improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label produktif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label produktif. Tampilkan semua postingan
Januari 10, 2023

Buat Apa Waktu dan Energi Kita

by , in

Buat Apa Waktu dan Energi Kita

Tips Produktif Kreatif



Buat Apa Waktu dan Energi Kita

Kiat Produktif Kreatif


Alhamdulillah sudah tayang di 

@GooglePlay

 


https://play.google.com/store/books/details?id=TDemEAAAQBAJ&pli=1


dan di 

@googlebooks

 

https://books.google.co.id/books/about?id=TDemEAAAQBAJ&redir_esc=y


Joy reading^_^

#dnbooks #365series #tips #produktif #kreatif #newbook #newcollection

PROSES KREATIF


Mulanya dorongan menulis yang meluap-luap di awal tahun baru 2023 ini karena diri dan jiwa tengah mengalami turbulence yang lumayan berat. Sampai pusing dan sakit kepala yang lumayan parah. Alhamdulillah sudah sehat dan pulih lagi setelah melepaskannya ke dalam muara-muara tulisan. sekali lagi, alhamdulillah, aku membuktikan bahwa writing can heal. 


Dari lepasan dan pecahan-pecahan pemikiran hasil turbulence itu jadilah satu buku berjudul unfairness. Seperti beberapa buku dian nafi yang sebelumnya, buku itu merupakan kompilasi cuitan-cuitan kontemplasinya di twitter dengan benang merah satu tema tertentu. Dan karena jumlah cuitannya dalam beberapa hari itu lumayan banyak, maka kompilasi alias kumpulannya bisa rangkum dalam satu hari. Alhamdulillah. Laa haula wa laa quwwata illaa billahil aliyyil adziim.

Nah, dari pengalaman kesuksesan mengumpulkan quote dian nafi dalam sehari satu buku itulah maka kemudian muncul ide membuat buku-buku berikutnya. Kebetulan sang keponakan yang sedang berlibur di rumah, memberikan ide dan inspirasi untuk menulis tentang tema bahagia, kebahagiaan, happy, happiness. So lahirlah buku kedua di 2023, judulnya bahagia itu sederhana.


Then, buku ketiga di 2023 dengan cara yang sama, merangkum tema kejujuran. Terinspirasi dari pesan sakhrukh khan saat diwawancara ketika menerima award di sarjan literacy festival. Be honest and have gentle heart. So dian nafi membuatnya menjadi dua buku. Mengkompilasi quote-quote dian nafi sendiri yang dicuitkannya selama bertahun-tahun di twitter. Ternyata tanpa disadari, cuitan twitter itu menjadi salah satu cara nyicil tulisan. Alhamdulilah. 

Begitulah ceritanya sehingga buku ini lahir. 


Nah, ini buku dian nafi yang ke-enam di 2023

Buat Apa Waktu dan Energi Kita

Tips Produktif dan Kreatif


Joy reading. Go grab it!


https://play.google.com/store/books/details?id=TDemEAAAQBAJ


http://books.google.com/books/about?id=TDemEAAAQBAJ




Juni 22, 2020

Kiat Produktif Efektif Menulis

by , in





Kiat Produktif Efektif Menulis

Tips-tips ini  pernah aku bagikan saat sharing di grup fesbuk salah satu komunitas kepenulisan beberapa waktu lalu. Kita angkut ke postingan blog ini supaya makin banyak yang membaca dan mudah-mudahan terinspirasi ya.

1. Banyak Baca
Yang penting dan harus kita lakukan setiap harinya adalah membaca. Karena seperti sumur, kalau dikeruk terus bisa asat. Jadi harus bisa kulakan dan nyumber terus dengan cara mencarinya dari banyak sumber. 
Bacaannya bisa yang terkait dengan topik yang sedang kita tuliskan atau sama sekali lain. Tidak terbatas pada bidang yang kita geluti saja, tapi justru harus luas. Broaden our knowledge biar dapat banyak insight, wawasan sehingga memperkaya dan memperdalam tulisan kita. 

2. Golden Time

Yuk  kenali dengan baik golden time. Yakni waktu-waktu  di mana kita bisa lancar banget menulis. Masing-masing orang  berbeda-beda ya. Kalau aku biasanya jam-jam dini hari setelah bangun tidur dan sholat tahajud, sampai menjelang waktu sholat subuh. 

3. Kuasai
supaya nggak macet, kuasai dulu apa yang mau ditulis. kalau mentok di jalan dan itu memang harus dikerjakan (karena pesanan/order), ambil rehat. tulis yang lain dulu, misal blog atau tulisan-tulisan pendek untuk lomba, atau arisan blog misalnya dst.

