improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label sekolah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sekolah. Tampilkan semua postingan
Februari 24, 2020

Classpreneur at Open Class

by , in
Classpreneur at Open Class

Gambar
Setelah workshop lesson study kmrn di binaparaja pendopo kabupaten, hari ini Praktik Openclass bersama assoc prof Sumar Hendayana, Ph.D di SMAN 1 Demak. Materinya ttg bioteknologi.

Collegial lesson study biasanya diskusi poin2 yg perlu dilaksanakan, konsep2 berat mana yg perlu dibahas. Assesment dituntut mendekati system order thinking berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran interaktif adl keniscayaan. Ada komunitas online, google form, blogger, quipper

Konsep2 biologi selalu berkembang. Hrs selalu disampaikan. Browsing problem aktual, memicu mengeksplor kemampuan anak. Buat skenario belajar. Sintak pembelajaran. Sekolah hrs menginovasi pembelajaran. Kelas lbh hidup, kreatif. Lomba internal cara mengajar, reward.

Lesson study bisa jd program resmi, jd paket dlm kurikulum. Lesson study sangat urgen utk menunjang pemahaman konsep dan interaksi kelas, mendpt pengalaman pembelajaran lebih dan menginspirasi guru.

Ada 12 kelas 12. Semnagat lesson study adl kolaborasi. Tutor sebaya. Anak2 yg lebih mengajari anak2 yg belum mampu. Utk bs mengeksplor kemampuan anak, butuh strategi. Guru sbg sumber pembelajaran utama. Spy anak bs mrnyampaikaj dg lepas. Kuncinya literasi. Konsep2 biologi..

..tdk dr 1 sumber tunggal. Spy outcome.mampu bersaing Intake anak sangat membantu. Kendala Biasakan anak2 berpikir tingkat tinggi, dg problem solving. Jd kurangi gaya yg menerangkan konsep saja. Presentasi juga dr latihan, latihan. KIR diseminasi karya, pembiasaan

Guru jd teladan. Shg murid termotivasi. Pak setyo pernah sehari ngajar 7 sekolahan, dr yg muridnya canggih sampai yg letoy. Shg ktk ada zonasi pemerataan, skrg SMAN 1 skrg juga nerima murid2 yg bodho, gak ada masalah.

Skrg ada akselerasi, pakai sks. 2thn bisa lulus. Guru hrs kreatif bikin anak senang belajar. Murid2 yg tersakiti hatinya, meski guru gak sengaja, bs dendam. Kdg maksud kita bener, belum tentu pener. Cerita yg menginspirasi, jgn menyinggung. Terus belajar agar makin canggih.'

SMA guru 50% murid 50% SMP guru 75% murid 25% SD guru 90% murid 10% Hard out thinking skill. Hots. Minimal 40% soal2 hots. Kata kuncinya literasi, belajar membaca materi2 yg dikembangkan. Gambar Siapkan bahan2nya. Buku, hape utk browsing materi, kuota dr sekolah, cbt bandwith.
Aplikasi assesment, mengerjakan soal dg hape. Tp hape tdk satu2nya. Spy tdk melebar ke mana2, apa yg hrs ditandaskan. Google parent utk pustaka. Membiasakan budaya literasi. Sblm prmbelajaran, ada kontrak belajar. Apa2 yg hrs dibaca. Nulis setiap hari. Konsep2 materi semester..

..depan sdh diberikan seblmnya agar bs dibaca. Itkad GMP sekolah sblm tatap muka. 4 guru duduk bersama utk membahas konsep2 mana yg hrs dibahas, soal2 apa sj yg akan dimasukkan dlm soal2 su kompetensi Penekanan, fasilitas2, bahan2 ajar emodule online bs diakses murid2 lbh dulu

Soal2 ulamgam harian c3. Pendapat, analisis, menyimpulkan. Meninggalkan hafalan, c1 c2. Utk bs memahami, konsep2 disiapkan sejak awal. Anak2 mmg memcari, tp laman2 sdh disiapkan Anak2 lbh senang problem solving. Bahkan keluarnya lbh dr ekspetasi guru. Dg approach, pacu anak

