improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label divapress. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label divapress. Tampilkan semua postingan
September 17, 2020

Review Novel Ibu, Sedang Apa

by , in

 Review Novel Ibu, Sedang Apa

Gambar

Alhamdulillah aku mendapatkan kiriman buku-buku dan juga kain dari pak Edi CEO Diva Press kemarin. Subhanallah, senang banget. Bisa jadi bahan bacaanku selama empat belas hari masa isolasi mandiri setelah kemarin test rapid-ku ternyata reaktif (dua kali test rapid, di stasiun dan di rumah sakit. tentang ini akan aku ceritakan lebih panjang lagi di postingan lain, insya Allah)



Aku membaca novel Ibu, Sedang apa dari siang pas paket datang sampai sore bakda ashar. Cepet kan ya. Saking ingin tahu sampai habis.



Berikut ini sedikit catatan hasil pembacaanku atas novel tersebut. ya dianggap sebagai  resensi atau review boleh juga. 


Ditulis dengan syahdu, tak terasa novel 'Ibu, Sedang Apa' membiusku dari awal hingga akhir. Frase-frasenya tidak biasa. kalimat-kalimt dan paragraf-paragrafnya mengalir dengan indah. Di beberapa tempat tak terasa mata turut mengembun, tak tertahankan. Sangat terbaca kedalaman  cinta ibu ke anak dan cinta anak ke ibu.


Teladan-teladan kedermawanan, keikhlasan digambarkan dengan sangat real, filmis lewat adegan-adegan yang seolah nyata bisa kita saksikan dan rasakan, meski tindakan-tindakan tersebut seolah hanya bisa dilakukan oleh manusia berhati malaikat. 


Setting madura berikut kuliner-kulinernya yang khas, membuat selera tergugah dan ingin mencicipi seperti apa rasa makanan-makanan yang diceritakan


Pak Edi sempat terpeleset slengekan menyebut nama orang-orang dekatnya yang memang suka beliau bully di sosmed. Cuma satu paragraf sih, sehingga tidak mengganggu. Malah jadi sebuah intermezo, bagian yang menghibur, dan menunjukkan bagian diri pak Edi yang lain di luar sisi mellow dikarenakan vibe novel ini.


Alurnya maju mundur, dan sebenarnya hanya menampilkan sedikit saja bagian dari keseluruhan hidup ibu. hanya saat mau pergi umroh, umroh dan wafat, lalu rasa kehilangan serta kisah-kisah contoh kedermawanan ibu. Yang sebagiannya juga diperoleh dari para petakziyah dan saudara. 


Tidak banyak kutipan ayat dan tidak berkesan menggurui sama sekali. Yang ada hanya teladan amal, action, tindakan nyata yang menginspirasi. Salut.


Ada bagian tentang pertikaian dengan saudara, tapi tidak begitu jelas masalah apa dan dengan siapa.  Karena memang disamarkan dan dikemas dengan sedemikian rupa, tapi kita bisa mengambil pelajarannya.


Pak Edi juga tidak malu menceritakan beberapa kisah tentang kesalahan yang pernah dia lakukan dan penyesalannya. Sebenarnya tidak salah juga sih kalau dari kacamata umum. Tapi dari sudut pandang ibu yang sangat dermawan dan welas asih, hal-hal tersebut menjadi 'noktah' yang pak Edi sesali. 


Setelah membaca novel ini, aku mendapatkan inspirasi seperti apa memoir yang tengah kugarap ini.  Gaya penceritaan dan juga vibe-nya. Doakan semoga sebagus novel 'Ibu, Sedang Apa'.


Novel ini menurutku merupakan salah satu buku yang membagikan  rahasia kesuksesan pak Edi. Bakti pada ibu dan shodaqoh tak henti-henti. 


