improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label novelis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label novelis. Tampilkan semua postingan
Desember 15, 2018

Haruki Murakami Yang Menginspirasi

by , in
Haruki Murakami Yang Menginspirasi

Saat pagi ini satu lagi presentasi tengah dipersiapkan untuk sebuah pelatihan kepenulisan di sekolah menengah atas, hybridwriterpreneur menemukan insight baru lagi. Bahwa Haruki Murakami ternyata menulis sekian banyak buku dengan berbagai tema dan topik serta kisah yang berbeda. Meski dengan gaya kepenulisan Haruki Murakami yang khas.

Berikut ini beberapa judul bukunya yang sempat hybridwriterpreneur temukan.



A Wild Sheep Chase
Colorless Tsukuru Tazaki and His Years of Pilgrimage
1Q84
What I Talk About When I Talk About Running
After Dark
Blind Willow, Sleeping Woman
Kafka on The Shore
Birthday Stories
Underground
After The Quake
Sputnik Sweetheart
The Elephant Vanishes
The Wind-up Bird Chronicle
South of The Border, West of The Sun
Dance Dance Dance
Norwegian Wood
Hard-Boiled Wonderland an The End of The World
Wind/Pinball
Men Without Women
Absolutely on Music Conversation with Seiji Ozawa
Hear The Wind Sing
Vintage Murakami
The Strange Library


Belum lagi judul-judul karya Haruki Murakami yang lainnya.

Membuat hybridwriterpreneur yakin dan mantap untuk melanjutkan beberapa draft tulisan dan novel yang belum selesai ditulis. Yang kemarin-kemarin sempat terpikirkan, duh kenapa juga harus punya ide sebanyak ini untuk dikembangkan menjadi banyak buku. Apa enggak kesannya pabrik? Fabrikan? mesin? dan seterusnya ketakutan dan kekhawatiran itu muncul menyembul di kepala. 

Namun setelah terinspirasi Haruki Murakami ini, hati dan jiwa menjadi sadar inilah mungkin bentuk eksplorasi, penjelajahan, menangkap ide dan berusaha mengeksekusinya dalam pengembangan-pengembangan beragam yang semoga meningkatkan kapasitas dan kualitas karya. Aamiin. Serta juga bentuk kesyukuran akan anugerah dan karunia ide yang Dia berikan. 
Insya Allah 
April 26, 2016

Belajar Dari SGA, Huruf Kecil Dan Oddang

by , in
Belajar Dari SGA, Huruf Kecil Dan Oddang



24 April kemarin, seperti biasanya bukannya yang ulang tahun dapat hadiah, tetapi justru ia yang menghadiahi. Hadiah ultah KF ke-3 kali ini spesial bangets. Karena kami diberi kesempatan untuk belajar langsung dari para sastrawan hebat di negeri ini. 

Ada maestro, mas Seno Gumira Ajidarma, penyair Aan Mansyur dan Faisal Oddang yang meski masih muda tapi sudah mengglobal sampai ke Asean. Alhamdulillah senang banget karena saya bareng SGA pernah sama-sama diminta menulis endorsment untuk sebuah novel tentang Papua dan toleransi.


Agar berhasil dalam menulis harus keluar dari tiga mitos tentang sastra ~ Seno Gumira Ajidarma

Banyak membaca, memanjakan imajinasi, memiliki sudut pandang yang baru & berbeda serta motivasi kuat merupakan tips utama menulis.
omong kosong belajar jadi penulis kalo tidak membaca.
buku tehnik menulis itu banyak, tapi tidak akan lahir seorg penulis itu tanpa membaca
Ngaku penulis kok nggak mau baca, ya pensiun aja
Mitos sastra; Sastra itu curhat, bahasa mendayu-dayu, isinya petuah itu omong kosong
Penulis itu yang paling penting adalah sudut pandangnya

buku yg menarik itu yg menggugah kita unk menulis
semakin banyak menulis, secara tidak lngsung kita sudah belajar
Jika kita terbiasa menulis, rasanya ada semacam musikal yg mnyertai tiap tulisan kita

meniru itu boleh, tapi plagiat itu dilarang. Silakan meniru dam jng plagiat
Mengarang itu sesuatu yg menyenangkan. Tapi plagiat itu tidak bakalan bahagia

Saya itu tidak punya tips. Tapi kalo kita kreatif pasti bisa berhasil. Pokoknya bacalah
Penulis itu tak diukur dngn umur. Jadi susah dijelaskan brp umur yg tepat menjadi penulis


Kalau urutannya, SGA jadi gongnya. Nah, sebelumnya ada Aan dan Faisal dulu. Ini beberapa kutipannya:


Kalau kata Aan Mansyur, Tugas penulis adalah mengajak orang untuk berhenti sebentar.