Biasakan, budayakan dg lingkungan diskusi kelas. Prof Sumar: prinsip kerja, cara berpikir anak2 beda2. Kreatifitas itu yg perlu didorong. Anak2 mencermati dr searching tdk leterlex, dia pahami, kreasikan dg bhs sendiri. Anak2 mencermati dr perspektif science, regulasi, kesehatan

.anak2 memberikan alternatif bahan, high order thinking Spy anak2 mjd luar biasa, LKS pertanyaannya lbh terbuka, artikel penggrebekan, bgm tanggapanmu. Byk pertanyaan yg sifatnya terbuka. Open ended. Guru jd dirigen/konduktor yg bikin harmoni. Semua anak diberi kesempatan.

Gunakan papan utk mencatat hasil observasi guru, temuan2 dr kelas, shg terdokumentasikan utk dievaluasi, dilihat lagi. Temuan2 bs direkam jd satu artikel. Bahan riset. Catat waktunya. Menit per menitnya. Shg tdk kehilangan momen. Anak tdk akan terganggu dg obrolan sekitar
Gambar
Ada saat guru menjelaskan. Ada saat siswa diskusi. Observer hrs minggir, agar tdk menghalangi pandangan. Bikin tata tertib. Sesuaikan dg karakteristik anak. Walaupun anak2 TK, ajak juga berpikir, meski sblmnya main2, latih bercerita, komunikasi, dst.

Refleksi stlh open class, pakai sticky notes. Misal hijau utk fakta, oranye utk alasan, biru utk solusi. Agar lbh baik lagi gmn. Misal sdh ada pembagian tugas utk msg2 siswa. Meningkatkan mutu hrs sabar, konsisten, istiqomah, evaluasi, inovasi. Bukan opini yg bicara, tp fakta




Juli 15, 2016

Lulusan Sekolah Kejuruan Jadi Outsource Joss

by , in

Lulusan Sekolah Kejuruan Jadi Outsource Joss

Selama rentang waktu bertahun-tahun menjadi konsultan arsitek freelance sejak 2003, aku telah menggunakan bantuan beberapa drafter untuk membantu  tugas-tugas dan PR-PR desain rumah tinggal maupun bangunan lainnya yang kukerjakan.

Ada mahasiswa arsitektur, lulusan arsitektur, mahasiswa teknik sipil, lulusan teknik sipil, bahkan mahasiswa S2 arsitektur, sampai lulusan sekolah kejuruan.

Sudah bisa ditebak kalau fee untuk lulusan sekolah kejuruan ini yang paling ringan dari semuanya. Yang paling mahal fee-nya adalah yang bukan saja lulusan S1 tapi juga sudah punya jam terbang tinggi.

Tapi jangan dikira karena fee lulusan sekolah menengah kejuruan sedikit fee nya kemudian hasil pekerjaannya di bawah performa ya.

Justru anak-anak lulusan sekolah menengah kejuruan ini punya sense of detail yang lebih, presisi ukuran dan semacamnya mereka cenderung lebih teliti. Jadi nggak kenal dengan taktik dengkul dengkulan ala ala mereka yang strata satu apalagi yang sudah terkontaminasi proyek dan industri.

Terus, anak-anak Lulusan sekolah menengah kejuruan ini juga ternyata up to date banget dengan aplikasi dan. Program program desain terkini. Dan karena setiap saat waktu sekolahnya sudah praktek terus, akhirnya mereka justru lancar banget dalam menjalankannya program dan aplikasi tersebut.

Sehingga benar-benar bisa diajak untuk mengejar target pekerjaan. Tidak lele Monte, nggak motor-motor.

Apalagi jika Lulusan sekolah menengah kejuruan ini juga punya taste of design yang bagus. Kadang mereka bahkan bisa memberikan feedback yang berarti bagi perjalanan desain itu sendiri.

