improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label Belajar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Belajar. Tampilkan semua postingan
Januari 14, 2025

Belajar Public Speaking: Melawan Rasa Takut, Menemukan Suara

by , in

 


Belajar Public Speaking: Melawan Rasa Takut, Menemukan Suara

Jika Anda pernah merasa tangan berkeringat dan jantung berdegup kencang saat berdiri di depan banyak orang, Anda tidak sendiri. Saya juga pernah merasakannya. Ketakutan berbicara di depan umum adalah salah satu ketakutan terbesar yang saya hadapi. Namun, perjalanan saya belajar public speaking adalah kisah tentang melawan rasa takut dan menemukan kekuatan dalam kata-kata.

Awal yang Canggung

Saya masih ingat pertama kali diminta berbicara di depan umum. Itu adalah acara sekolah, dan saya harus memperkenalkan kelompok diskusi kami. Bibir saya gemetar, suara saya terdengar seperti bisikan yang hampir tidak bisa dipahami. Di akhir presentasi singkat itu, saya merasa lega sekaligus malu. Namun, pengalaman itu juga menyalakan rasa ingin tahu—bagaimana orang lain bisa berbicara dengan percaya diri?

Menemukan Inspirasi

Langkah pertama yang saya ambil adalah mencari inspirasi. Saya menonton pidato dari tokoh-tokoh hebat seperti Soekarno, Oprah Winfrey, dan Steve Jobs. Saya memperhatikan bagaimana mereka menyampaikan ide-ide besar dengan kekuatan suara yang seolah mampu menggerakkan dunia. Setiap kata mereka seperti memiliki nyawa. Saya mulai belajar bahwa public speaking bukan hanya tentang berbicara, tetapi tentang menghidupkan pesan yang kita bawa.

Latihan, Latihan, Latihan

Tidak ada jalan pintas untuk menjadi pembicara yang baik. Saya mulai berlatih dengan cara sederhana: berbicara di depan cermin. Meskipun pada awalnya terasa aneh, saya bisa melihat ekspresi wajah saya sendiri dan memperbaiki gerakan yang canggung. Setelah itu, saya bergabung dengan kelompok diskusi dan mulai berbicara di acara-acara kecil. Setiap kali saya berbicara, rasa takut itu masih ada, tetapi setiap kali pula, saya belajar cara mengendalikannya.

Kesalahan yang Mengajarkan

Ada satu momen yang masih saya ingat dengan jelas—ketika saya lupa poin penting dalam presentasi. Saya berdiri terdiam, otak saya seperti kosong. Rasa panik mulai merayap. Namun, dari momen itu, saya belajar pelajaran berharga: kesalahan adalah bagian dari proses. Setelah itu, saya mulai menyiapkan catatan kecil dan menyusun poin-poin penting agar tidak terjebak dalam kepanikan.

Kekuatan Berbicara dari Hati

Seiring waktu, saya menyadari bahwa kunci public speaking yang baik adalah berbicara dari hati. Orang-orang tidak hanya mendengarkan kata-kata, mereka merasakan ketulusan. Ketika saya mulai berbicara tentang pengalaman pribadi atau topik yang benar-benar saya pedulikan, saya menemukan bahwa kata-kata mengalir lebih lancar. Dan saat saya berbicara dengan hati, saya tidak hanya menyampaikan pesan—saya terhubung dengan audiens.

Berani Menjadi Rentan

Ada saat-saat di mana berbicara di depan umum terasa seperti membuka bagian terdalam dari diri saya. Menceritakan kisah pribadi atau berbicara tentang tantangan yang pernah saya hadapi adalah langkah yang paling sulit, tetapi juga yang paling kuat. Saya belajar bahwa keberanian untuk menjadi rentan justru membuat pesan saya lebih kuat. Kerapuhan itu yang membuat manusiawi, dan manusiawi itu yang membuat pesan kita lebih bermakna.

Langkah Kecil yang Mengubah Segalanya

Kini, setiap kali saya berdiri di depan audiens, saya masih merasakan sedikit gugup. Tapi gugup itu adalah tanda bahwa saya peduli dengan apa yang akan saya sampaikan. Saya menarik napas dalam-dalam, mengingatkan diri bahwa saya di sana bukan untuk sempurna, tetapi untuk berbagi. Setiap langkah kecil, setiap pengalaman, telah membawa saya ke titik ini.

Suara yang Lebih Kuat

Belajar public speaking bukan tentang menjadi pembicara paling fasih, tetapi tentang menemukan suara sejati kita sendiri. Perjalanan ini mengajarkan saya bahwa di balik setiap rasa takut, ada peluang untuk tumbuh. Dan setiap kata yang kita ucapkan, jika disampaikan dengan ketulusan, memiliki kekuatan untuk mengubah sesuatu—baik dalam diri kita sendiri maupun di hati orang lain.

Apakah Anda punya cerita tentang perjalanan belajar berbicara di depan umum? Saya senang mendengar kisah Anda. Mari berbagi, karena setiap suara layak didengar.


