improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label trik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label trik. Tampilkan semua postingan
Februari 25, 2025

Hybrid Paradox: Menemukan Kebaruan dalam Penulisan

by , in

Hybrid Paradox: Menemukan Kebaruan dalam Penulisan



Menulis adalah seni yang terus berkembang. Setiap generasi memiliki tantangan dan peluangnya sendiri dalam menciptakan sesuatu yang segar dan bermakna. Namun, di era di mana hampir setiap ide terasa sudah pernah ditulis, bagaimana kita bisa tetap menghasilkan karya yang baru dan orisinal? Inilah pertanyaan yang coba dijawab dalam buku Hybrid Paradox: Menemukan Kebaruan dalam Penulisan.

Apa Itu Hybrid Paradox?

Dalam dunia penulisan, kita sering kali dihadapkan pada dilema: antara mengikuti aturan atau melanggarnya, antara tradisi atau inovasi, antara yang realistis atau yang fantastis. Hybrid Paradox adalah pendekatan yang mengajak kita untuk tidak memilih salah satu, tetapi justru memanfaatkan ketegangan di antara dua kutub tersebut untuk menciptakan sesuatu yang unik.

Buku ini mengeksplorasi bagaimana penulis dapat memadukan berbagai genre, gaya, dan perspektif yang tampaknya bertentangan untuk menciptakan kebaruan. Bukan hanya sekadar menggabungkan dua elemen berbeda, tetapi bagaimana menemukan harmoni dalam kontradiksi sehingga menghasilkan sesuatu yang benar-benar segar dan menarik.

Mengapa Pendekatan Ini Relevan?

Dalam dunia yang serba cepat ini, pembaca mencari pengalaman baru dalam membaca. Mereka menginginkan kisah yang tidak hanya menghibur tetapi juga menggugah pikiran. Dengan Hybrid Paradox, penulis dapat:

  • Menghasilkan struktur narasi yang tidak biasa tetapi tetap kohesif.
  • Menciptakan karakter yang kompleks dan multidimensi.
  • Mengembangkan tema yang kaya dengan sudut pandang yang beragam.

Pendekatan ini memungkinkan kita untuk bereksperimen dan keluar dari batasan-batasan konvensional, menjadikan karya kita lebih berani dan berdampak.

Belajar dari Karya-Karya Besar

Beberapa karya sastra terbaik sepanjang sejarah telah mengadopsi prinsip Hybrid Paradox tanpa kita sadari. Misalnya, Gabriel García Márquez dengan One Hundred Years of Solitude yang menggabungkan realisme dan magis dalam satu narasi yang epik. Atau Haruki Murakami, yang menyatukan kehidupan sehari-hari dengan elemen-elemen surealis dalam novelnya.

Buku ini akan membahas berbagai studi kasus dari karya-karya terkenal dan bagaimana kita bisa menerapkan teknik serupa dalam tulisan kita sendiri.

Langkah Praktis untuk Memulai

Bagi kamu yang ingin mulai menulis dengan pendekatan ini, Hybrid Paradox menawarkan serangkaian latihan dan strategi:

  • Eksplorasi ide bertentangan: Ambil dua konsep yang berbeda dan coba padukan dalam satu cerita.
  • Eksperimen dengan struktur: Jangan terpaku pada pola tradisional, cobalah alur non-linear atau multi-perspektif.
  • Jangan takut bermain dengan bahasa: Gunakan gaya yang unik dan eksploratif, tanpa kehilangan esensi cerita.

Siap Menulis Sesuatu yang Baru?

Jika kamu merasa terjebak dalam pola menulis yang monoton, Hybrid Paradox adalah kunci untuk membuka kemungkinan baru. Dengan memahami cara mengelola kontradiksi dan menyatukan elemen-elemen yang berbeda, kamu dapat menciptakan tulisan yang tidak hanya orisinal tetapi juga lebih kaya secara emosional dan intelektual.

Mari menulis dengan cara yang lebih segar dan berani! 🚀📖


Cek link bukunya di google play book

https://play.google.com/store/books/details?id=vDZJEQAAQBAJ

ada juga di  google book

http://books.google.com/books/about?id=vDZJEQAAQBAJ


April 04, 2020

Tips Menulis Novel: PREMIS

by , in
Tips Menulis Novel


PREMIS
peng-ide-an. Kenapa Pengidean? Karena ide juga hasil proses. Jadi "Ide" adlh hal terbuka yang bisa berubah seiring proses. Salah satu hal penting yang harus dikuasai adalah membedakan, mana yg disebut ide, bibit-ide, atau malah nyampah doang.