April 21, 2016

Sharing kepenulisan di Sekolah Perempuan

by , in
Sharing kepenulisan di sekolah perempuan




Alhamdulillah kemarin saya dipercaya untuk sharing kepenulisan di sekolah perempuan.
Berikut beberapa kutipannya. Semoga bermanfaat:)


[19/4 19.32] Dian Nafi: Langsung aja ya, saya sharing sedikit cerita saya tersesat di rimba belantara literasi ini. Dan ingin dengar cerita dari teman2 juga :)
[19/4 19.34] Dian Nafi: Berawal tahun 2008 ketika harus Iddah 4 bulan 10 hari di rumah, saya akhirnya kenal fesbuk. Kesedihan dan kehilangan suami secara mendadak dlm kecelakaan membawa saya menuliskannya dalam note2.
[19/4 19.35] Dian Nafi: Mungkin karena itulah ketika ada info lomba nulis, saya lalu dicolek teman2 utk ikutan krn katanya tulisan saya menyentuh hati.
[19/4 19.36] Dian Nafi: Tiga kali ikut lomba nulis, menang terus. Alhamdulillah. Lalu saya memberanikan diri utk nulis yg agak panjang. Novel mayasmara menjadi debut.
[19/4 19.37] Dian Nafi: Karena mau dikirim utk uwrf tapi waktunya sempit sehingga tidak mungkin dikirim via penerbit mayor, karena akan kelamaan prosesnya, saya cetak sendiri. Dan Alhamdulillah laris
[19/4 19.39] Dian Nafi: Hal berikutnya yang menjadi point lagi adalah saat saya menang lomba nulis bareng Ahmad  Fuadi negeri 5 menara.
[19/4 19.40] Dian Nafi: Lalu ikut menulis bareng2 utk 101 bisnis online paling laris dan berturut-turut storycake yg diterbitkan Gramedia
[19/4 19.40] Dian Nafi: Diterbitkan Mizan juga jadi point lagi
[19/4 19.40] Dian Nafi: Kemudian menang lomba nulis di Grasindo dua kali berturut-turut dalam dua tahun juga anugrah
[19/4 19.42] Dian Nafi: Yang saya kejar memang lomba terus, karena saya pernah dengar kalau memang naskah lomba lebih diperhatikan sebab memang penerbit cari pemenang
[19/4 19.43] Dian Nafi: Ada beberapa naskah yang meski tidak keluar jadi juara, tapi saya dihubungi penerbit, kesediaan untuk diterbitkan
[19/4 19.44] Dian Nafi: Ada yang menangnya sebenarnya lomba cerpen utk antologi. Lalu di kesempatan berikutnya dihubungi lagi untuk nulis yang lebih panjang aka novel.
[19/4 19.45] Dian Nafi: Ada naskah yang dipesan penerbit untuk dituliskan versi panjangnya, setelah membaca cuitan saya di Twitter yang diberi tagar judul bakal novel tsb
[19/4 19.46] Dian Nafi: Selanjutnya banyak penerbit yang menghubungi utk nulis tema pesanan ataupun mrk minta stock naskah yg saya punya
[19/4 19.47] Dian Nafi: Alhamdulillah saat ini ada sekitar 22 buku tunggal dan 84 antologi diterbitkan belasan penerbit.
[19/4 19.48] Dian Nafi: Antologi itu buku bareng2 bbrp penulis, misal 8-12 penulis
[19/4 19.51] Dian Nafi: Saya basicnya arsitektur, sebelum itu ya desain dan proyek an. Sama mengelola paud yg saya rintis 2006
[19/4 19.52] Lia SP: Mbak Dian pernah ditipu penerbit tidak?