**


Deskripsi Ibu Sedang Apa? - Edi AH Iyubenu

Suatu hari, ibu bercerita padaku tentang sebuah lautan yang di dasarnya terdapat sebuah kerajaan yang maha gemilang cemerlang hingga menyinari saantero penghuninya dalam semata kesenangan dan kegembiraan. Aku sepenuhnya percaya, tanpa syak. Sebab dia ibuku dan aku anaknya.
Kelak aku mengerti bahwa lautan itu adalah kehidupanku, dasarnya adalah hatiku, dan istana yang maha gemilang cemerlang itu adalah nisan ibu yang selalu menyalakan kenangan-kenangan yang maha kurindukan sepanjang hayatku.
Aku pun berkata kepada ibuku, rasa sayangku tak tertampungkan oleh lema apa pun yang pernah dikenal sejarah kata-kata. Kata-kata terlalu dangkal dan kerdil untuk menuturkan perihal kedalaman rasa dan perasaan. Biar kunikmati saja, selamanya, dalam rupa kenangan-kenangan di kepala dan dada, yang begitu jauh sekaligus dekat, begitu samar sekaligus terang, begitu nyalang sekaligus gamang, begitu tawa sekaligus tangis.
Ibu juga pernah berkisah tentang bintang-bintang, laut-laut, dan jalan-jalan kehidupan yang amat panjang tak tepermanai pada suatu malam saat aku demam. Sejak saat itu aku lantas menjadi kerap merindukan demam demi mendengarkan lagi, lagi, dan lagi bisikan-bisikannya yang abadi.
Kusebut ini sebuah novel, bukan sekadar cerita. Kusebut ini sebuah cinta, bukan sekadar kisah. Kusebut ini sebuah kehidupan, bukan sekadar sejarah.

Rincian buku:
Penulis : Edi AH Iyubenu
Penerbit : DIVA Press
Tahun terbit : 2020
ISBN : 9786023919949
Halaman : 188

April 04, 2019

Bagaimana Cara Launching Buku

by , in
Bagaimana Cara Launching Buku


Beberapa kali ada yang menanyakan bagaimana caranya untuk merilis atau launching buku. Launching buku memang merupakan salah satu cara untuk marketing/pemasaran. Banyak orang mungkin sudah paham caranya, namun menyadari bahwa masih saja ada yang bertanya perihal ini, maka tak ada salahnya kalau saya bagikan beberapa caranya di sini ya.  Tentu saja kreatifitas masing-masing penulis masih dibutuhkan demi suksesnya launching tersebut :)


Alhamdulillah, beberapa kali buku saya dirilis dengan launching di beberapa tempat, utamanya di toko buku Gramedia dan Togamas.

Saat mulai pertama-tama juga swadaya deh. Karena waktu itu buku yang dilaunching adalah  tulisan bersama kawan-kawan Hasfriends terbitan Hasfa sendiri, maka saya hubungi toko buku Togamas  untuk meminjam tempat.

MC alias pembawa acaranya colek teman sendiri. Waktu itu ada si David anak pro bono yang ternyata cukup ciamik waktu bawain acara.  Flyer-nya sudah jauh-jauh hari kita bagikan di sosmed. dan alhamdulillah sempat on-air di radio Smart FM beberapa hari sebelumnya, sehingga undangan acara launching dan bedah buku ini sekaligus sudah disebar luaskan di radio.




Gitu aja sih. Jadi kita sebenarnya butuh tempat, Person In Charge (PIC), audience, flyer untuk promo dan undangan, serta kalau memungkinkan publikasi tambahan seperti siaran di radio, dll.


kali berikutnya semuanya akan menjadi lebih mudah, karena penerbit yang menerbitkan buku kitalah yang meng-handle acara launching alias rilis buku atau novel kita :)


dian nafi @ launching 101 bisnis online paling laris terbitan Gramedia

Contohnya seperti saat  launching 101 bisnis online paling laris terbitan Gramedia. Flyer, baliho, MC, susunan acara termasuk tempat sudah  disiapkan dengan baik oleh Gramedia jakarta yang bekerja sama dengan gramedia Jogja dan Gramedia Semarang. 





dian nafi @ launching novel Ayah, lelaki Itu Mengkhianatiku terbitan Diva Press


Sama halnya saat launching novel Ayah, lelaki Itu Mengkhianatiku terbitan Diva Press. Perwakilan  dari penerbit juga turut datang ke acara untuk memantau dan kasih support.