1997 - 1998 saya habiskan untuk membaca buku di 7 perpus makasar - M. Aan Mansyur
2015 ia membuat "kata kerja" dan dia pustakawan.

Biar kamu tdak lupa, catatlah kata kakeknya.
Salh satu yg dilakukan penulis adl berpikir 2 langkah lebih depan daripada pembaca. Misal dari A ke D
Hampir semua tulisannya ditulis dinihari, rata-rata pukul 04.00

Di komunitas ia berperan sebagai penulis, karena teman2nya tak ada yg jadi penulis

Kalo kalian ketahui menulis di Indonesia salah satu takdirnya adalah Miskin, kata Aan. *Hadeuh*
Hampir semua puisi yg kalian baca, itu pembaca pertama adalah Ibu Saya
Puisi menjadi alat komunikasi saya dng ibu saya
Membaca buku itu sama halnya dengan konsumsi
Semakin banya kamu membaca buku, semakin sadar banyak hal yg tak kamu ketahui
Ketika anda menulis, anda akan terjerumus pada pekerjaan yg tak ada waktu istirahatnya
Semakin lambat kamu berjalan, semakin banyak hal yg kamu dapat (lebih detail)
Bertanya pada hati "apa tujuan kamu menulis?" sebuah pertanyaan dari Aan untuk kita semua.
Menulis itu sebenarnya adalah menulis ulang
Menulis itu ada 2 kemungkinan; kalo kamu tdk mendokumentasikan kecerdasanmu, ya mendokumentasikan kebodohanmu -
Menulislah seperti Gandhi, dan mengeditlah seperti Hitler
Saya berhenti mengedit jika sudah mentok tulisan itu tak bisa dikurangi
Pulang, menulis sampai sesering mungkin, dan jng berusaha jadi penulis



Nah, kemudian giliran Faisal Oddang nih.

Setiap cerita yg saya tulis, itu sebagian besar pernah saya alami di masa lalu -
Setiap tulisan saya tak lepas dari lokalitas Sulawesi Selatan -
Saya suka menulis karena ayah saya selalu menceritakan waktu mau tidur
Jika ide mentok, saya akan tulis dengan sudut pandang yg berbeda

"Belum tentu sepatu yang saya gunakan berjalan kompatibel buat kaki teman-teman." 
Agar tidak jenuh dalam menulis, cintailah menulis seperti kau mencintai kekasihmu. 
Bila Aan Mansyur tidak bisa menulis di tempat ramai, maka Faisal Oddang justru kebalikannya. Dia justru tidak bisa menulis di tempat sepi.



Met Ultah kampus fiksi diva press, semoga makin sukses dan berkah. Aamiin.


*beberapa kutipan diambil dari cuitan Nasir

Maret 03, 2016

Their Magnificent Is Our Manifesto

by , in
Their Magnificent Is Our Manifesto


Bersua dan menyerap energi orang-orang besar tahu-tahu telah menjadi obsesi dan hobiku.
Demikianlah kiranya sehingga aku pun dengan suka cita dan gegap gempita datang ke vina house hotel untuk bersua tiga maestro sastra ini. Pak Ahmad Tohari, pak Taufik Ismail dan eyang NH Dini.
Their magnificent become our manifesto.
Februari 04, 2016

Some People Drive Us To Find Some Other People

by , in
Some People Drive Us To Find Some Other People

Banyak orang yang mendorongku untuk melanjutkan tulisan kisah tentangmu. Ada fans-mu yang nanyain via instagram, via twitter, via line dan bahkan sms. Dari mana kumulai, itulah masalahnya. Sementara semuanya memang berawal dari  rasa  kepenasaranku saja yang menemukan pintu keluarnya pagi itu.