[19/4 19.53] Dian Nafi: Tapi setelah saya trace kembali, rupanya saya sdh suka nulis dari SD. Ayah memberi hadiah diary saat ultah saya 8 tahun. Selanjutnya saya nulis sampai puluhan diary. Di SMA dan kampus alhmdlh dipercaya jd redaksi majalah dan Mading. Tapi mmg gak pernah terbayangkan sebelumnya kalau dunia literasi ini akan menjadi bagian hidup yang saya cintai
[19/4 19.54] Dian Nafi: Ditipu nggak dibayar royaltinya?
[19/4 19.55] Dian Nafi: Semoga nggak akan ya. Alhamdulillah sampai dg saat ini berjalan baik. Beberapa penerbit besar itu ngasih DP kisaran 2 JT an setelah kita teken kontrak
[19/4 19.57] Maulina SP: Mbak dian. Tulisannya rata2 fiksi ya?
[19/4 19.57] Dian Nafi: Ada fiksi dan non fiksi, sekarang mulai imbang jumlahnya
[19/4 19.58] Maulina SP: Gimana mengembangkan ide untuk jnis penulisan yg berbeda?
[19/4 19.59] Dian Nafi: Untuk non fiksi, saya suka memakai mind mapping dan brainstorming
[19/4 19.59] Dian Nafi: Utk fiksi, saya pakai drama 3 babak dan bbrp pengembangannya
[19/4 20.01] Maulina SP: Maksud drama 3 babak? Maaf mbak masih buta nih
[19/4 20.02] Dian Nafi: Drama 3 babak, Google saja ya
[19/4 20.02] Dian Nafi: Ada banyak penjelasan yg panjang di sana
[19/4 20.02] Dian Nafi: Atau sebagai gambaran singkat di sini
[19/4 20.03] Dian Nafi: Cerita dimulai dengan pemicu (1)  lalu konflik datang (2A) konflik meningkat hingga klimaks (2B) lalu resolusi/penurunan (3)
[19/4 20.05] Dian Nafi: Senangnya nulis tuh karena kita jadi kepancing untuk mengulik lebih banyak hal lagi ya. Misal tadinya embrionya kita punya, berangkat dari kegelisahan, lalu saat eksekusi kita butuh referensi lebih banyak, mau gak mau kita jadi harus banyak baca dan belajar lagi
[19/4 20.06] Dian Nafi: Itu sih yang paling bikin kecanduan dalam nulis
[19/4 20.07] Dian Nafi: Dan kebetulan karena saya ternyata suka panggung, jd tersalurkan saat diminta sharing kepenulisan di kampus, pesantren, institusi, sekolahan, komunitas dll. 
[19/4 20.07] Dian Nafi: Jalan2 gratisnya aja sudah senang, apalagi dapat uang saku
[19/4 20.09] Dian Nafi: Dukanya, kadang penjualan tak selalu bagus. Sehingga kepikiran untuk tak lagi di dunia Kepenulisan, krn kalau ngarsitek duitnya sebenarnya lebih banyak. Hehe. Tapi berhubung cinta, yach balik lagi ke kepenulisan lagi
[19/4 20.10] Dian Nafi: Jadi sekarang ngarsiteknya tetap jalan, meski gak sebanyak dulu krn harus bagi waktu *curcol*
[19/4 20.12] Dian Nafi: Tipsnya sih tetap semangat dan menikmati proses. Semua profesional dulunya amatir
[19/4 20.14] Dian Nafi: Terus mengasah kepekaan utk meningkatkan kualitas tulisan
[19/4 20.15] Dian Nafi: Membranding diri ternyata penting banget. Temukan kekuatan dan kekhasan diri kita sehingga bisa stand out, dikenali dari ribuan penulis yg skrg ada dan terus lahir
[19/4 20.16] Dian Nafi: Kesempatan dan peluang saja tidak cukup, harus ditunjang dengan capability, kemampuan dan kualitas karya utk bisa diterima
[19/4 20.17] Dian Nafi: Jaga attitude agar berhubungan baik dg semua pihak, pembaca, penerbit, dan pihak2 lain yg berkaitan, termasuk sesama penulis