Contoh: Ah, gue mau cerita tentang cowok patah hati yang mo nyelesaiin skripsi. Buat gue, itu
Punggung tangan dengan jari telunjuk mengarah ke atas
BUKAN ide. Itu cuma celetukan yang BISA jadi ide. Nah! Celetukan itu harus diuji feasibility-nya utk jadi Ide. Caranya?

Masukkan celetukan itu ke dalam kerangka Premis Cerita. Kalau celetukan itu nggak bisa jadi Premis, celetukan itu bakal gw buang ke tong sampah. It's almost useless!


Ide Cerita harus selesai. Like, SELESAI. Cerita utuh dari awal sampe akhir cuma dengan 1 (satu) kalimat Premis. Percayalah, kalau kita gagal menjelaskan cerita kita dalam satu kalimat singkat, 50ribu kata nggak akan ada gunanya buat bikin ide itu jadi jelas

Celetukan yg gagal masuk premis jangan dilulusin. Catet aja di mana kek, kali aja kelak berguna. Kalaupun celetukan itu 'Selesai' hasilnya paling2 cuma cerita ngalor-ngidul ke sana kemari yang nggak ngiket n gak jelas arahnya


Kalimat premis sesederhana ini: Ada tokoh (dg karakterisasi xxx mengalami initial occurance) ingin mencapai (tujuan tertentu) tapi terhalang (sesuatu) sehingga akhirnya dia (berhasil/tidak-berhasil mencapai tujuannya dalam keadaan xxx).

Kalau celetukan itu tidak berhasil jadi kalimat, saran saya jangan coba2 mulai nulis. Bukan nakut2in. Tapi, kemungkinan besar mampet di tengah jalan. Trus? Gw buat beberapa keputusan utama tokoh yg bikin dia sampai (atau tidak sampai) ke tujuan. Ini namanya Key Moments.

Keputusan2 itu tergantung pada Halangan tokoh yg ada dalam premis yg sblmnya ud dibuat. Keputusan2 ini berisi rencana TINDAKAN NYATA yg dilakukan tokoh untuk menyingkirkan halangannya. Jumlahnya palingan 5-6 keputusan. Bahkan bisa lebih sedikit. Sya bikinnya urutan.

Stlh dapet Key Moments, trus? Saya akan mulai membuat 2 (dua) tiang pertama cerita. Apa itu? Opening dan Closing cerita.

Protagonis yg ada di premis langsung gw masukin ke dalam SETTING. Jadi di proses ini gw belum bener2 tahu karakterisasi si Protagonis akan macam apa kecuali hal yg mendasar (jenis kelamin, umur, pekerjaan/posisi dalam cerita).

Bentuk Opening n Closing ini adalah adegan bermasalah; BUKAN cuma deskripsi2 pemandangan, apalagi adegan dia bangun tidur sambil goler2. Melainkan, Protagonis langsung saya hadapkan sama masalah yang harus dipecahkan.

Ending juga bentuknya adegan setelah tokoh menghilangkan HALANGAN-nya (either dia berhasil ato nggak). Di akhir cerita HALANGAN pasti hilang. Bukan berarti karena dia brhasil. Bisa aja krn dia gagal atau malah mati. Orang mati gak bakal punya halangan lagi, kan?


Catat: Menghilangkan halangan tokoh TIDAK SAMA dengan doi berhasil mencapai tujuan.

Dari nulis Opening dan Ending, saya akan dapet KARAKTERISASI protagonis secara psikologis. Apa yang sy cari? Cara tokoh merespon masalah. Catat: Karakterisasi adalah totalitas respon karakter atas masalah dan kejadian yang muncul di dunianya.

HAPUS tuh ide2 yg bilang karakterisasi kek serangkaian ajektif (baik, ramah, senang membantu ibu, blablabla) plus hobi, potongan rambut, zodiak, makanan favorit, blublublu. Nyaris ga ada gunanya bikin begituan.

Sama kek manusia, KARAKTER harus dialami, karakterisasi muncul sebagai keputusan dan tindakan. Dari proses penulisan Opening dan Ending saya jg mulai merencanakan STILISTIKA, alias gaya tulisan yang akan saya pake (pertimbangan lain: pangsa pembaca).

