improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label penulisan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penulisan. Tampilkan semua postingan
Februari 25, 2025

Hybrid Paradox: Menemukan Kebaruan dalam Penulisan

by , in

Hybrid Paradox: Menemukan Kebaruan dalam Penulisan



Menulis adalah seni yang terus berkembang. Setiap generasi memiliki tantangan dan peluangnya sendiri dalam menciptakan sesuatu yang segar dan bermakna. Namun, di era di mana hampir setiap ide terasa sudah pernah ditulis, bagaimana kita bisa tetap menghasilkan karya yang baru dan orisinal? Inilah pertanyaan yang coba dijawab dalam buku Hybrid Paradox: Menemukan Kebaruan dalam Penulisan.

Apa Itu Hybrid Paradox?

Dalam dunia penulisan, kita sering kali dihadapkan pada dilema: antara mengikuti aturan atau melanggarnya, antara tradisi atau inovasi, antara yang realistis atau yang fantastis. Hybrid Paradox adalah pendekatan yang mengajak kita untuk tidak memilih salah satu, tetapi justru memanfaatkan ketegangan di antara dua kutub tersebut untuk menciptakan sesuatu yang unik.

Buku ini mengeksplorasi bagaimana penulis dapat memadukan berbagai genre, gaya, dan perspektif yang tampaknya bertentangan untuk menciptakan kebaruan. Bukan hanya sekadar menggabungkan dua elemen berbeda, tetapi bagaimana menemukan harmoni dalam kontradiksi sehingga menghasilkan sesuatu yang benar-benar segar dan menarik.

Mengapa Pendekatan Ini Relevan?

Dalam dunia yang serba cepat ini, pembaca mencari pengalaman baru dalam membaca. Mereka menginginkan kisah yang tidak hanya menghibur tetapi juga menggugah pikiran. Dengan Hybrid Paradox, penulis dapat:

  • Menghasilkan struktur narasi yang tidak biasa tetapi tetap kohesif.
  • Menciptakan karakter yang kompleks dan multidimensi.
  • Mengembangkan tema yang kaya dengan sudut pandang yang beragam.

Pendekatan ini memungkinkan kita untuk bereksperimen dan keluar dari batasan-batasan konvensional, menjadikan karya kita lebih berani dan berdampak.

Belajar dari Karya-Karya Besar

Beberapa karya sastra terbaik sepanjang sejarah telah mengadopsi prinsip Hybrid Paradox tanpa kita sadari. Misalnya, Gabriel García Márquez dengan One Hundred Years of Solitude yang menggabungkan realisme dan magis dalam satu narasi yang epik. Atau Haruki Murakami, yang menyatukan kehidupan sehari-hari dengan elemen-elemen surealis dalam novelnya.

Buku ini akan membahas berbagai studi kasus dari karya-karya terkenal dan bagaimana kita bisa menerapkan teknik serupa dalam tulisan kita sendiri.

Langkah Praktis untuk Memulai

Bagi kamu yang ingin mulai menulis dengan pendekatan ini, Hybrid Paradox menawarkan serangkaian latihan dan strategi:

  • Eksplorasi ide bertentangan: Ambil dua konsep yang berbeda dan coba padukan dalam satu cerita.
  • Eksperimen dengan struktur: Jangan terpaku pada pola tradisional, cobalah alur non-linear atau multi-perspektif.
  • Jangan takut bermain dengan bahasa: Gunakan gaya yang unik dan eksploratif, tanpa kehilangan esensi cerita.

Siap Menulis Sesuatu yang Baru?

Jika kamu merasa terjebak dalam pola menulis yang monoton, Hybrid Paradox adalah kunci untuk membuka kemungkinan baru. Dengan memahami cara mengelola kontradiksi dan menyatukan elemen-elemen yang berbeda, kamu dapat menciptakan tulisan yang tidak hanya orisinal tetapi juga lebih kaya secara emosional dan intelektual.