[19/4 20.18] Dian Nafi: Oh ya, maintain atau merawat fans/penggemar juga susah2 gampang 
[19/4 20.19] Dian Nafi: Terlalu dekat kadang bikin dia lihat kekurangan kita, lalu gak lagi jd fans. Kalau terlalu jaga jarak, dikira sombong, yg tadinya lover malah bisa jd hater
[19/4 20.23] Dian Nafi: Crossing atau menyebrang dari zona nyaman juga bisa menjadi salah satu metode utk mengaktivasi kemampuan menulis kita. Utk beri warna baru dst
[19/4 20.24] Dian Nafi: Meski dalam perjalanannya, akhirnya kita akan menemukan sesuatu yg khas, yg benar-benar menarik perhatian kita dan kita kuasai materinya
[19/4 20.26] Dian Nafi: Saya pernah dengar ternyata konon katanya setiap kita punya keberuntungan pemula. Jadi akan tiba masa kita memenangkan sesuatu, sesudahnya kita yg hrs pertahankan
[19/4 20.27] Dian Nafi: Kalau dari pengalaman menang lomba, biasanya karena apa yg saya tulis itu pas sesuai banget dengan tema yang diberikan penerbit
[19/4 20.27] Dian Nafi: Pernah suatu ketika salah seorang editor penerbit yang lombanya saya menang nomer dua, dia buka rahasia.
[19/4 20.29] Dian Nafi: Sebenarnya menurutnya sayalah yg layak juara satu, tapi rapat dewan juri menunjuk naskah penulis yg lebih dulu terjun ke dunia Kepenulisan sbg juara satunya. Begitulah. Namanya juga industri, ada banyak pertimbangan2 selain karya
[19/4 20.34] Dian Nafi: Sukanya lagi insyaAllah saya akan ke Batam, spore dan Malaysia bulan depan, siapa tahu bisa kopdaran dengan teman2 SP dan indscript serta IIDN, yuk :)
[19/4 20.36] Dian Nafi: Saya masih harus banyak belajar untuk bisa menulis yang bagus. Terutama untuk menulis yang detail memang butuh kesabaran, ketekunan dst. Padahal detail itulah yang membuat sebuah tulisan baik fiksi atau non fiksi menjadi bagus, luas dan dalam juga mengena
[19/4 20.44] Dian Nafi: Kalau boleh menyitir ungkapan mbak Dewi lestari, ide/gagasan yang hendak lahir dan dibaca dunia itu sesungguhnya yang membajak/menggunakan kita (using us) sebagai perantara. Ada ide yang mungkin sudah ada, tapi sudut pandangan, perspektif kita yang berbeda lah yang membuatnya istimewa
[19/4 20.47] Dian Nafi: Setiap karya, setiap penulis akan menemukan pembacanya. Ada dua pendekatan dlm menulis, melihat dan mengikuti tren atau menciptakan tren. Just shout out your voice, again and again, anywhere, everywhere, anyhow, whenever, until the tribe sing with us  aamiin
[19/4 20.47] Dian Nafi: Sepertinya itu yg saya bisa sedikit bagikan, smoga bermanfaat. I love to hearing a lot from you all 
[19/4 21.37] Sati SP: Mba dian mau nanya, dengan berbagai aktifitas nulis dan keluarga bagaimana bentuk supportnya? Supaya bisa bagi-bagi antara anak dan nulis
[20/4 03.29] Dian Nafi: Maaf tadi ketiduran, kecapekan. @mbak sari & mbak Ika: saya nulis ketika anak2 sekolah dan tidur. Malam jam 21.30-22.30 dan dini hari jam 3-4.
[20/4 03.30] Dian Nafi: Awalnya ibu belum mendukung, jd saya ngunpet2 kalau nulis. Tapi setelah beliau melihat ada hasilnya dan saya tidak main-main, barulah beliau mendukung