4. Brainstorming
brainstorming dengan teman/sahabat/guru sangat berguna. karena dia bisa memberikan alternatif-alternatif plot, sequence-sequence, adegan-adegan, latar belakang/alasan/logika dll

5. Jadwal
buat jadual/schedule apa-apa yang sedang kita kerjakan. tempel di dinding, buat di file dll. tetapkan deadline alias DL kita sendiri, dengan selisih dari DL yang semestinya. jadi kita punya target menyelesaikan tiga atau lima hari lebih cepat dari yang seharusnya.  Jadi nggak mungkin ketinggalan atau lewat deadline yang bisa berakhir dengan penyesalan. 

6. Segera Kerjakan
Jika memungkinkan, saat membaca pengumuman lomba, segera tulis/kerjakan. Jangan tunda-tunda lagi. Meskipun saat itu mungkin baru outline atau draft kasarnya dulu. 

7. Game
Seperti bermain game, yang selalu ingin naik level, demikian pula dalam nulis. jadi makin semangat nambah koleksi tulisan, koleksi buku, sembari berupaya meningkatkan kualitas. karena kualitas itu yang terpenting.

Bisa juga shifting alias naik kelas. Kalau tadinya nulis kisah macam soup chicken stories, lalu nulis cerpen, terus nulis novel.  Kalau tadinya nulis artikel, esai, mungkin bisa shifting nulis paper penelitian. Ahahay.

8. Target
Miliki target . misal karena harus bayar X seharga Y, atau mau jalan-jalan dengan biaya Z. nah jadi kita kejar tuh. supaya dapat segitu duit, harus nulis berapa tulisan/buku dalam jangka waktu berapa. Dst

9. Ibadah
Menulis itu ibadah. jadi harus rajin dan semangat dong

10. Coba
Berani mencoba. semua kan proses. semakin sering dan banyak nulis, lama-lama  akan terasah. asal terus banyak baca, revisi, re-write dll. para profesional itu berangkatnya dulu juga dari amatir

11. Disiplin
Disiplin terhadap janji dan schedule yang sudah dibuat sendiri. jika selesai tepat waktu, kasih hadiah untuk diri sendiri. kalau lewat, hukum diri sendiri:D

12. One by One
Kerjakan satu per satu, step by step, one by one. karena kalau overwhelmed, bisa blunder. maunya mengerjakan semua bareng-bareng, ntar malah nggak ada yang rampung.


13. Notebook

Miliki buku khusus. satu untuk bank ide premis/logline. satu untuk plot/outline/rencana pengembangan ide. satu untuk catatan2 revisi dari editor dll. satu untuk bank data dialog atau scene/adegan menarik yang kita temukan, lihat atau dengar ceritanya. yang mungkin belum bisa dimasukkan ke dalam  cerita atau buku yang sedang kita tulis, tapi siapa tahu bisa berguna. 


Nih, aku punya notebook warna merah seperti punya mbak Dewi Lestari, yang kuning seperti milik Austin Kleon. Ada juga yang hitam, abu-abu dan biru. 



14. Aktif
 org yg paling sibuk adl yg paling produktif. py kegiatan/aktifitas/gawe di luar nulis akan menjadi katalis dan bensin buat produktif nulis.

15. Stay healthy

Jaga kesehatan. krn kalau sakit, nggak bisa nulis

16. Keep Writing

Pokoknya nulis terus, apapun yang terjadi.

17. Spot

Cari spot/ tempat menulis yang nyaman. Juga pakai kostum yang nyaman juga ya.

Selamat menulis!

UPCOMING EVENT

Oh ya, insya Allah juga akan ada workshop atau kelas webinar Writerpreneurship di Era New Normal 29 Juni 2020 nanti. 





Selamat menikmati perjalanan menulismu!
April 03, 2020

It isn’t 10,000 hours, but 10,000 iterations.

by , in
It isn’t 10,000 hours that creates outliers, it’s 10,000 iterations.




It isn't 10,000 experiences that creates wisdom, its 10,000 reflections.

We want the invention without the iteration, wisdom without the wrinkles, the triceps without the try...

10,000 hours with the wrong approach is a vanity metric.

And what happens when you focus on the vanity metrics?

Observe this problem magnified on an institutional level. We value clicks, likes/retweets over privacy. President values ratings over public health.

We’re driven by lagging indicators & then debate if it’s the 🐓 or the 🥚

Agreed. It's a shame that likes ect are portrayed as being valuable. They reflect your reach but not your character.

Unfortunately it's reach and not character that institutions will typically reward with status, perpetuating a cycle of chasing and promoting vanity metrics

It isn't 10,000 books that creates knowledge, its 10,000 interpretations

you can have 10K experiences without that much reflection and that's the delta.

Reflection, crucially, is about observation before judgment.

It isn’t 10,000 hours or experiences, but 10,000 reflections iterated.