Mari menulis dengan cara yang lebih segar dan berani! 🚀📖


Cek link bukunya di google play book

https://play.google.com/store/books/details?id=vDZJEQAAQBAJ

ada juga di  google book

http://books.google.com/books/about?id=vDZJEQAAQBAJ


Agustus 29, 2020

Penulisan Riset Arsitektur Bali dan Toba

by , in
Penulisan Riset Arsitektur Bali dan Toba





baca juga perjalanan mengenal arsitektur indonesia sebelumnya:
arsitektur rumah kampung adat GuruSina
arsitektur kampung adat di jawa bagian barat
yori antar: arsitektur nusantara
prof joseph: arsitektur mengkini dan menanti
arsitektur Lasem Lasem 2 Lasem 3 Lasem 4
arsitektur masjid agung demak

riset arsitektur baluwarti kraton cirebon
Cultural Landscape Lanskap Budaya dalam Arsitektur
Metode Penelitian Fenomenologi Arsitektur




Bangunan hunian-hunian bali ada yg berbentuk beberapa unit, ada juga yang satu unit.

Gambar

Gambar
Gambar
Banyak varian bentuk juga penamaannya
Fungsi
Jumlah saka
mata angin
bentuk
ornamen

Gambar

Ada ragam hias tempat Setiap peristiwa beda2 Ada harum bunga, asap dll Panca indera menikmati, diulang2 dlm peristiwa ritual yg regular Tersimpan dlm memori Menimbulkan kerinduan, klangen Setiap keluar, ada penyambutannya Sudah kangen, disambut juga
Gambar


Gambar

Peristiwa Ritual Sakral (PRS)

Gambar

Gambar

Ada teritori
Gambar

Gambar
Gambar

Gambar



GambarSelain teritori yg kita kenal, ada Teritori yg bergerak yaitu Mandala Mamargi



Gambar

Dari Bali kita ke Toba ya Balige pintu utama ke sungai asahan Teritori bangunan danau toba Ada 2 bentuk berbeda Krn ada yg masuk dr yunani dan india. Biarpun bertetangga, rona arsitekturnya berbeda
Gambar

Gambar

Pelingkup teritori Bangunan jabu- sopo

Gambar
Gambar

Gambar
Gambar

Kayu tiang dan teritori parjabu

Gambar



Secara vertikal Teritori penyimpanan
Gambar
kori2 di Jawa juga mirip dengan yang di Bali, apakah ada persamaan makna antar yang di Bali dengan yang sama di Jawa?

Gerbang dari kata "garba". Lebih cenderung ke "indung'. Jadi kata gerbang lebih pada makna keluar. Barangkali identik dengan pemesuan "Indung" juga sangat "feminin" perempuan, Ibu, berkembang biak

teritori pria ada diluar ketika malam dan wanita di lantai 2 untuk keamanan . apakah ada ruang irisan antara teritori pria dan wanita mayat/tengkorak yg telah diangkat tadi, lalu kuburannya tersebut scr teritori bgm? apakah berpindah milik (digunakan oleh orang lain?)









Januari 12, 2020

Proses Kreatif Penulisan Hybrid Paradox Dian Nafi

by , in
Proses Kreatif Penulisan Hybrid Paradox Dian Nafi




Kata serta istilah Paradox dan Hybrid lama-lama menjadi teman sepanjang perjalananku mengarungi kehidupan, termasuk dalam kepenulisan. Karena kita tahu, tulisan seringkali datang terinspirasi oleh pengalaman-pengalaman yang kita dapatkan. 

Akhir tahun kemarin tiba-tiba aku kepikiran untuk membuat buku Hybrid Paradox yang memuat tulisan dan pemikiran-pemikiranku terkait dan terhubung dengan dua istilah itu. Lalu teringat jaman dulu waktu masih fesbukan kok kayaknya aku punya catatan-catatan yang suka merangkum pengalaman-pengalaman dan ephipany-ephipany-ku dalam tulisan-tulisan yang khas aku ya. Suka menggabungkan dua, tiga sampai sekaligus empat pengalaman hidup serta pemaknaannya dalam satu tulisan. Semacam interkontekstual dan leap atau lompatan antar a-ha momen gitu. So...aku pun membuka-buka lagi catatan-catatan itu lalu mengkuratorinya sendiri, memilih mana yang layak untuk diangkut di buku Hybrid Paradox ini karena mungkin sedikit atau banyak relate dengan pembaca, dan mana yang bisa kusimpan sendiri dalam folderku karena terlalu personal. 