[20/4 03.32] Dian Nafi: @mbak Ima: nama pena tetap Dian Nafi. Menulis bareng mas Ahmad Fuadi itu, memang lomba yang dibuat penerbit, 8 pemenang termasuk saya, tulisannya diterbitkan menjadi antologi bersama tulisan mas Ahmad Fuadi
[20/4 03.45] Dian Nafi: @mbak ima: Buku2 sy yg sdh terbit:antara lain: miss backpacker naik haji (Mizan), 101 bisnis online paling laris, SC mompreneur, SC nikmatnya syukur, SC Ramadhan, SC keajaiban rejeki(Gramedia) ayah,lelaki itu Mengkhianatiku, gue takut Allah (diva) Mesir suatu waktu, just in love (Grasindo) berjalan menembus batas (Bentang) gado2 poligami (Elex) socioteenpreneur (Erlangga) Gus (prenada) Bidadari surga pun cemburu, matahari mata hati (tiga serangkai) muslimah kudu happy (solusi) sarvatraesa (Diandra) mayasmara, lelaki kutunggu lelakumu, segitiga (hasfa) buku2 ABK, rumah tangga penuh cinta (familia) lebih dari bidadari (qudsi) mereka yg menggugat (visimedia) kasumi (Javalitera) dll. Masih punya mimpi utk bisa menembus bbrp penerbit lain yg belum menerbitkan tulisan saya. Hehe. Doakan ya
[20/4 03.46] Dian Nafi: @mbak Vie, lulusan SP mudah-mudahan lebih keren lagi. Saling mendoakan ya:)
[20/4 04.22] Dian Nafi: @mbak sari&mbak Ika: manage-nya, nulis, baca, belajar teknik nulis, berguru, beraktifitas lain masing-masing porsinya 20℅ an. Kalau pas nggak baca buku, biasanya nulisnya juga jd seret, macet atau gak kepikiran punya bahan. Jd makin banyak baca, biasanya jd makin produktif
[20/4 05.22] Dian Nafi: Nyesel juga, krn sbnrnya kenal Ollie sdh cukup lama, tapi kok ya nggak krenthek serius ngeblog dari jaman dulu :(
[20/4 05.25] Dian Nafi: Jadi meski agak telat, sy coba ikut peruntungan di dunia perbloggan juga via www.hybridwriterpreneur.com
[20/4 05.27] Dian Nafi: Alhamdulillah sementara dr blog baru ikut content writing 200rb per artikel 4x dalam sebulan. Article placement 100 rb/buah 8x dlm sebulan.
[20/4 06.15] Dian Nafi: @mery biasanya pemberi kerja(advertising, brand,penerbit, agen dll) yg blog walking jalan-jalan cari2 yg sesuai kebutuhan mrk, atau juga via Googling, ntar kalau jodoh dan rejeki ndilalah nyangkut di blog kita. Jd contact kita hrs tertera jelas di blog agar mudah dikontak
[20/4 06.16] Dian Nafi: @anita idealnya 1 jam itu paling nggak dapat sekitar 4 halaman. Kalau lagi beruntung, sekali duduk gitu bisa dapat 8-12 halaman. Kalau lagi macet, paling cuma 1 halaman atau bahkan cuma coret2 ide/random aja
[20/4 06.32] Sp 24: Pagiii mba dian nafi..salam kenal saya ike dr sp11. Blog saya lagi mati suri mba...lamaaaa blum diisi lagi. Sudah ada niat sih tapi selalu pupus terbang entah kemana hehe 
[20/4 06.40] Dian Nafi: Pagi, mbak Ike, salam kenal kembali. Niat dan tekadnya dipertebal lagi aja, bayangkan bahwa saat nulis di blog itu spt sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Postingan2 di blog yg senada/sama temanya bisa dikumpulkan utk jadi satu naskah buku 
April 06, 2016