Aku buru-buru  lari ke lantai atas untuk menyelesaikan tugas pagi ini. Menjemur cucian dengan tergesa-gesa sembari meneriaki anak-anak supaya bergegas mandi. "Kenapa mi. Ini kan hari libur," protes si bungsu yang malas mandi. 
"Mau ada Armada datang ke masjid. Ayo buruan, Jangan sampai telat!"
"Armada ki sopo?" dengan polosnya si bungsu bertanya pada sang kakak yang juga masih malas-malasan selonjoran nonton tv. Sementara dari atas, aku melotot gemas. Yang sbnrnya tadinya aku juga gak kenal Armada. Adalah seorang sahabat maya sekaligus guru menulisku yang pertama2, yang membawa nama vokalis itu. Perusahaan ahensi tempatnya bekerja dulu pernah kerjasama dengan brand rokok yang mengusung band ini kelilingan sumatera. Suatu ketika saat nelpon
Dia pamer kalau sedang duduk sebelahan dengan Rizal, vokalis band, di arena konser di Sumatra. Yang mana sih?pikirku saat itu karena aku belum begitu ngeh
Tapi karena yang pamer ini guru yang notabene aku kagumi, aku sadar vokalis band yang ia maksud pasti bukan sembarangan orang. "Mau nitip salam,gak?"
Yach,nitip salam gimana,kenal aja nggak, batinku. Tapi dari promosi guruku itu aku jadi memperhatikan si vokalis itu kalau pas muncul videoklip tv
Di kemudian hari aku juga baru nyadar kalau ada postingan guruku di fb yang menggambarkan bgm antusiasme,terutama cewek2 saat nonton konsernya
Kusambar baju terbaruku yang sedianya akan kupakai lebaran nanti. Peduli amat dengan komentar ibu atau adikku nanti kalau lihat kelebay-anku ini
"Wah,pagi2 amat datang padahal hari libur. Eh baju baru?" benar saja dugaanku. Tanpa berhenti dari keasyikannya berkebun,ibu menyambut kdtgnku
"Ada band Armada mau dtg konser ntar malam,siang ini rombongannya mau ke masjid dulu," jelasku singkat. "katanya mrk mau bakso ik,di mana y?"
"Oh pantes pake baju baru,mau ada tamu dari jakarta," ibu yang terbiasa dengan kegiatanku liputan sana sini jadi manggut2.
"Coba hubungi sepupumu aja,
Kan kedai baksonya msh gres," usul ibu,"harus pastikan dia buka kedainya ntar sore atau nggak.soalnya semalam kok gak buka."
Aku langsung telpon. Tapi nggak diangkat.
Sementara itu mataku juga bolak balik mengamati WA,menunggu kabar teman2 yang jalan dari semarang untuk liputan&city tour
Kayaknya sepupuku kelelahan sejak beberapa hari ini semangat dengan kedai barunya. Duh,padahal aku sempat mention Rizal(yang baru saja kufollow)
Aku nawarin siapa tahu dia mau makan bakso di kedai sepupuku. Kabar anak2 band Armada pengen bakso kudpt dari teman yang ikut meetup semalam.
"Bu,ke masjid dulu y," pamitku sembari nitipin si sulung yang sudah langsung ngejogrok dpn tv.Si bungsu nggak mau ditinggal,ia juga mau ketemu Armada
"Kok lama,mi?" keluh si bungsu padahal aku sudah bawakan buku buat dia baca selagi menunggu. 
"Ya,namanya juga rombongan banyak org."
Padahal mataku...
..pun bolak balik lihat WA. 
Aku nunggu di masjid aja ya,tulisku td ke teman koordinator.Sembari membyangkan spt apa pertemuanku ntar dengan Rizal
Aku slalu excited untuk ketemu org2 hebat. Kuanggap mrk ini punya energi yang sgt besar,yang bisa kuserap energi&daya kreatifitasnya,berharap bisa ..ketularan kreatifitasnya,magnitude,magnificentnya. Seketika berkelebat gambar2 di kepalaku mengingat memori perjuanganku untuk bertemu..
..neo letto alias sabrang lor putra emha ainun najib. Juga gitarisnya sheila on seven aka SO7, Eross Candra. Kuingat betapa besar energi mrk
"Mrk sampai!" aku histeris saat baca WA terbaru. Si bungsu bergegas bgn&mengikuti langkah2 pjgku ke arah parkiran masjid. 
"Mana Armadanya?"
Pertanyaan si bungsu sbnrnya mewakili pertanyaanku juga.Kutekan penasaran,sampai akhirnya si mbak dari konsultan PR menjelaskan ttg citytour
Rupanya city tour ini cuma diikuti para jurnalis. si mas2 Armadanya entah di mana. Intinya kita baru ketemu mrk ntar malam jelang mrk konser.
"Dan kyknya si adik gak bisa ikut ke tenda pers karena ada di dalam arena konser&hy yang 17 thn ke atas yang boleh masuk,"jelas si mbak konsultan PR 
Terpaksalah aku menenangkan si bungsu yang kecewa karena kemungkinan gak akan ketemu Armada&membujuknya untuk tinggal di rumah saja. #MBTM
Seharian itu aku&tim ke bbrp destinasi,meliput tempat2 wisata&destinasi di kota kecilku. Yang berkesan tentu saja saat ke tempat pembuatan bedug
Temen,tekun,jujur,sabar,narimo,ikhlas. Prinsip2 tirakat pengrajin bedug ini kemudian kucuitkan di twitter&mention Rizal,juga rokok sponsorny
Sampai sore kami tiba di lokasi konser,ternyata msh blum jlas di mana keberadaan anak2 Armada ini.Aku sudah mau putus asa saja saat maghrib dtg
Nggak enak sama ibu karena nitip anak2 kelamaan,sama capek juga nggak jelas kpn org yang ditunggu2 ini akan dtg, membuatku nggak jenak. 