Dan taraaa....jadilah ada 60 tulisan dalam buku Hybrid Paradox ini. Beberapa di antaranya berasal dari versi diriku yang masih polos, belum terlukai dan pahit seperti sekarang ini. Hiks. Aku tak hendak menyalahkan siapa-siapa, tapi aku rindu diriku yang dulu, yang cerdas, murni dan tidak terkontaminasi. Hiks. 


Jadi, bagaimana sih biasanya prosesku menemukan ide lalu kepincut mengembangkannya menjadi tulisan (baik pendek ataupun panjang). Ini dia sedikit rangkumannya:

Pada mulanya adalah kata. Then one opening sentence that triggered by one moment from one muse. Terus dari situlah tulisan atau cerita mengalir. Kalau masih bisa bawa emosinya apalagi dapat ephipany dan kepikiran klimaks serta endingnya bakal lebih lancar menuangkannya. Yg kdg .luput lalu gak selesai ditulis itu kalau stroomnya mungkin gak terlalu kuat dan energinya tdk cukup besar jd dorongan menyelesaikannya macet di jalan. Atau krn pas kebetulan lagi sibuk jd gak sempat dan akhirnya plethikan yg tadinya sempat ditulis jd cuma sebaris ide saja. So..mmg kalau ada ide seharusnya segera dieksekusi, stlh itu bisa dipoles untuk penyempurnaannya. Akan lebih gampang spt itu drpd terpaksa membaca selarik ide yg ngendon di folder dr kapan lalu kepikiran mengembangkan tapi having no clue mau bicara apa or not enough energy utk...menggali lagi emosi, memori dan ephiphany2 saat kejadian aslinya yg memicu terplethiknya tulisan itu. Meski ada juga yg justru dg pengendapan2 diikuti kontemplasi2 mjdkan bahan lama ini bisa tersaji dg lbh apik dan epik,punya kedalaman,keluasan dan nuansa yg lbh kaya seiring...dg wawasan, ilmu, pengalaman yg lbh banyak dan luas.

Buku Hybrid Paradox bisa dibeli versi digital alias ebook-nya via GooglePlay dan GoogleBooks  bit.ly/hybridparadox
Kalau mau dapat versi cetaknya, bisa pesan ke bit.ly/orderhasfa tulis nama/kota/judul buku/jumlah yang dipesan.
Desember 29, 2019

Rencana Penulisan Buku Arsitektur

by , in
Rencana Penulisan Buku Arsitektur


Gambar
Insya Allah ada 16 kontributor ahli yang terdiri para dosen, doktor, profesor yang akan menulis bersama bunga rampai arsitektur ini.

Berikut salah satu tulisannya.

Lawang Yang Hilang
Oleh Dian Nafi

Ada yang hilang siang itu saat kami datang.
Ia iconic. Menjadi menarik karena warna merahnya yang dominan, bentuk kepala naga melintang dengan gigi-gigi menakutkan bagi anak-anak yang memperhatikannya, setidaknya aku waktu kecil dulu. Cerukan, tonjolan, lengkungan yang terbentuk oleh ukiran, paduan sulur-sulur stilisasi tumbuhan ala jawa dan nusantara yang kaya, bokor jambangan ala gujarat india dan hindu budha, mahkota ala majapahit, kepala naga ala china.
Bersama-sama dengan ciri khas atap tajug tumpang tiga sebagai adaptasi meru hindu, piring campa, gentong khong cina, tiang majapahit, lawang bledheg menjadi simbol inkulturasi. Suatu upaya strategi walisongo dan Raden Fatah dalam memadupadankan berbagai unsur di sekitarnya, menyatukan berbagai perbedaan. Wujud adaptasi dan toleransi. Spiritnya mungkin bisa ditiru arsitek mana saja untuk tujuan serupa. Entah itu apa bentuk dan interpretasinya.
Saat aku akhirnya bisa melihat lagi versi asli lawang bledhegnya di museum Masjid Agung Demak, tiba-tiba justru melintas dalam kepalaku Quran surat Ali imran ayat 133-136 yang menerangkan sifat orang-orang yang bertakwa. Bagi mereka yang segera bertobat, menyesali dosa, balasannya adalah terampuni dan masuk surga. PINTU itu, pintu bledheg itu, pintu menuju sorga.