It’s both experiences and reflections. Stop saying things that sound profound but aren’t

Reflection is embodied.

"I fear not the man who has practiced 10,000 kicks once, but I fear the man who has 10,000 legs." - Bruce Lee

Mindless practice is time wasted.

Mindful practice is happy time.


As someone who has tried to learn music this way, I agree wholeheartedly. Without mindful and clear observation and practice, we don't complete the vital feedback loop required for effective learning.

Practice done for practice's sake is futile.

In order to learn from experience, two ingredients are necessary:

- Frequent practice
- Immediate feedback

Look for feedback loops to make adjustments and thus improve.

I see you make music:
- Put your ideas on the internet, even if they are not finished
- Ask for opinion
- Networking and send them your recordings
- Self edit and publish demos
...

It is not the hours of the work but the work in the hours.

Iterate, don't repeat.

What if you can find the answer in 5000 iterations, are you lucky?

No you're not. You learned fast

If there's only one answer, then no, you just learned faster.

If there's more than one answer, you are learning fast but keep going.

... Keep going anyway.

You probably know the answer! Genetics, quality of coaching, social support, and health habit factors.

Human performance is what I do.

You have to approach perfection to realize you cannot approach perfection.

Perfection is a resolution fallacy, and resolution is experience.

This is why visualizations are so powerful. Can conceive many of the iterations simply mentally.

Visual simulation

10,000 mindful iterations to mastery

Iteration >>>>> mere repetition

(Where iteration = repetition * feedback)

Once had a wrestling coach tell me, 'It's not practice that makes perfect, perfect practice makes perfect.' Not how I would put it, but it makes sense. You don't get points for showing up, you must apply yourself

Learning about some of the ways a system fails will help reveal the importance of foundational components within the way(s) it can succeed.


Hit. Fail.
Hit. Fail.
Hit. Fail.
... (9996 more times)
Hit." Eureka Eureka"

No luck.
Only work

'Isn't always 10,000 iterations. In Standup comedy we do the same set over and over for an extended period of time. In fact it's doing exactly the same thing over that installs it in our heads allows experiment and a new bit comes spontaneously the 101st time. More like 1000*10

It isn’t a number. It’s sustained, deliberate practice. Ericsson>Gladwell



Januari 09, 2016

Bagaimana Supaya Produktif

by , in
Bagaimana Supaya Produktif

Bagaimana Supaya Produktif?  Ini pertanyaan yang datang kepada saya via  twitter, dan saya waktu itu menjawabnya sambil bercanda dan ketawa-tawa:
Tips-nya ganti pacar sebulan sekali, ya minimal setahun tiga kali, pasti punya bahan:D *ahaha*

okey, cukup bercandanya ya. ahaha. sekarang kita obrolin serius tips aslinya.
Siap?!

Hei! Sebenarnya juga nggak serius-serius banget sih. Hanya coba-coba saja.

