, 'al arwahu junuudun mujannadah'. Bahwa jiwa-jiwa yang mempunyai kecenderungan yang sama akan berkumpul, bertemu dan langsung akrab, meskipun tidak punya pertalian darah.

Pergi ke Ubud Bali dengan anak-anak juga dapat sponsor alias golden ticket dari panitianya. Selanjutnya hari-hari sesudah festival, kami lanjutkan sendiri perjalanan liburan kami dengan mengunjungi sahabat waktu sekolah menengah dulu.


Waktu di Jakarta dan sekitarnya pada akhir tahun kemarin pun kami lakukan hal yang sama. Berangkatnya sekaligus memenuhi undangan kondangan manten dari saudara. Menginap di hotel sudah jadi tanggungan yang punya hajat. Tentu saja sekaligus makannya tuh. Hehe. Nah, selepas dua hari kami mengikuti acara wedding itu, kami melanjutkan perjalanan ke rumah saudara yang lain. Juga ke rumah sahabat serta kenalan. Karena memang pas masa liburan dan mereka juga ada agenda jalan-jalan ke tempat wisata, jadi kita turut keangkut deh :D

Oh ya, lumayan sering juga ke Jakarta nih. Kayaknya musti berkali-kali liburan deh untuk bisa mengunjungi semua tempat asyik di Jakarta. Malah sepertinya nggak bakalan habis-habis, karena pasti nambah lagi orang-orang membangun destinasi. Ya kan? :D

Kalau berlibur ke Semarang, wah malah semakin banyak saudara  yang bisa dikunjungi tuh. Dan efeknya kami jadi diajak mengunjungi tempat-tempat wisata yang belum pernah kami kunjungi.

Seru kan? Murah, meriah dan bermanfaat :))
Kalau kamu?



April 02, 2016

Gaul Dan Up To Date

by , in
Gaul Dan Up To Date



Yang utama sekali kalau kita keluar rumah dalam kapasitas diri sebagai blogger, keuntungan yang kita  dapatkan adalah we get 'Have Fun'. Ini sih yang paling seru dan menarik. Kita punya 'me time' di sela-sela hari yang sibuk dengan kerjaan ataupun pekerjaan rumah tangga serta masalah-masalah lainnya.

Dan tanpa kita sadari, dengan sendirinya (of course kita juga punya upaya untuk mengoptimalkan diri) selain bergaul, bersosialisasi, otomatis terjadi juga tuh proses pengembangan diri. Lifting up. Tambah ilmu, tambah wawasan. Jadi mereka-reka gimana sih solusinya kalau kita menghadapi masalah ini itu di venue. Banyak mendengar mengasah daya serap dan soul of research kita. Banyak bertanya melatih komunikasi dan keberanian. Iya kan?

Eh tapinya kalau pergi keluar gitu kan ada biayanya ya? Dan kita meluangkan waktu lho. Time is money. Belum lagi kalau nanti capek, drain of energy, berarti kan harus panggil mbak pijet dong. Keluar duit dong. Gimana tuh? :D

Kalau pas hoki atau memang sudah janjian ama penyelenggaranya bahwa kita dapat fee tertentu, tentu tidak masalah. Misalnya saat ikut meliput program musik waktu itu dapat hampir se-jeti.

Lhah kalau tidak ada kontrak as buzzer gimana nih?

Dapat merchandise atau goody bag juga lumayan loh. Biasanya sih kaos, note book, sampel produk, voucher. Jumlahnya kalau diuangkan bisa ratusan ribu juga. Kayak yang waktu itu kita dapatkan di event susu D, di gadget O, di provider X, dll.

Nah, merchandise itu sebenarnya buat awalnya saja, alias 'pancatan' kalau orang Jawa bilang. Batu loncatan. Tapi selebihnya kita dapat jaringan  alias network kok. Antara lain ini nih:
- Brand alias yang punya hajat. So kita bisa kenal langsung. Beda kan kalau kita hanya kenal via medsos, fesbuk, twitter dan lainnya. From that acknowledgment, we can get opportunity  for the next better hiring occasion. Mungkin ada kesempatan kita jadi buzzer atau publisist dengan fee  lebih baik sesuai kesepakatan. Ataupun peluang lainnya yang kita bahkan tak pernah bayangkan sebelumnya.

- Link langsung untuk kerja sama pembelian produk dalam volume besar dan harga grosir. Ini bisa terjadi lho. Apalagi jika kita butuh outsourcing untuk layanan atau kerjaan di bidang lain. In example, as an architect and sometime project leader, we need some materials for product construction.