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (١٣٥)أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
Terjemah Surat Ali Imran Ayat 133-136:
133. Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit[1], dan orang-orang yang menahan amarahnya[2] dan mema'afkan (kesalahan) orang lain[3]. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan[4].
135. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri[5], segera mengingat Allah[6], lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya[7], dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.
136. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.
Mahkota itu gambaran dari orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit. Kepala naga atau apapun makhluk bergigi runcing itu adalah gambaran dari orang-orang yang menahan amarahnya. Jambangan adalah gambaran dari mema'afkan (kesalahan) orang lain. Dan sulur-sulur dedaunan itu gambaran dari orang-orang yang berbuat kebaikan, orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, segera mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya.
Adakah interpretasi ini mengada-ada? Mungkin iya. Tapi itulah yang terlintas dalam benakku saat raga dan rasaku bersinggungan dengan raga dan rasa pintu bledheg itu. Wallahu a’lam bishshowab.
Ornamen dan detail, bagaimanapun, adalah salah satu komponen pembentuk arsitektur yang signifikan. Seperti halnya dalam cerita. Kita mendapatkan kedalaman, nuansa, tone, warna, aura, ambience, kesan tertentu. Pintu bledheg ini dengan segala ornamen dan detailnya adalah bagian dari Masterpiece.
Kenapa bukan kaligrafi? Bukankah ini masjid? Inilah kekuatan kurator dan kreatornya. Sunan Kalijogo diamini Wali Songo dan Raden Fatah, orang-orang di balik masterpiece ini tentu saja geng kuratornya. Kreatornya, Ki Ageng Selo. Tapi ini versi rekaanku tentu saja. Sedangkan versi lainnya ada banyak sekali.
Cerita rakyat Lawang Bledeg mengisahkan pemberontakan yang dilakukan oleh Ki Ageng Selo kepada Sultan Trenggana, sebab sebagai keturunan asli Prabu Brawijaya walaupun tidak diakui, Ki Ageng Selo merasa berhak atas tahta Demak. Sunan Kalijaga tidak menggunakan kekerasan untuk melawan Ki Ageng Selo, melainkan menggunakan jalur diplomasi. Sunan Kalijaga mengatakan bahwa esok yang akan menjadi raja Demak bukanlah Ki Ageng, melainkan keturunannya maupun orang yang sangat dekat dengannya, jika Sunan Kalijaga berbohong, maka keturunannya akan hidup sengsara. Ki Ageng Selo pun takluk dan diampuni oleh Sultan Trenggana. Lalu Ki Ageng Selo membuat pintu bledheg dengan cara menangkap petir kemudian dibuatnya sebuah pintu dan dipersembahkan sebagai permintaan maaf.
Versi lainnya, dalam tradisi lisan di beberapa daerah di Jawa Tengah, Ki Ageng Selo merupakan tokoh yang terkenal bisa menangkap petir. Diceritakan, suatu hari Ki Ageng Selo sedang mencangkul di sawah. Langit mendung lalu turun hujan dan tiba-tiba petir menyambarnya. Namun, dengan kesaktiannya, dia berhasil menangkap petir itu. Petir tersebut berwujud naga. Ki Ageng Selo mengikatnya ke sebuah pohon Gandrik.
Ketika dibawa kepada Sultan Demak, naga tersebut berubah menjadi seorang kakek. Kakek itu kemudian dikerangkeng oleh Sultan dan menjadi tontonan di alun-alun. Kemudian datanglah seorang nenek mendekat, lalu menyiram air dari sebuah kendhi ke arah kakek tersebut. Tiba-tiba, terdengar suara petir menggelegar dan kakek nenek tersebut menghilang.
Dari kisah tersebut berkembang mitos kalimat, “Gandrik, aku iki putune Ki Ageng Selo” yang artinya, “Gandrik, saya ini cucunya Ki Ageng Selo.” Kalimat itu, bagi sebagian penduduk daerah Gunung Merapi dan Gunung Merbabu misalnya, dipercaya dapat menghindarkan mereka dari sambaran petir ketika hujan datang. Sigit Prawoto, dosen Antropologi Sosial dan Etnologi Universitas Brawijaya, dalam bukunya Hegemoni Wacana Politik menyebut, “pernyataan klaim kekeluargaan ini mengandung keyakinan kultural bahwa seseorang yang berasal dari keturunan orang yang memiliki kualitas (kasekten) tertentu akan mewarisi kualitas tersebut.”
Kisah Ki Ageng Selo menangkap petir diabadikan dalam ukiran pada Lawang Bledheg atau pintu petir di Masjid Agung Demak. Ukiran pada daun pintu itu memperlihatkan motif tumbuh-tumbuhan, suluran (lung), jambangan, mahkota mirip stupa, tumpal, camara, dan dua kepala naga yang menyemburkan api.
Menurut Soetardi dalam Pepali Ki Ageng Selo, Ki Ageng Selo merupakan keturunan Brawijaya, raja terakhir Majapahit, dari istrinya yang paling muda yang berasal dari Wandan atau Bandan atau Pulau Banda Neira.
