improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label work. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label work. Tampilkan semua postingan
April 03, 2020

It isn’t 10,000 hours, but 10,000 iterations.

by , in
It isn’t 10,000 hours that creates outliers, it’s 10,000 iterations.




It isn't 10,000 experiences that creates wisdom, its 10,000 reflections.

We want the invention without the iteration, wisdom without the wrinkles, the triceps without the try...

10,000 hours with the wrong approach is a vanity metric.

And what happens when you focus on the vanity metrics?

Observe this problem magnified on an institutional level. We value clicks, likes/retweets over privacy. President values ratings over public health.

We’re driven by lagging indicators & then debate if it’s the 🐓 or the 🥚

Agreed. It's a shame that likes ect are portrayed as being valuable. They reflect your reach but not your character.

Unfortunately it's reach and not character that institutions will typically reward with status, perpetuating a cycle of chasing and promoting vanity metrics

It isn't 10,000 books that creates knowledge, its 10,000 interpretations

you can have 10K experiences without that much reflection and that's the delta.

Reflection, crucially, is about observation before judgment.

It isn’t 10,000 hours or experiences, but 10,000 reflections iterated.

It’s both experiences and reflections. Stop saying things that sound profound but aren’t

Reflection is embodied.

"I fear not the man who has practiced 10,000 kicks once, but I fear the man who has 10,000 legs." - Bruce Lee

Mindless practice is time wasted.

Mindful practice is happy time.


As someone who has tried to learn music this way, I agree wholeheartedly. Without mindful and clear observation and practice, we don't complete the vital feedback loop required for effective learning.

Practice done for practice's sake is futile.

In order to learn from experience, two ingredients are necessary:

- Frequent practice
- Immediate feedback

Look for feedback loops to make adjustments and thus improve.

I see you make music:
- Put your ideas on the internet, even if they are not finished
- Ask for opinion
- Networking and send them your recordings
- Self edit and publish demos
...

It is not the hours of the work but the work in the hours.

Iterate, don't repeat.

What if you can find the answer in 5000 iterations, are you lucky?

No you're not. You learned fast

If there's only one answer, then no, you just learned faster.

If there's more than one answer, you are learning fast but keep going.

... Keep going anyway.

You probably know the answer! Genetics, quality of coaching, social support, and health habit factors.

Human performance is what I do.

You have to approach perfection to realize you cannot approach perfection.

Perfection is a resolution fallacy, and resolution is experience.

This is why visualizations are so powerful. Can conceive many of the iterations simply mentally.

Visual simulation

10,000 mindful iterations to mastery

Iteration >>>>> mere repetition

(Where iteration = repetition * feedback)

Once had a wrestling coach tell me, 'It's not practice that makes perfect, perfect practice makes perfect.' Not how I would put it, but it makes sense. You don't get points for showing up, you must apply yourself

Learning about some of the ways a system fails will help reveal the importance of foundational components within the way(s) it can succeed.


Hit. Fail.
Hit. Fail.
Hit. Fail.
... (9996 more times)
Hit." Eureka Eureka"

No luck.
Only work

'Isn't always 10,000 iterations. In Standup comedy we do the same set over and over for an extended period of time. In fact it's doing exactly the same thing over that installs it in our heads allows experiment and a new bit comes spontaneously the 101st time. More like 1000*10

It isn’t a number. It’s sustained, deliberate practice. Ericsson>Gladwell



Juli 17, 2016

Ramadhan Jakarta Bandung

by , in


Ramadhan Jakarta Bandung


Setelah empat hari tiga malam Batam Singapura bulan lalu, alhamdulillah bulan ini bisa travel while work lagi ke Jakarta Bandung .

Pagi sebelum meet up ke penerbit, sempat ketemuan dengan mbak Ade teman blogger dan penulis sejak jaman pertama kali terjun ke dunia kepenulisan di sebuah taman di Tebet. Pertemuan yang singkat tapi sangat berkesan karena ini untuk pertama kali bertemu setelah selama ini cuma bisa saling menyapa via medsos.


Sempat ke Monas lagi dan lapangan Banteng, setelah beberapa bulan lalu juga jalan-jalan ke ikon jakarta ini bareng anak-anak dan keponakan.