- Sesama blogger ataupun tamu lainnya. Mereka bisa menjadi potential client kita. Apakah kita mau jualan buku, jualan jasa desain maupun lainnya. Mereka masing-masing punya lingkaran network sendiri, yang akan menambah luas lingkaran network kita. Demikian juga sebaliknya. Kan sesama bloher saling mendukung :)

- EO alias Event Organizer. Brand tidak selalu mengadakan acaranya sendiri. Repot, tahu! Hehe. Jadi biasanya mereka pakai jasa EO. Nah kenalan juga ama EO-nya nih, biar kalau ada event berikutnya kita bisa dicolek. Apalagi jika ada next event with better reward. Siap pokoknya! :D

- Wartawan. Mereka juga punya banyak info loh. Jadi kenalan ama mereka juga. Sebab event-event pun sering mengundang awak media.

Jika saja kita tahu betapa mahalnya harga network ini, tentulah kita tak akan melewatkannya. Tetapi tentu saja harus punya kemampuan, ketrampilan juga seni untuk mendayagunakan network tersebut.


Ada banyak lagi manfaat kalau kita mau kupas dan gali lebih dalam. Misalnya kita jadi dandan dan memoles diri agar terlihat patut serta pantas tampil di publik, baik performance, gesture maupun kostum. Lalu mungkin ada kesempatan ketemu calon jodoh. (ahay:D) dan banyak lagi.
April 01, 2016

Kita Sering Cemas Dan Dibatasi Bayang-Bayang

by , in
Kita Sering Cemas Dan Dibatasi Bayang-Bayang



Kita Sering Cemas Dan Dibatasi Bayang-Bayang. Betul nggak? Tak jarang kita juga tidak melakukan sesuatu karena menghindari marah dan pandangan-pandangan yang menghina.

Apa aja tuh contoh bayang-bayang, batasan-batasan dan semacamnya yang kadang bikin kita malah kebonsai, padam sebelum nyala. Akhirnya potensi yang kita sesungguhnya miliki jadi tidak berkembang dengan optimal.

Ini beberapa di antaranya
(disclaimer: ini mungkin hanya terjadi di beberapa keluarga tertentu, sedangkan di sebagian keluarga lain hal tersebut bukanlah masalah)

1. Jangan jualan matengan
Alias jualan warungan dianggap kurang mriyayeni. Padahal lihat saja sekarang justru yang menghebat, sukses, kaya raya dan mengentaskan kemiskinan serta menanggung hajat hidup orang banyak justru para pengusaha restoran.

2. Musik itu loghow, sia-sia. Bahkan ada yang bilang haram.
Akibatnya energi kreatifitas kurang, mengerjakan segala sesuatu tidak pakai seni. Adanya  mungkin marah-marah  dan hanya berbau teknis.
Yang sebenarnya ya tergantung musiknya. kalau kayak punya Zayn atau Habib Syeikh atau Hadad Alwi kan ya malah bisa menambah ketakwaan kita pada Allah dan kecintaan pada Rasulullah.

3. Seni kuwi opo?
Masih berkaitan dengan poin yang sebelumnya, jadi bermacam seni seperti tari, melukis dan sebagainya dianggap bisa membawa kita ke jurang kehinaan, bisa menyerempet ke jalan syetan dan seterusnya.

Memang benar ada kasus-kasus demikian seperti mentor alias seniman senior yang mengelabui dan berbuat asusila dengan mentee-nya dan semacamnya. Tapi itu kan kasuistik.

Menghindari seni membuat hidup garing. Padahal kalau seni dipakai dengan baik, kan ada tuh seni membaca Alquran alias qoriah, meski ini buat sebagian yang lain masih dipandang kurang baik utamanya bagi perempuan. Sebab suara perempuan kan aurat. Iya sih, yach yang perempuan diperdengarkan untuk dirinya sendiri saja dan muhrimya.

4. Perempuan nggak usah terlalu hebat, nanti tidak ada pria yang berani mendekati.
Yach, biar pria yang hebat sajalah yang mendekat. Ya kan? Gitu aja kok repot?:p

5. Yang penting itu ukhrowi.
Yups, betul banget. Tapi jangan sampai melupakan duniawinya juga. Musti jalan semuanya biar seimbang dan kaffah alias sempurna.


Bayangkan kalau Zaha Hadid masih mengikuti aturan kolot bahwa perempuan itu konco wingking dan semacamnya, Dia tak mungkin akan menjadi arsitek hebat yang menjadi kebanggaan dunia. Allahummaghfir lahaa warhamhaa wa aafihaa wa'fu anhaa.


Apalagi ya batasan-batasan yang semestinya tidak kita telan mentah-mentah?




Post Top Ad