Ditembak Gegara Menulis Cerpen Di Mading Sekolah

by , in
Ditembak Gegara Menulis Cerpen Di  Mading Sekolah



Ada dua majalah dinding yang kukerjakan bersama teman-teman semasa kami duduk di bangku sekolah menengah atas. Yang satu adalah mading untuk Rohis (Rohanis Islam). Satunya lagi mading OSIS. Aku jadi pimred keduanya. .

Dan yang terburuk dari pengalaman menangani mading adalah  aku pernah Ditembak Gegara Menulis Cerpen Di  Mading Sekolah.

Begini critanya:




Mayana tengah membaca sebuah majalah remaja di dalam kelas ketika tiba–tiba terjadi kehebohan kecil dalam kelasnya. Tepatnya oleh gerombolan Sarva dan kelompok bangku cowok tengil itu.

“Sarva!”

Eko berteriak dari depan pintu kelas 3 A1.1
Jantung Mayana seakan ikut melompat mendengar teriakan itu. Dia merasa ada yang tidak beres. Apalagi demi melihat raut Eko yang meliriknya, Mayana jadi bertambah kecut.

“Apaan, ko?”

Sarva bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu karena Eko memberi isyarat agar cowok itu mendekat kepadanya, seperti hendak menunjukkan sesuatu.

“Ada kejutan buat lo! “ kata Eko sambil sekali lagi melirik kea rah Mayana yang jadi salah tingkah dan menebak – nebak.

“Apaan?” Sarva pun jadi ikut melirik Mayana lalu pindah memandangi Eko.

“ayuk toh ! “ Eko menarik lengan Sarva, mengajaknya setengah berlari ke arah selatan.

DEG!
Mayana langsung sadar

“astaganaga… ini pasti karena cerpen yang aku buat kemarin buat mading nih”

Gadis itu menyeret kaki dari tempat duduknya, berjalan perlahan kea rah pintu kelas. Dari sana, kepalanya yang mungil setengah berada di dalam kelas, setengah berada di luar kelas. Pandangannya terlempar jauh ke arah selatan. Benar saja, kedua teman lelakinya itu pergi ke sana. Ke sebuah papan yang selalu diperbarui isinya setiap hari Kamis. Papan Majalah Dinding sekolah. Sudah terlambat untuk menyesal, Mayana pun segera kembali ke tempat duduknya.

“Matik, aku !” keluhnya.

Dengan kepala tertunduk siap diplonco  gerombolan Sarva, sengaja Mayana berpura–pura membaca buku. Agustin seperti biasa akan datang nanti mepet sebelum bel berbunyi.  Untuk sementara Mayana benar–benar akan sendirian menerima serangan entah seperti apa–apa. Dia hanya bersiap–siap.
Mayana lupa–lupa ingat apa yang dia ceritakan tentang Sarva yang menginspirasi cerpennya. Hanya saja gadis itu menulis karakter Sarva sebagai cowok item keeling, tanpa nama. Bagi yang tidak mengenal Sarva, mungkin cerpen itu tidak berarti apa–apa. Tetapi buat yang mengenal Sarva, bisa saja cerpen itu dianggap melecehkan, menghinakan dan mencemarkan.

Wuoahhh !!
Mayana tidak habis pikir kalau nantinya badannya yang kecil dikepung segerombolan cowok yang badannya besar–besar itu.
Langkah–langkah tegap sedikit berlari dari arah selatan kelas. Satu, dua, tiga… tiga orang. Mayana memperkirakan tiga orang yang datang. Pasti Eko dan Sarva, satu lagi entah siapa yang sudah bergabung. Mungkin Roy. Kalau benar Roy, Mayana masih bisa bersyukur. Roy sangat menghargai perempuan, dia pasti tidak akan sewenang–wenang dengan Mayana. Tapi meski demikian, hatinya lumayan ciut juga.
Benar saja. Eko, Sarva dan … oemji…. Taufik– anggota gerombolan yang paling sangar-  ketiganya berdiri di dekat tempat duduk Mayana.

“Oh. Jadi gitu caranya?” Laka masih diinginkan.

Eko melancarkan serangan pertama.

Terpaksa Mayana mendongakkan kepalanya ke arah mereka yang berposisi lima belas derajat searah jarum jam dari tempatnya duduk.

“Kamu nggak tahu siapa yang kamu hadapi atau bagaimana?” kali ini Taufik yang berkacak pinggang.
Mayana  agak melirik ke arah samping kanan dan serong ke belakang sedikit. Semua teman agaknya sedang sibuk sendiri atau pura–pura sibuk. Setengah takut, sudut mata Mayana melirik ke arah jendela kelas di sebelah kirinya.