Belajar public speaking juga di kursus ini >> https://www.udemy.com/course/belajar-public-speaking/

Oktober 24, 2023

Pelatihan Belajar Merintis Start up

by , in

 Pelatihan Belajar Merintis Start up




🚀📈 Wujudkan Impianmu dengan Pelatihan Belajar Merintis Startup yang Kekinian! 💡💼


Halo, Para Visioner dan Pebisnis Masa Depan! 🌟


Kami mengundangmu untuk memulai perjalanan menuju kesuksesan dengan pelatihan startup yang luar biasa ini!


📚 Apa yang akan kamu dapatkan:


✅ Panduan langkah demi langkah untuk memulai startup.

✅ Tips dan trik dari para pengusaha sukses.

✅ Keterampilan pengembangan produk dan pemasaran.

✅ Kesempatan untuk berkolaborasi dengan komunitas startup yang bersemangat.


💡 Kami menghadirkan pengalaman belajar yang seru dan inspiratif!


🚀 Akses materi pelatihan secara daring kapan saja, di mana saja.

📈 Pelajaran langsung dari para startup founder yang berpengalaman.

🤝 Kesempatan untuk mempresentasikan ide startupmu dan mendapatkan umpan balik.


🌟 Bersiaplah untuk mewujudkan mimpi startupmu!


💪 Sekarang saatnya untuk merintis dan #StartupYourDream!


Daftarkan dirimu di https://www.udemy.com/course/belajar-merintis-startup/ sekarang dan mulailah perjalananmu sebagai pengusaha sukses. 🚀


Jangan lewatkan kesempatan emas ini! Bergabunglah bersama kami dan bersama-sama kita menciptakan masa depan yang lebih inovatif.


#PelatihanStartup #MerintisStartup


Klik di sini untuk info lebih lanjut: https://www.udemy.com/course/belajar-merintis-startup/


📈 Ayo, mari bersama-sama menciptakan bisnis startup yang sukses dan mengubah dunia! 🌍🌟🚀

September 30, 2017

Ternyata Ubud Bisa Berasa Mekkah

by , in
Ternyata Ubud Bisa Berasa Mekkah




Waktu aku dan kedua anakku mau pergi ke Ubud untuk UWRF saja sebenarnya sudah mendapat pertanyaan dari Ibu dan adikku, kenapa kami  justru pergi ke Bali yang notabene akrab dengan kehinduannya di saat menjelang dan nantinya pada hari Raya Idul Adha? Bagaimana sholat ied-nya?  Bagaimana makanannya? Halalkah? Katanya di Bali banyak anjing berkeliaran, bagaimana nanti? Dan seterusnya.
Eh lha ndilalah kok pada malamnya hari kedua kami di Bali, datang kabar duka. Inna lillahi wa innaa ilaihi roojiuun. Seorang kyai karismatik,  Romo KH. Harir Muhammad Al Hafid meninggal dunia. Mendadak tanpa sakit sebelumnya. Aku bisa membayangkan betapa bersedihnya kota kecil kami kehilangan satu lagi kyai-nya. Karena kyai di Demak memang sudah tinggal sedikit kalau tidak bisa dibilang tidak ada lagi yang besar.  Allahummagfir lahu warham hu wa 'afihi wa fu'anhu. Kehilangan Kyai Harir sekarang rasanya seperti waktu aku dengar kabar Kyai Muyazzin wafat pas aku berada di Madinah beberapa tahun lalu. Kota kecil kami  tinggal punya beliau. Saat kyai wafat, mau tak mau di jaman seperti ini dengan kapasitas penerus yang tak mungkin sama dengan abahnya, kerjasama yang baik putra-putra dan menantu-menantu adalah niscaya. Mungkin memang eranya sinergi, kolaborasi, sehingga perlahan-lahan ketokohan dan sentralistik pada sosok tertentu dikondisikanNya hilang, dengan diangkatnya para Yai. That's just another point of view about current situation. Tentu saja tetap tak lepas rasa pedih kehilangan Yai yang kami  cintai dan hormati. Selain itu peristiwa ini menjadi pelajaran. Bahwa  kematian adalah niscaya. Tapi apa yang kita tinggalkan, seberapa persen labet/kontribusi kita untuk umat. Apalagi jika dibandingkan dengan apa yang Kyai telah lakukan dengan tulus. Jadi membayangkan kelangsungan pesantren BUQ Betengan sepeninggal beliau. Apakah haflah wisuda tahfidz di sana masih akan seramai dan semeriah sebelumnya.  Haflah ini sebenarnya mirip festival juga. Dan Demak sebenarnya juga punya festival lainnya. Yang sudah berjalan dari jaman Sunan Kalijaga, Grebeg Besar. PR nya adalah bagaimana membuat  festival dan haflah di Demak itu jadi berskala nasional dan bahkan internasional seperti UWRF yang saat ini kuhadiri dan menginspirasiku. Tapi tentu saja butuh effort sangat besar untuk perhelatan seistimewa ini.
**