Habis itu gw akan membuat LANDMARK cerita. Apa itu Landmark? Landmark adalah titik2 poin perjalanan tokoh ke arah tujuan. Ada 6 landmarks utama: 1. Impetus 2. Dramatic Question 3. Midpoint 4. Lowpoint 5. Climax 6. New World

IMPETUS: Kejadian awal yg menimpa tokoh; mendorong doi utk keluar dari hidup monoton sblmnya. Bentuknya bisa ancaman atau kesempatan. Misal: Diancam DO kalo skripsi gak selesai dalam 2 bulan. Kesempatan Beasiswa ke luar negeri. Dsb.

Impetus pada dasarnya adalah dorongan yang membuat protagonis memiliki TUJUAN (sudah dibuat sejak premis). Tp, Kesempatan/Ancaman gak berguna kalo tokohnya gak mau menyambut, kan? Mau diancam DO kek, klo tokohnya gak mau ngerjain skripsi ya cerita selesai!

Maka, muncullah: DRAMATIC QUESTION: Tokoh menyambut ancaman/kesempatan yang datang walau dia tidak tahu pasti apakah dia sanggup atau nggak. Pokoknya, tokoh pede aja buat lanjut. Harus. Harus. Harus.

MIDPOINT: Tokoh yang awalnya merasa kalo dia mampu melewati halangan malah menemui kegagalan. Perasaan kalo dia akan berhasil ternyta cuma harapan palsu. Hiks. Midpoint bisa dimanfaatkan utk menunjukkan bhw masalah kecil yang dia lihat ternyata menyembunyikan masalah besar!

Like: tokoh awalnya penelitian buat nyelesaiin skripsi biar nggak kena DO, tapi TERNYATA penelitian itu menunjukkan bahwa ada KORUPSI di kantor itu! Wataw! Tokoh dikejar2 buat dibunuh!

Intinya: Midpoint membuat cerita belok dan mendorong tokoh utk mengganti strateginya. Strategi awal yg cuma buat nyelesaiin skripsi berubah jadi strategi menyelamatkan hidup. Bangkek, kan? Tapi gimanaaa? Dia terjebak!

LOWPOINT: Tokoh yang sudah mengganti strateginya malah makin hancur lebur. Dihajar sana-sini. Sampai ... si tokoh kehilangan semuanya. Muncul pertanyaan: Gue lanjut apa nyerah aja, ya???? Intinya: dia kehilangan semuaaanya.

Boro2 lulus sidang skripsi, keluar dari situ dalam keadaan hidup aja udah syukur! Njrit! Mati gue! Di titik inilah tokoh menjalankan strategi hidup-mati. Like: ya udah deh. Gimana lagi? Nyerah atau nggak nyerah, kemungkinan matinya gede banget! Mari kita bertaruh segalanya!

CLIMAX: ini adalah pertarungan terakhir tokoh alias konflik terbesar yang akan menutup cerita. The Final Battle. Penentu apakah tokoh berhasil atau gagal. Ingat! Climax tidak terjadi dadakan. Intensitasnya harus dibangun sejak awal. Like? Sejak mulai ngetik.

Hati2! Di Climax sering terjadi deus-ex-machina. Apa itu: KEAJAIBAN mbantu tokoh yg putus asa utk keluar dari masalah. Keajaiban mungkin ada di dunia nyata, tapi di dunia fiksi, deus-ex-machina BISA merusak cerita.

Sering, Alih2 menunjukkan karakter yg putus asa, deus ex machina malah yg lebih memperlihatkan kalo si penulis putus asa n gak nemu akhir cerita.

Contoh deus-ex-machina: entah dari mana datangnya TIBA-TIBA dateng petugas KPK menyelamatkan dia! Wedezig! Kalo mau ngelibatin petugas KPK, harus dari awal dikasih tanda2nya. Jangan makjreng turun dari langit!

NEW WORLD: Halangan tokoh hilang. Tokoh masuk ke hidupnya yang baru, entah dalam keadaan berhasil atau gagal. Misal: Tokoh gagal skripsi n di-DO, TAPI dia direkrut jadi agen KPK!
Wajah dengan air mata bahagia

Nah! Pola di atas adalah pola yg dimiliki hampir semuaaaaaaaa cerita di permukaaan bumi. Entah kenapa bisa begitu.
Wajah berpikir
Akhirnya, yg mbedakan satu cerita dg cerita lain adalah: STILISTIKA dan VOICE pribadi milik penulis. Being Authentic is bloody important.