Jadi gini, pernah dengar hukum pareto kan?
Hukum Pareto: rasio 80/20 yang pada awalnya tampak tidak logis.
Rasio ini menggambarkan secara kasar bahwa mayoritas hasil (digambarkan sebagai 80 persen meski tidak selalu tepat segitu), didapatkan dari minoritas upaya (sekitar 20 persen) yang dilakukan. Rasio ini bisa juga berbentuk distribusi 80-10 atau 80-30. Intinya adalah sebagian besar akibat dihasilkan oleh sebagian kecil penyebab.
Hukum ini pada awalnya dikemukakan oleh seorang konsultan bisnis: Joseph M. Juran sebagai hukum Pareto setelah menemukan kisah seorang ekonom Itali, Vilfredo Pareto di tahun 1906 mengamati bahwa kira-kira 80 persen tanah di Itali dimiliki oleh sekitar 20 persen penduduk saja.
Prinsip ini memang bukan suatu hukum yang baku, tapi hanya sebagai sebuah kemungkinan teori yang bisa diterapkan untuk efektivitas dan efisiensi. Anehnya, dimana-mana kita akan menemui prinsip ini seakan-akan sudah merupakan suatu hukum alam.
Laporan dari UNDP (bagian dari PBB) mengungkapkan bahwa hanya 20 persen dari seluruh populasi dunia yang merupakan pemegang 83 persen kekayaan total dari seluruh negara.
Tingkat penghasilan dari 20 persen orang-orang terkaya ini mencapai 80 persen pendapatan dunia. 20 persen orang kaya berikutnya hanya mencapai tingkat pendapatan sebesar 11 persen saja. Dari laporan kriminal juga didapatkan 80 % kejahatan dilakukan oleh 20 % penjahat.
Kita bisa melihat di dunia bisnis, 80 persen pendapatan dihasilkan dari 20 persen jenis produk atau penjual yang paling unggul. Sekali lagi, persentasinya mungkin tidak persis tapi untuk penggambaran seberapa banyak hal diperoleh dari suatu hal lain yang lebih sedikit.
Contohnya lagi; 80 persen profit atau laba didapatkan dari 20 persen pelanggan terbesar. Sama juga dengan; 80 % dari keseluruhan komplain atau keluhan diutarakan oleh 20 % pelanggan saja. Dan 80 persen penjualan dihasilkan dari 20 persen jenis produk, atau 80 % penjualan dibukukan oleh 20 % top sales persons.
Logikanya memang segala hal berjalan dengan perhitungan 50:50, seberapa besar hasil tergantung dari seberapa besar usaha. Semakin banyak usahanya, semakin banyak pula hasilnya. Tapi kenyataannya, kita bisa lihat di dalam kehidupan pribadi kita sendiri contohnya; 80 persen kebahagiaan kita didapat dari hanya 20 persen dari kesemua aktivitas yang kita lakukan.
Di dalam suatu perusahaan, 70-80 persen laba dihasilkan oleh 20-30 persen karyawan. Maka dari itu perusahaan harus bisa mengindentifikasi para karyawan kunci ini, lalu meningkatkan keahlian mereka, dan mempertahankannya agar tetap loyal berjuang bersama-sama di perusahaan tersebut.
Seorang tenaga penjual bisa meningkatkan prestasinya dengan memusatkan perhatian pada 20-30 persen calon pembeli yang paling prospektif. Serta melakukan proses penjualan yang paling krusial, seperti menelpon atau presentasi. Lalu meningkatkan kemampuan tersebut dengan training dan membaca buku, sehingga menjadi pakar yang menduduki posisi puncak dalam jajaran wiraniaga.
Peraturan 80-20 ini memberikan suatu pemikiran yang berguna bagi efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu serta sumber daya lainnya. Dengan berfokus pada 20 persen area yang benar-benar produktif, kita bisa membuat suatu peningkatan yang signifikan. Agar mangkus dan sangkil. Efektif serta efisien.
Efektivitas dan efisiensi ini juga bisa dicapai dengan suatu inovasi yang membuat 20 persen upaya yang dikerjakan bisa menghasilkan 80 % dari total kinerja. Revolusi dalam produktivitas dimulai dari pemikiran yang kreatif. Manajemen perusahaan perlu memancing banyak ide untuk mendapatkan 20 % ide brilian yang akan membawa hasil yang luar biasa.
Ilmu manajemen sebagai suatu cara dalam merencanakan, mengelola, melaksanakan, mengevaluasi demi suatu tujuan perlu dilakukan dengan tepat dan berdaya guna. Secara efektif dan efisien. Hal ini dilakukan dengan mengutamakan tugas-tugas yang terpenting dan mendelegasikan yang lainnya.
Manajemen pribadi yang baik bisa dilakukan dengan mengelola diri secara optimal. Memanfaatkan waktu dan sumber daya lainnya dengan produktif. Stop membuang-buang waktu melakukan hal-hal yang tidak terlalu berdampak besar. Konsentrasikan diri untuk melakukan hal-hal yang paling bernilai dan bermakna besar.
Sukses dengan memanfaatkan aturan 80/20 berarti memperdalam fokus dengan menciptakan skala prioritas berdasarkan besarnya dampak aktivitasnya. Kesuksesan akan didapat dengan berfokus pada pelaksanaan beberapa kegiatan yang paling utama. Jadi, kuncinya adalah; mengidentifikasi 20 persen yang menghasilkan 80 persen. Dan mempraktekkan prinsip 80% 20% tersebut.


Nah! Aku memanfaatkan hukum pareto ini dengan membagi 24 jam menjadi 5 bagian. Anggap 24 jam itu sebagai 100% berarti kalau  20% nya saja yang efektif berarti hanya 1/5 nya dong yang efektif. So dibagilah 24 jam ini jadi 5 bagian, supaya setiap bagiannya (alias 1/5  nya) efektif semuanya. Gitchuuu...

5 bagian itu untuk apa aja?
1. untuk bobok alias istirahat, penting banget nih untuk tetap menjaga kewarasan.
2. untuk membaca, karena inilah nafas kita,  sumber menulis, mata air kebijakan.
3. untuk menulis, karena ini mata pencaharian alias penghidupan.
4. untuk aktifitas lain, aka mencuci, bebersih rumah, jualan, sosmed-an dst
5. untuk spiritual activity, ngaji, sholat, ngajar, brainstorming aka ngobrol dll

Yach, nggak saklek gitu juga sich. Pokoknya gitu deh kira-kira :D

Selamat mencoba ^_^

Post Top Ad