Dalam kitab Babad Tanah Jawi disebutkan, Ki Ageng Selo adalah keturunan Raja Majapahit, Brawijaya V. Pernikahan Brawijaya V dengan Putri Wandan Kuning melahirkan Bondan Kejawen atau Lembu Peteng. Lembu Peteng yang menikah dengan Dewi Nawangsih, putri Ki Ageng Tarub, menurunkan Ki Ageng Getas Pendawa. Dari Ki Ageng Getas Pendawa lahirlah Bogus Sogom alias Syekh Abdurrahman alias Ki Ageng Selo.
Hidup di masa kekuasaan Sultan Trenggana, awal abad ke-16,  Ki Ageng Selo pernah ditolak menjadi anggota Prajurit Tamtama Pasukan Penggempur Kerajaan Demak. Sebab dalam ujian mengalahkan banteng, dia memalingkan kepala saat melihat darah yang menyembur dari kepala banteng setelah pukulannya kena mata sang musuh. Karena memalingkan kepalanya itu, dia dipandang tidak tahan melihat darah, dan karena itu tidak memenuhi syarat.
Penolakan itu membuat Ki Ageng Selo berkeinginan mendirikan kerajaan sendiri. Bila cita-cita ini tidak dapat tercapai olehnya sendiri, maka dia mengharapkan keturunannyalah yang akan mencapainya.
Ki Ageng Selo kemudian pergi ke sebuah desa di sebelah timur Tawangharjo, Kabupaten Purwodadi. Dia hidup sebagai petani dan memperdalam ilmu agama, filsafat serta ilmu untuk memperluas pengaruh kepada rakyat.
Riwayat Ki Ageng Selo juga menyebut kalau beliau mempunyai putra bernama Ki Ageng Enis, yang selanjutnya mempunyai putra bernama Ki Ageng Pamanahan. Cucu Ki Ageng Selo ini menikah dengan putri sulung Kiai Ageng Wanasaba, dan dianugerahi putera bernama Mas Ngabehi Loring Pasar atau Sultan Sutawijaya. Keinginan Ki Ageng Selo  mendirikan kerajaan sendiri terwujud oleh cicitnya ini. Sutawijaya merupakan pendiri Kerajaan Mataram kedua atau Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada 1587-1601 M.
Sebelumnya, Ki Ageng Enis juga sempat berguru pada Sunan Kalijaga—satu angkatan dengan muridnya yang termasyhur yakni Jaka Tingkir. Ki Ageng Enis lalu diminta bertempat tinggal di Dusun Lawiyan guna mengajarkan agama Islam. Maka dari itu, putra terakhir Ki Ageng Selo ini akhirnya lebih dikenal sebagai Ki Ageng Lawiyan.
Itulah salah satu cerita yang membuktikan betapa berpengaruhnya keturunan Ki Ageng Selo dalam persebaran Islam di Pulau Jawa. Garis keturunan Ki Ageng Selo diakui sebagai cikal bakal yang menurunkan raja atau pimpinan. Bukan hanya raja di Kesultanan Demak, Pajang, Mataram, Yogyakarta, atau Surakarta, namun konon katanya, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur juga jadi salah seorang keturunan Ki Ageng Selo. Banyaknya keturunan Ki Ageng Selo yang menjadi orang besar, membuktikan bahwa tirakat yang beliau lakukan demi anak dan cucunya menjelma berkah bagi semesta alam.
Ki Ageng Selo menanamkan pengaruh kepada masyarakat lewat syair yang ditulis sebagai Pepali. Pepali ini kemudian diwariskan kepada keturunannya sebagai kitab yang berisikan didikan kesusilaan, kebatinan dan keagamaan.
Aja sira ngagungkeun akal. Wong akal ilang baguse. (Jangan kamu menyombongkan akalmu. Orang berakal hilang bagusnya.) Itu adalah salah satu ajarannya.
Semasa hidup, beliau dikenal memiliki kemampuan menabuh
alat musik ganjur yang bisa menarik penduduk—dan di saat momen itulah Ki Ageng
Selo melakukan dakwah Islamnya. Selain itu, Ki Ageng Selo juga mendirikan
madrasah untuk mendidik masyarakat agar paham dan taat terhadap ajaran Islam.
Muridnya datang dari berbagai daerah dan macam-macam kalangan. Salah satunya Mas
Karebet—yang kelak menjadi Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya.
Filsafat hidup yang diajarkan Ki Ageng Selo merupakan perpaduan dari unsur-unsur keagamaan Islam dan Hindu. Pengaruh yang disebarkan sang filsuf ini mampu manjadikan desanya bernama Selo. Selow. Slow. Situs makam Ki Ageng Selo yang terletak di belakang Masjid Ageng Selo kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobongan, Jawa Tengah masih ramai dikunjungi peziarah.
Ukiran bergambar naga yang berada di pintu Bledeg merupakan perwujudan petir yang pernah dipersembahkan Ki Ageng Solo kepada Kerajaan Demak pada zaman Sultan Trenggono. Namun, ada juga yang menyatakan bahwa kesaktian Ki Ageng Selo menangkap petir hanyalah kiasan alias metafora.
Versi lainnya mengatakan bahwa pintu bledheg itu menyimpan rajah agar Demak tidak mudah diserang. Versi lainnya lagi menyampaikan pintu bledheg menjadi daya tarik yang sengaja disebarkan kepada rakyat/masyarakat kala itu, agar mereka pergi ke masjid Agung demi bisa melihat pintu ini. Ada pula versi yang mengisahkan bahwa pintu ini simbol bahwa saat masuk ke dalam masjid agung Demak, orang-orang harus melepaskan kebanggaan mahkotanya, menahan emosi amarahnya, kekayaannya (yang biasanya disimpan dalam bokor jambangan) tak lagi ada artinya.
Mau tahu versi lainnya lagi? Ada yang bilang Sultan Trenggono agak salah strategi, karena justru menyuruh Ki Ageng Selo yang menangkap petir. Sehingga justru keturunan ki Ageng Selo-lah yang kemudian menjadi raja-raja yang berjaya di tanah Jawa.