dian nafi @ launching Bidadari Surga Pun Cemburu terbitan Tiga Serangkai










ngenalin novel Gus di kafe Semarang

Add caption


launching novel Just In Love terbitan Grasindo


launching novel lelaki kutunggu lelakumu


dian nafi @ launching Miss Backpacker Naik Haji terbitan Imania Mizan


dian nafi @ launching  novel Matahari Mata Hati terbitan Tiga Serangkai

dian nafi ngenalin Muslimah Kudu Happy @ kafe Semarang


dian nafi @  launching Mesir Suatu Waktu terbitan Grasindo





dian nafi @launching dan bedah buku Socioteenpreneur terbitan Erlangga


Launching  dan bedah buku bisa juga diselenggarakan bekerja sama dengan kampus. Seperti waktu itu saya sempat lakukan bersama Universitas Sultan Agung saat bedah buku Bengkel Jiwa.





Juga kerja sama dengan  IAIT Tribakti Kediri saat launching buku puisi Jadzab.





Launching dan bedah buku juga bisa diselenggarakan bekerja sama dengan pameran buku alias book fair di kotamu atau kota lainnya.

launching novel Segitiga di Wonosobo Book fair

Launching Story Cake  Mompreneur di Gramedia Book Fair
Atau kalau beruntung, karena belum sempat rilis resmi novel Sarvatraesa waktu itu, malah beruntung dapat momen untuk memperkenalkannya bersama vokalis band idola. Ahay:D

dian nafi @ festival bedug asyiiik bareng novel Sarvatraesa dan Rizal Armada


Januari 25, 2016

Review Novel Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku

by , in
Review Novel Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku




Nemu review novel terbitan Divapress ini di blog pembaca, jadi kita bagikan di sini ya.
ditulis oleh Dini. terima kasih Dini, semoga sukses selalu juga untukmu :)

Penulis: Dian Nafi
Penerbit: DIVA Press
Jumlah Halaman: 208 halaman
Cetakan Pertama: Mei 2013

Aku baru saja selesai membaca bukunya mba Dian Nafi "Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku...: Kenapa Kau Menikamku, Sayang?!" Meskipun agak telat karena novel ini  terbit Mei 2013 silam. Yah, namanya juga baru nemu di Perpustakaan Kota. Termasuk buku baru di sini, hehehe...

Novel ini bercerita tentang Ratri, seorang Ibu Rumah Tangga muda. Ia baru saja lulus SMA saat menikah. Setelah aku hitung-hitung usianya sekitar 33 tahun, mengetahui usia pernikahannya saja hampir 15 tahun.

Ratri seorang wanita Jawa dengan kekhasan sifat lembut dan nrimonya itu suatu saat terluluhlantakkan hatinya demi mendengar kabar bahwa suaminya, Mas Ir yang polos itu, berselingkuh. Dia dibalas perselingkuhan sang Suami setelah pengorbanannya yang telah begitu besar selama lima belas tahun pernikahan.
Siapa yang bisa tenang dengan keadaan sepertiku? Susah payah merawat anak-anaknya, rumahnya, ayahnya, ibunya, keluarga besarnya yang dari luar tampak terhormat tetapi sebenarnya kacau. Sedemikian besar pengorbananku, dan inikah balasannya?!
**aku membayangkan betapa menderitanya sosok Ratri ini**

Padahal suaminya adalah sosok lelaki yang baik, dididik dengan ajaran agama yang cukup, berpendidikan, dan sukses dalam karir. Sosok lelaki yang tidak neko-neko, bahkan sangat tak berpengalaman dengan perempuan. Lalu bagaimanakah lelaki polos itu bisa berselingkuh?

Aku setuju kalau waktu itu dia memang sedang apes. Apes yang didapat karena rasa kasihannya. Atau mungkin karena kebodohannya, seperti kata-kata Ratri saat dia sedang berada di puncak amarahnya. Ya, aku juga setuju kalau dia memang bodoh. Lagipula kucing mana yang tak akan memakan ikan yang dengan sengaja disediakan? Ini lagi-lagi katanya Ratri, hehehe...