Sedang nggak sholat jadi agak gak.kemrungsung pas maghrib benar2 dtg. Tapi gak doyan makan karena keinget anak2 di rmh. Sialnya malah digodain tmn2

Katanya aku gak doyan makan karena resah nungguin Rizal yang gak dtg2 juga. alamak. Ya itu juga sih,tapi yang lbh merisaukan sbnrnya aku gak enak.

kalau pulang kemalaman. Siapa yang antar nanti sementara tmn2 baliknya ke semarang,dan gmn menjelaskannya ke ibu meski beliau pasti mengerti

Lha wong dulu aku mau ketemu neo letto aja pakai nyebrang bbrp kali dari rumah ke sebrang alun2. Sampai pulang&tidur dulu,lalu kembali lagi..

tengah malam nyebrang alun2 lagi setelah di-sms korlap konser kalau neo letto on the way ke lokasi konser. Dus aku bergegas nyegat&alhm ketemu




Tapi neo letto kan anaknya emha,jadi ibuku setuiu aja. Sedang rizal ini siapa. Btw,ini kan urusan kerjaan yang hrs tuntas,jadi mudah2an ibu is fine lah

Bakda maghrib terhibur dengan konferensi pers yang mendtgkan pakar etnomusicologi&pemenang kompetisi bedug thn ini&thn lalu yang mirip kecenganku..

akhir2 ini.kecengan yang bikin aku sesaat lupa usia. Dia 15 thn lbh muda dari aku&kami terlibat crush. It's embarassing actually,but it's so.

ifficult to just erase him from.my mind. Kami sbnrnya sudah lama saling mengagumi dari jarak jauh.&pertemuan darat yang kedua bbrp bln lalu..

malah memercikkan api2 dalam jiwa kami,aku ingin lepas dari situasi itu karena merasa tak pantas tapi tak tahu caranya.Eh ini di dpn mata malah.

ada yang mirip wajah,postur,gestur dan kenaifannya. Gmn gak naif,ia bilang ama EO supaya diberi kesempatan manggung brg Armada. What?! Hey!

How dare him! Dream on!Don't dare! Nggak sengaja aku ngejerit guyon gitu tapi dengan ekspresi serius,sementara yang lain padha ketawa2 denganr yang naïf

"Langkahi dulu mayatku,mbak ya?"seloroh salah seorg tmn. Hampir semua org di tenda pers skrg tahu kalau aku ngebet bgt pengen ketemu Rizal

Hahaha. Ben wae lah. Biarin aja. Mungkin seruangan itu cuma aku yang (tiba2) ngefans Rizal. Teman2 satu tim bahkan terang2an bilang gak kenal

Sampai jam 9 malam yang dijanjikan bhw akan ada konferensi pers dengan Armada,tak juga tampak tanda2 akan dimulainya sesi plg kutunggu ini. Duh.