What's next
Batik lawang bledheg dengan segala keindahan kreasinya, baik pilihan dan muasal ornamen, perpaduan juga gradasi warna merah hijau emasnya, legenda dan mitos yang membersamainya, serta tentu saja beribu interpretasinya ini sangat potensial menjadi ciri khas demak.yang bisa dibawa ke kancah internasional.
Nilai-nilai adaptif, inkulturasi, akulturasi, enkulturasi, toleransi dari lawang bledheg semestinya menjadi inspirasi terus menerus demi menjaga kebhinekaan di nusantara, bahkan menyatukan perbedaan dan keragaman di seluruh dunia dan alam semesta.
Ingat film Gundala (2019) garapan sutradara Joko Anwar yang tayang di bioskop beberapa waktu lalu? Penciptaan Gundala oleh komikus Harya Suraminata disebut-sebut terinspirasi oleh Ki Ageng Selo, tokoh legenda yang diceritakan bisa menangkap petir. Nama Gundala sendiri berasal dari kata "gundolo" yang artinya petir. Dan menakjubkan, bahwa film Gundala akhirnya diputar juga di kancah festival internasional. So proud! Ki Ageng Selo memang maestro. Dan pintu bledheg memanglah masterpiece.
Aku tak pernah bisa membayangkan seperti apakah masjid agung Demak tanpa lawang bledeg. Tapi siang itu benar terasa ada yang hilang saat lawang bledhegku tertutup backdrop acara sosialisasi pilkada di serambi masjid yang akan berlangsung malamnya. Semoga bukan perlambang bahwa yang profan menutupi yang sakral. Alangkah eloknya jika lawang bledheg justru tetap ditampilkan saat ada acara-acara di serambi. Ia adalah ciri khas sekaligus sumber inspirasi. Ialah pintu sorga.