“Mana sih, Agustin. Kenapa belum datang juga,” gerutunya dalam hati.
Mayana bukannya takut dengan ketiga cowok di dekatnya ini, tetapi dia sesungguhnya jeri jika harus mempertahankan apa yang ditulisnya tanpa sadar kemarin. Seperti biasa, jika sedang penat justru kemampuan autowriting-nya itu keluar tetapi hasilnya kadang tidak terduga, dan itu bisa positif dan bisa negative tergantung asupan yang masuk dalam kepalanya, baik itu referensi ataupun pengalaman yang dialami.
Di tengah kekuatiran yang mencengkeramnya, Sarva tampil sebagai pahlawan.

“Sudah teman–teman. Tidak perlu emosi. Tentu saja Mayana tidak bermaksud memperolok aku di tempat umum. Itu justru menunjukkan bahwa aku mulai menempati ruang hatinya. Bukankah demikian, Mayana?” retorika Sarva memaksa gadis itu mengangguk demi keamanan dirinya.

Lalu kedua teman cowok yang sempat menggojloknya itu pun bubar. Sesaat Sarva menatapnya, kemudian turut berjalan meninggalkan Mayana sendirian menekuri keisengan yang tidak disengajanya.

**

Insiden cerpen item keling itu ternyata memicu Sarva semakin berani dan semakin mendesak Mayana.

“May, kamu mau menutupi apa lagi? “ tanya Sarva sepulang sekolah hari Kamis naas itu.

“Kamu marah Sarva?” tanya Mayana.

“Tidak. Aku tidak marah, aku malah suka. Tapi ada syarat untuk membuatmu terlepas dari kesalahan ini,” Sarva tersenyum – senyum.

“Apa itu?” kening Mayana berkerut.

“Aku boleh bertandang ke rumahmu, kamu tidak lagi menolak jika kuantar pulang, dan buang wajah masam kamu jika bertemu aku.”

Mayana mengangguk – angguk, “oke”

Syarat terakhirnya, cowok itu  minta diperbolehkan mengaku ke teman-temannya bahwa  Mayana adalah kekasihnya.
Gadis itu tidak lagi bisa bilang tidak. Apalagi dirinya menyadari Sofyan tidak bisa diharapkan lagi. Cowok model yang ditaksirnya itu terang – terangan bilang pada Prasojo pada beberapa waktu lalu. Bahwa dia hanya menganggap Mayana sebagai adiknya saja. Anggaplah kehadiran Sarva ini sebagai obat pelipur laranya saat ini.
Mayana menghela napas panjang.

“Deal,” ujarnya pendek, menanggapi persyaratan Sarva yang terakhir.

Cowok itu tak bisa menutupi kegembiraannya. Seketika melunjak–lunjak. Mayana terkejut setengah mati lalu meletakkan telunjuk di depan bibirnya.

“ssssttt.. tapi tidak usah teriak – teriak ya. Nggak usah norak,” pesannya dan segera menutup kedua telinganya dengan kedua telunjuknya.

Kuatir akan mendengar maklumat Sarva yang diperdengarkan ke seluruh kelas.

Untunglah cowok itu menurut pesan Mayana, dan menghentikan lunjakannya. Ganti tersenyum lebar lalu melangkah lambat-lambat ke tempat duduknya sendiri. Dengan senyum yang terus menghias wajahnya yang tampak bercahaya.
Sebagai kekasih yang mencoba bijaksana, tentu saja Sarva akan memberikan ruang yang dibutuhkan Mayana. Dia hanya akan setia menunggu dan mengikuti titah sang kekasih. Tiga tahun bukan waktu yang pendek untuk memenangkan hati Mayana. Kebersamaan mereka akan sangat berarti. Sarva telah belajar tentang betapa berharganya pencapaian ini. Mayana dan dirinya sendiri pantas untuk saling menghargai. Untuk sebuah hubungan yang sangat berharga ini.

gambar sumber dari internet

Post Top Ad