Sorenya tapping acara cakrawala pustaka ramadhan di radio republik indonesia RRI Jakarta.

Kali ini membedah novel Matahari Mata Hati terbitan Tiga Serangkai.
Dan alhamdulillah sudah diudarakan tadi pagi saat sahur tanggal 26 Juni jam 01.30 WIB



Maghribnya bukber dan sharing dengan alumni arsitektur Undip di Pronto PIM.



Pagi-pagi sekali cap cus ke Bandung, supaya punya kesempatan jalan-jalan eksplore Bandung sebelum sore nanti ke radio Sonora FM

dunkin bandung


Jalan ke masjid Raya Bandung yang baru saja direnovasi dan direvitalisasi oleh walikota kebanggaan Ridwan Kamil menjadi hiburan yang menyenangkan.


alun-alun bandung
Wah dengan aura ramadhan, sliwar sliwer para pengunjung masjid serta pemandangan menara dan kubah juga piazza alun-alun jadi berasa ziarah makkah madinah lho.

Aaarghhh!!! Jadi kangen haromaiiin....


masjid raya bandung



















Tangan dingin arsitek Ridwan Kamil juga bisa kita saksikan jejaknya di taman-taman tepi sungai. Wow, berasa jalan-jalan keluar negeri deh. Penataan lahannya, atribut dan fasilitasnya, pilihan warna dan komposisinya, ruang-ruangnya dan semua yang berada di sana dirancang dengan apik, penuh seni, membangkitkan emosi dan imajinasi juga membuat kita ingin berkunjung kembali.



 Karena masih ada waktu, kaki terus berjalan dan alhamdulillah sempat ke taman lansia dan gedung sate yang menjadi ikonik kota Bandung juga. Saking asyiknya berpose sampai-sampai diingatkan petugas keamanan di sana, sebab tidak boleh menginjak rumput.

Ups, maaf ya pak :D
gedung sate bandung







 



Sorenya sesuai jadual, aku ke radio Sonora FM Bandung untuk sharing kepenulisan tentang writerpreneurship. Penyiarnya ramah, seru dan mengantar talkshow sore ini jadi terasa menyenangkan dan hidup. Terima kasih Sonora FM Bandung ya :)


Teman-teman di Bandung menemaniku buka bersama di resto Dakken yang letaknya berseberangan dengan radio Sonora FM. Alhamdulillah. It is very blessed and happy day.

Thanks a lot ya:))


Hari berikutnya kembali memanfaatkan waktu luang sebelum nanti siang mengisi acara di sebuah SMP swasta di Bandung, kaki melangkah ke tempat wisata terdekat. Ada wisma angklung Udjo yang terkenal bahkan sampai keluar nusantara. Menikmati permainan musik angklung bahkan ikut ditarik turun melantai untuk turut menari bersama para penampil menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan. Pulangnya tidak lupa beli oleh-oleh angklung dan pernak-pernik lainnya buat buah tangan orang-orang rumah. 

Menikmati seni di angklung Udjo seolah mendapatkan charge tambahan, sehingga saat sharing di SMP Juara Bandung energiku seolah masih seperti saat pagi tadi jalan. Alhamdulillah sharing berlangsung lancar di hadapan ratusan murid SMP yang antusias mengikuti acara ini.


















Pagi hari ketiga kuisi waktu dengan mengunjungi  Pesantren Darut Tauhid Bandung yang memang sudah kuimpi-impikan sejak lama. Subhanallah saat turun pertama kali dan menginjak bumi DT, langsung terasa aura bekas Pasar Seng  dekat Masjidil Haram juga pertokoan menuju Masjid Nabawi Medinah. Mungkin memang seperti inilah bau udara yang penuh dengan rapalan doa-doa dan dzikrullah.

Aaaarghh!!! Jadi kangen haromain lagi!

Di penghujung hari sekaligus perjalanan road show kali ini, alhamdulillah agenda terakhir di Bandung berlangsung lancar. Sharing kepenulisan bertema cara lain menerbitkan buku berlangsung meriah di sekolah kepenulisan perempuan Bandung. 



Post Top Ad