Aku hampir balik kanan, nyaris putus asa. "Aku pulang aja ya," desisku. Beberapa teman2/jurnalis bhkn sudah ada yang hengkang,keluar dari arena.balik. Bentar lagi,tanggung,sisi hatiku yang lain bicara. "Nah! Ini yang ditunggu2 datang!" si mbak konsultan PR spt memberi kode padaku. Ufh!akhirnya!



Proses kreatif penulisan Man Behind The Microphone  bisa di baca dalam postingan ini

Februari 02, 2016

No Gain Without Pain

by , in
No Gain Without Pain



Kita seringnya melihat kesuksesan dan pencapaian seseorang tampak memukau, mencengangkan dan mencemburukan, tapi acapkali lupa bahwa yang sebenarnya ada proses berdarah darah dan penuh air mata dalam perjalanan mencapai kesuksesan dan pencapaiannya itu.
Tahu tahu aja dia sukses, keren dan hebat. Iya kan? Padahal...
Inilah yang beberapa hari belakangan menjadi catatan dan rangkuman, semacam highlight journal atau bolden quote.



Awalnya grup heboh karena ada beberapa orang yang masuk list dua puluh besar lomba menulis novel yang diselenggarakan penerbit baru yang digawangi seorang mantan editor penerbit besar. Tentu saja ini merupakan kabar gembira karena didapat setelah yang bersangkutan sedang dalam.keadaan baper alias kebawa perasaan akhir akhir ini karena yang merasa nggak bisa nulis lah, nggak pernah menang lah, yang envy lihat teman-teman lain lahiran dst. Wah, baper ternyata berbuah sukses ya, jadi gitu simpulannya. Ahaha. 




Dus, seorang teman novelis lainnya jadi menceritakan kisah bagaimana dulu perjuangannya memenangi lomba menulis novel di penerbit besar tempat si mantan editor ini bekerja.
Perjuangannya harus ke sana kemari untuk bisa nge print naskah sebagaimana disyaratkan. Bagaimana belibetnya revisi dan tetek bengek lainnya. Kesulitan-kesulitan dan hambatan yang bikin ia menangis, dan hampir menyerah. Tapi untung dia tidak.
Karena akhirnya semua terbayar. Bahkan novel itu cetak ulang tiga kali. Kemudian dapat order novel berikutnya dan seterusnya.
Jadi ingat kisah teman di grup lain yang mengalami penolakan sampai sembilan puluh delapan kali. Tapi dia terus gigih, dan akhirnya memenangkan lomba menulis novel tingkat internasional.
Lalu sempat baper juga karena meskipun menang, tapi panitia dan juri justru memilih naskah pemenang kedua untuk diterbitkan sebab dianggap lebih populer, sementara naskahnya lebih nyastra.
Untunglah kebaperannya ini tak berkelanjutan sebab kemudian setelah menunggu dalam keputusasaan, dia malah ditawari beberapa agen sekaligus. Sampai bingung milihnya dan membuat kami di grup ikutan mikir mana yang mau dipilih. Ahaha. 




Syukurlah akhirnya dia sepertinya mengambil keputusan tepat dengan memilih agen yang juga menghandle naskah  Eka Kurniawan, Pramoedya Ananta Tour dan mbak Leila Chudori.
See?
Semua pencapaian itu ada jerih payah dan segala tetek bengek rintangan, kegalauan juga perjuangan melewatinya.
Kisah tentang Rudy aka pak BJ Habibie di masa mudanya yang baru-baru ini kubaca juga menandaskan kebenaran 'quote' tersebut. Beliau membeberkan hal-hal yang selama ini belum pernah beliau sampaikan pada khalayak
Bagaimana semasa  kuliah di Jerman dulu, beliau harus mandi di tempat pemandian orang miskin dan hanya mandi dua minggu sekali. Bagaimana beliau harus irit, makan sedikit. Bagaimana beliau menghadapi senior senior yang memperlakukannya dengan tidak baik dst.
Aih..
So inspiring!
Membuat kita tertunduk malu. Karena seringkali mau enaknya saja tapi dengan sedikit pengorbanan dan usaha.
Kira-kira mbak mbak dan mamah mamah muda yang keren banget postingan instagram dengan bodi yahud itu juga musti menjaga makanan dan berlelah ria dulu untuk menjaga tubuhnya agar senantiasa aduhai. Ya nggak sih. 

Post Top Ad