Saat Ratri baru saja mengetahui kelakuan suaminya, saat-saat dia sedang mengamuk membadai pada suaminya yang menciut itu, di sanalah justru aku membaca dengan tertawa-tawa, geli. Kupikir aku akan bisa merasakan apa yang Ratri rasakan saat itu. Tapi dia justru sukses membuatku tertawa. Adegan itu sangat lucu.
"Kenapa tidak kau usir saja? Kasih uang dan suruh dia pergi. Beres!" Belum lagi pesakitan di depanku menjawab, telah kuberondong dengan pertanyaan dan tuduhan-tuduhan berikutnya.
"Dia mengaku kemalaman dan kehabisan uang. Tidak punya tempat tinggal karena terusir dari rumah kos yang belum dibayar." Lelaki pengkhianat itu kembali bicara.
"Lha, memangnya kamu Dinas Sosial?" Kata sapaan "mas" entah ke mana, hilang ditelan kemarahanku yang memuncak.
"Dia meminta diizinkan menginap semalam saja."
"Tapi kamu kan laki-laki!" sahutku, cepat dan pedas.
Dia terdiam lagi. Berpikir keras, kurasa.
Memang, laki-laki yang tergoda perempuan hampir pasti sudah tidak punya otak lagi. 
Hahaha... Itu salah satu yang bikin aku ngakak. Ada di Bab 7: Mengguntur halaman 75. Aku bisa membayangkan betapa bersemangatnya Ratri yang biasanya lemah lembut itu memuntahkan lahar panas dari mulutnya. Kasihan juga mas Ir itu, hehe...

 Aku sempat mengira novel ini akan happy ending. Sempat di-PHP-in saat membaca kalau mas Ir itu tiba-tiba senang berdendang, lagunya Jason Mraz "I Won't Give Up." Si mas Ir sedikit berubah dari lelaki kaku dan pendiam menjadi lelaki menampakkan kesungguhan cintanya pada sang Istri terang-terangan. Kukira keduanya bakalan menyadari bahwa mereka memang saling mencintai beneran, bukan lagi bersama karena dulunya dijodohkan, tapi benar-benar cinta! Tapiiiii.... ternyata lumayan menggantung, bahkan siap-siap untuk penderitaan selanjutnya: Ratri tertular penyakit kelamin dari suaminya yang sudah selingkuh itu. Ampun deh, kasian amat yaaa...

Tapi itu mungkin hanya pandangan orang awam sepertiku saja. Inilah sisi menarik dari dunia tulis-menulis yang belum kuketahui. Penulis adalah Tuhan bagi tulisannya. Ia berhak membuatnya begini dan begitu. Dan mungkin aku ini masih terlalu idealis, maunya akhir yang bahagia saja, hehehe...

Tema Rumah Tangga dan Perselingkuhan seperti ini selalu menarik. Karena realitanya juga tak selalu bahagia, jadi bijak juga mba Dian Nafi menyuguhkan realita ini juga ke dalam tulisannya. Biar kita-kita para pembaca apalagi yang masih single, bisa lebih berhati-hati nantinya. Daaaan... Peringatan juga nih buat para Istri dan calon Istri, bahwa pasangan kita itu bukan sepenuhnya milik kita. Selayaknya anak dan segala sesuatu yang ada di muka bumi ini, pasangan juga hanya titipan Tuhan. Dia bisa diambil kapan saja, bisa membuat kesalahan-kesalahan yang membuatmu tak habis pikir, maka karenanya serahkan saja dia pada Tuhan. Dan pada Tuhanlah seharusnya cinta yang paling purna kita persembahkan...

Tiga Bintang deh buat Ayah, Lelaki Itu Mengkhianatiku... Sukses dan terus berkarya, mba Dian Nafi ^_^

sumber : http://asyiknya-menulis.blogspot.co.id/2014/10/pendapatku-tentang-novel-ayah-lelaki.html

Post Top Ad