September 26, 2018

Proses Kreatif Penulisan Novel Tarian Dewantari

by , in
Proses Kreatif Penulisan  Novel Tarian Dewantari




Alhamdulillah lagi, salah satu naskah novelku menjadi pemenang dalam lomba novel yang diadakan salah satu penerbit di Bandung.
Bercerita tentang seorang gadis yang dikecewakan pacar yang telah ditunggu untuk melamar setelah bertahun-tahun hubungan yang menggantung. Dia melarikan kekecewaannya itu keluar negeri untuk belajar dan sekaligus bekerja, sambil terus berharap hubungan mereka akan berlanjut pada akhirnya ke pernikahan. Tapi....

Baca kelanjutan ceritanya di Novel Tarian Dewantari ya....


Nih dia blurpnya:

Bagaimana jika setelah cukup berhasil menunjukkan bahwa dirinya telah naik level dan belasan tahun hubungannya digantung, Dewantari tak juga mendapat kepastian akan kelanjutan status bersama Nurman?

Bagaimana jika pada saat-saat didera kesulitan, Julian selalu ada di dekat Dewantari, meski dia belum juga move on dari Nurman?
Bagaimana jika saat Dewantari akhirnya menerima Julian, apakah akan ada banyak ganjalan dari keluarganya sendiri ataupun  keluarga Julian?
Bagaimana jika tak ada siapapun yang bisa membantu setelah Dewantari menikah, hamil dan melahirkan?

Haruskah  Dewantari mengenyampingkan karir demi keluarganya?

Apakah mereka akan tetap eksis di Inggris?

Mustikah mereka balik ke Indonesia karena sepertinya akan lebih mudah dalam kepengasuhan anak dll?


Bagaimana jika datang cemooh dari teman-teman dan sangkaan bahwa Dewantari kehilangan nasionalismenya? 


Apakah mereka harus balik ke Indonesia?