Aturan dibuat untuk dilanggar
taken from wisnucuit
April 03, 2020

It isn’t 10,000 hours, but 10,000 iterations.

by , in
It isn’t 10,000 hours that creates outliers, it’s 10,000 iterations.




It isn't 10,000 experiences that creates wisdom, its 10,000 reflections.

We want the invention without the iteration, wisdom without the wrinkles, the triceps without the try...

10,000 hours with the wrong approach is a vanity metric.

And what happens when you focus on the vanity metrics?

Observe this problem magnified on an institutional level. We value clicks, likes/retweets over privacy. President values ratings over public health.

We’re driven by lagging indicators & then debate if it’s the 🐓 or the 🥚

Agreed. It's a shame that likes ect are portrayed as being valuable. They reflect your reach but not your character.

Unfortunately it's reach and not character that institutions will typically reward with status, perpetuating a cycle of chasing and promoting vanity metrics

It isn't 10,000 books that creates knowledge, its 10,000 interpretations

you can have 10K experiences without that much reflection and that's the delta.

Reflection, crucially, is about observation before judgment.

It isn’t 10,000 hours or experiences, but 10,000 reflections iterated.

It’s both experiences and reflections. Stop saying things that sound profound but aren’t

Reflection is embodied.

"I fear not the man who has practiced 10,000 kicks once, but I fear the man who has 10,000 legs." - Bruce Lee

Mindless practice is time wasted.

Mindful practice is happy time.


As someone who has tried to learn music this way, I agree wholeheartedly. Without mindful and clear observation and practice, we don't complete the vital feedback loop required for effective learning.

Practice done for practice's sake is futile.

In order to learn from experience, two ingredients are necessary:

- Frequent practice
- Immediate feedback

Look for feedback loops to make adjustments and thus improve.

I see you make music:
- Put your ideas on the internet, even if they are not finished
- Ask for opinion
- Networking and send them your recordings
- Self edit and publish demos
...

It is not the hours of the work but the work in the hours.

Iterate, don't repeat.

What if you can find the answer in 5000 iterations, are you lucky?

No you're not. You learned fast

If there's only one answer, then no, you just learned faster.

If there's more than one answer, you are learning fast but keep going.

... Keep going anyway.

You probably know the answer! Genetics, quality of coaching, social support, and health habit factors.

Human performance is what I do.

You have to approach perfection to realize you cannot approach perfection.

Perfection is a resolution fallacy, and resolution is experience.

This is why visualizations are so powerful. Can conceive many of the iterations simply mentally.

Visual simulation

10,000 mindful iterations to mastery

Iteration >>>>> mere repetition

(Where iteration = repetition * feedback)

Once had a wrestling coach tell me, 'It's not practice that makes perfect, perfect practice makes perfect.' Not how I would put it, but it makes sense. You don't get points for showing up, you must apply yourself

Learning about some of the ways a system fails will help reveal the importance of foundational components within the way(s) it can succeed.


Hit. Fail.
Hit. Fail.
Hit. Fail.
... (9996 more times)
Hit." Eureka Eureka"

No luck.
Only work

'Isn't always 10,000 iterations. In Standup comedy we do the same set over and over for an extended period of time. In fact it's doing exactly the same thing over that installs it in our heads allows experiment and a new bit comes spontaneously the 101st time. More like 1000*10

It isn’t a number. It’s sustained, deliberate practice. Ericsson>Gladwell



Oktober 23, 2019

Lessons From Google For Publisher

by , in


Lessons From Google For Publisher 


800 jt web diretas setahun Kita perlu buat ekosistem web yg aman berkualitas. So google bantu publishers apa saja yg dibutuhkan





Cara kerja penelusuran. Dg perayapan pengindeksan. Algoritma.respon yg berguna



Fitur2 terbaru 1000 lebih bisa digunakan.

Url yg dipilih samgat penting krn searchable




Robots.txt utk web privat yg tdk mau diindeks google. Gunakan yg simple





Cara agar searchable Konten berkualitas Search friendly Mobile friendly Cepat Aman Terstruktur



Konten berkualitas




Maksimalkan dg search console


Judul yg baik Deskripsi yg jelas



Sejak bulan ini situs baru akan diindeks scr mobile





Bednaya yg lama dan baru






Tes situs Anda








Sejak juli tahun lalu hrs fokus ke speed


Lindungi situs dg selalu update plug-in. Di Toogle klik otomatis update


Ciri web tdk nyaman


Tools cek web



Acuan speed dan kenyamanan web First paint First contentful paint First meaningful paint Time to interactive


Speed



Penyebab render blocking




Pakai devtools Klik audit. Throttling. Pilih yg 3G





Save. Benerin
3 detik gak akan muncul jika hrs download font dulu.