Novel Tarian Dewantari bisa dibeli via google books atau google play

https://play.google.com/store/books/details/Dian_Nafi_Tarian_Dewantari?id=JNFtDwAAQBAJ


Agustus 15, 2018

Proses Kreatif Penulisan Buku Life Miracle

by , in
Proses Kreatif Penulisan Buku Life Miracle




Lebih untung orang yang beruntung. 
Kira-kira demikian pula yang kuperoleh akhir-akhir ini. Bahkan kalau boleh dibilang, dalam tahun-tahun terakhir dalam seluruh kehidupanku. Thanks to Allah.

Berbagi pengalaman menarik terkait dengan keberuntungan-keberuntungan mungkin bisa menggugah teman-teman semua . Bahwa ada banyak keajaiban-keajaiban yang mungkin terjadi dalam kehidupan kita.

Apa yang lebih menggembirakan dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan dengan orang-orang yang kita kagumi, dengan cara-cara yang kadang-kadang tak disangka-sangka? Pertemuan-pertemuan tersebut tak hanya membawa dan memberikan cinta yang lebih berwarna dalam kehidupan, tetapi juga pelajaran pelajaran penting dan hikmah yang banyak berguna dalam mengubah mindset, dan perkembangan karier, juga kehidupan.

Keajaiban yang datang dalam kehidupan kita juga seringkali berbentuk rejeki yang tak diduga-duga. Min ghoiri laa yahtasib. Entah itu berupa proyek, order, job manggung, perjalanan gratis, peralatan, uang tunai, cash bahkan rumah tinggal.

Kesempatan-kesempatan yang berharga dan yang membawa kita semakin terbang jauh menapaki tempat-tempat yang selama ini hanya diimpikan, adalah juga merupakan keajaiban-keajaiban dalam kehidupan yang patut kita syukuri. Kita bagikan rasa syukur nikmat ini agar bisa menjadi jejak catatan, kenangan, dan mudah-mudahan menjadi jalan bagi banyak orang untuk agar tidak pernah berhenti berharap, berdoa, dan berusaha. Karena Allah yang akan mengerjakan sisanya, Setelah upaya ikhtiar optimal dan doa-doa kita melangit, Allah yang akan mengerjakan selebihnya. Insya Allah.

Keajaiban datang jika kita punya iman dan takwa. Kalau bisa bukan sekadar cukup, tetapi harus kuat. Begitu konon katanya. Dan aku masih berharap akan keajaiban itu. Sambil terus bergerak dan berdoa

Mei 28, 2018

Proses Kreatif Penulisan Buku MCGS Muslimah Cantik Gaya Sholihah

by , in
Proses Kreatif Penulisan  Buku MCGS Muslimah Cantik Gaya Sholihah


Kalau bicara cantik, ada orang yang bilang semua perempuan juga pasti cantik. Betul. Tapi tentu ada yang cantiknya bisa terpancar, dan ada yang tidak. Cantik itu selain menurut masing-masing selera, tetapi juga ada hal-hal common-nya yang jika kita pahami, akan membantu diri kita untuk menjadi cantik bagi siapa saja.
Demikian juga dengan gaya, di mana selera satu orang mungkin berbeda dengan orang lain. Namun ada garis merah dan pertanda-pertanda seperti apakah perempuan bergaya yang gayanya bisa diterima banyak kalangan.
Sedangkan sholihah meski kelihatannya sudah ada ukurannya, Alquran Hadits Ijma Qiyas dan semacamnya, namun ada hal-hal dalam lingkungan tempat perempuan itu tinggal berikut tradisi, kebiasaan dll yang akan mempengaruhi bagaimanakah sholihah ini diukur.
Mari kita selami lebih dalam lagi melalui buku ini.

Maret 03, 2016

Ready For MBTM

by , in
Ready For  MBTM



Gemes ama femes yang satu ini. Karena sebenarnya outline sudah siap. Materi juga ada di kepala. Imajinasi sudah menari-nari. bahkan beberapa quote sudah kudapat dan bahkan  kubagi di time line twitter.

Tapi alhamdulillah akhirnya MBTM menemukan jalannya untuk lahir, perlahan-lahan.

Berikut cuplikan teasernya ya, selamat mencicipi sedikit-sedikit :)



Post Top Ad