Pilih yg ada aja


Tambahkan font display swag






Lihat di field data. Cek FCP Yg cepat itu kurang dari 1 detik





















April 04, 2019

Bagaimana Cara Launching Buku

by , in
Bagaimana Cara Launching Buku


Beberapa kali ada yang menanyakan bagaimana caranya untuk merilis atau launching buku. Launching buku memang merupakan salah satu cara untuk marketing/pemasaran. Banyak orang mungkin sudah paham caranya, namun menyadari bahwa masih saja ada yang bertanya perihal ini, maka tak ada salahnya kalau saya bagikan beberapa caranya di sini ya.  Tentu saja kreatifitas masing-masing penulis masih dibutuhkan demi suksesnya launching tersebut :)


Alhamdulillah, beberapa kali buku saya dirilis dengan launching di beberapa tempat, utamanya di toko buku Gramedia dan Togamas.

Saat mulai pertama-tama juga swadaya deh. Karena waktu itu buku yang dilaunching adalah  tulisan bersama kawan-kawan Hasfriends terbitan Hasfa sendiri, maka saya hubungi toko buku Togamas  untuk meminjam tempat.

MC alias pembawa acaranya colek teman sendiri. Waktu itu ada si David anak pro bono yang ternyata cukup ciamik waktu bawain acara.  Flyer-nya sudah jauh-jauh hari kita bagikan di sosmed. dan alhamdulillah sempat on-air di radio Smart FM beberapa hari sebelumnya, sehingga undangan acara launching dan bedah buku ini sekaligus sudah disebar luaskan di radio.




Gitu aja sih. Jadi kita sebenarnya butuh tempat, Person In Charge (PIC), audience, flyer untuk promo dan undangan, serta kalau memungkinkan publikasi tambahan seperti siaran di radio, dll.


kali berikutnya semuanya akan menjadi lebih mudah, karena penerbit yang menerbitkan buku kitalah yang meng-handle acara launching alias rilis buku atau novel kita :)


dian nafi @ launching 101 bisnis online paling laris terbitan Gramedia

Contohnya seperti saat  launching 101 bisnis online paling laris terbitan Gramedia. Flyer, baliho, MC, susunan acara termasuk tempat sudah  disiapkan dengan baik oleh Gramedia jakarta yang bekerja sama dengan gramedia Jogja dan Gramedia Semarang. 





dian nafi @ launching novel Ayah, lelaki Itu Mengkhianatiku terbitan Diva Press


Sama halnya saat launching novel Ayah, lelaki Itu Mengkhianatiku terbitan Diva Press. Perwakilan  dari penerbit juga turut datang ke acara untuk memantau dan kasih support.





dian nafi @ launching Bidadari Surga Pun Cemburu terbitan Tiga Serangkai










ngenalin novel Gus di kafe Semarang

Add caption


launching novel Just In Love terbitan Grasindo


launching novel lelaki kutunggu lelakumu


dian nafi @ launching Miss Backpacker Naik Haji terbitan Imania Mizan


dian nafi @ launching  novel Matahari Mata Hati terbitan Tiga Serangkai

dian nafi ngenalin Muslimah Kudu Happy @ kafe Semarang


dian nafi @  launching Mesir Suatu Waktu terbitan Grasindo





dian nafi @launching dan bedah buku Socioteenpreneur terbitan Erlangga


Launching  dan bedah buku bisa juga diselenggarakan bekerja sama dengan kampus. Seperti waktu itu saya sempat lakukan bersama Universitas Sultan Agung saat bedah buku Bengkel Jiwa.





Juga kerja sama dengan  IAIT Tribakti Kediri saat launching buku puisi Jadzab.





Launching dan bedah buku juga bisa diselenggarakan bekerja sama dengan pameran buku alias book fair di kotamu atau kota lainnya.

launching novel Segitiga di Wonosobo Book fair

Launching Story Cake  Mompreneur di Gramedia Book Fair
Atau kalau beruntung, karena belum sempat rilis resmi novel Sarvatraesa waktu itu, malah beruntung dapat momen untuk memperkenalkannya bersama vokalis band idola. Ahay:D

dian nafi @ festival bedug asyiiik bareng novel Sarvatraesa dan Rizal Armada


Post Top Ad