Tak bisa kupungkiri, berjalan menyusuri Ubud dan menghadiri satu demi satu panel festival UWRF ini sesungguhnya hati  dan kebimbanganku bermain-main. Dan tahu-tahu sampailah pada hari  Arafah, membuatku teringat apa yang kualami saat berhaji beberapa tahun lalu, membayangkan pada hari ini pun berduyun-duyun jamaah haji menuju pengampunanNya yang teragung. Kenapa aku justru di pulau Dewata? Orang-orang di rumahku pun pasti padha khusyu berdoa dan meminta, kenapa aku justru jauh di tanah yang adzan saja tak terdengar?
Bagaimana dirimu di Ubud tapi hatimu di Arafah, tentu saja sebuah persoalan tersendiri. Tapi sesuai dengan tekad dan kemantapan hati kemarin, meski berada di Ubud namun tetap berusaha melakukan ibadah-ibadah yang disunnahkan pada hari Arafah. Antara lain dengan berpuasa sunnah, jadi aku tetap menyantap sahur dan menahan lapar haus.
Beberapa panelis mengisi sesi pagi hari Arafah itu dengan gayanya yang berkelas tetapi juga asyik. Deep story should across culture, demikian antara lain, bahwa cerita yang bagus dan dalam hendaknya melintasi berbagai budaya.  Dari Neka Art Museum, kami naik shuttle menuju Museum Puri Lukisan. Anak-anak kutitipkan pada Mrs Linda dan Puput lagi yang menghandle children programme pagi ini. Tema kali ini plastic attack. Bermain-main dengan limbah plastic, mengubahnya menjadi sebuah karya seni yang indah. Kutinggalkan mereka sampai tengah hari. Aku bergegas menuju venue utama lagi untuk mengikuti agendaku sendiri. Anak-anak enjoy bermain dengan guru-guru dan teman-teman baru mereka.  Saat aku menjemput mereka tengah hari, betapa sejuknya hatiku saat melihat hasil karya Fatimah. Dia membuat sebuah hati besar dari limbah plastic itu. Menuliskan I LOVE MOM dengan material yang sama tapi beda bahan dan warna. Aduuuh…rasanya mak treceeeep…sampai berkaca-kaca mataku. Hasan karena kangen dengan sahabat terbaiknya di sekolah, menuliskan nama Ahmad di bagan prakaryanya. LOVE FRIENDS. Membuat siluetnya bergandengan dengan temannya, dari material limbah plastic juga. Lalu bersama semua teman-teman, baik para siswa sekolah di Ubud maupun para peserta bule-bule, semuanya berfoto bersama. Cheese……
Lanjut. aku pergi ke Resto Indus untuk ikut sesi Best Selling Books. Ada seorang panelis yang menarik dari India. Karena dia kelihatan spiritual sekali. Lihat saja ungkapannya : You're not creator, just bridge. Ask The Creator to put that genious on your writing. Just recording what you 'see', katanya lagi. Tapi melihatnya tentu saja lebih dari sekedar melihat biasa. Bang Fuadi mengulangi lagi yang kemarin dia sempat sampaikan di Lost Youths. There is self discovery by writing novel about him self.
Yang juga mengesankan adalah sesi BIG PICTURE di Neka Art Museum. Menulislah sesuatu yang hidup dalam diri, yang kita cintai ceritanya. Karena hanya dengan begitu sebuah cerita akan hidup dan dapat divisualisasikan. Sementara itu anak-anak bermain dan berkreasi di Campuhan College. Judul acaranya Bag On Your Head-Green On Your Hand. Mengajak anak-anak untuk menggunakan satu tas kain untuk berbagai kepentingan. Sehingga lebih irit tas plastik. Karena sampah plastik bisa menyebabkan kerusakan bumi lebih cepat.
Dari venue utama, kami bergerak ke Museum Marketing untuk mengejar waktu. Karena pemutaran film Negeri 5 Menara dimulai jam empat sore. Alhamdulillah kami tidak ketinggalan. Bang Ahmad Fuadi yang mengenali kami sebagai three musketeers tersenyum bahagia.  Alhamdulillah setelah menonton film Negeri 5 Menara, kami berjumpa dan mengobrol dengan istri dan kakak iparnya bang Ahmad Fuadi. Mereka inilah yang sekaligus menjadi manajer, tim kreatif dan promonya bang Fuadi ke mana-mana. Setiap ada even, pemutaran film dan semacamnya, mereka yang menjadi tim suksesnya. Oh, jadi begitu antara lain rahasia sukses branding dan ekspansi bang Fuadi  ke mana-mana. Termasuk rencana penerbitan komik Negeri 5 Menara. Seru kan? Dari satu cerita menjadi banyak bentuk dalam berbagai media.  Jadi kita juga foto-foto dengan tim sukses ini.  Biar ketularan energi kreatif dan semangatnya.  Setelah sukses nangis-nangis saat nonton film Negeri 5 Menara, kami pulang ke Bungalow Kabera. Melepas lelah dan  anak-anak maem nasi goreng lezat masakan bu Ketut. Sedangkan aku harus menunggu maghrib untuk berbuka. Padahal tidak ada suara adzan yang bisa terdengar dari tempat kami. Walhasil aku harus memeriksa jadual maghrib via google dan melihat jam di hp. Baru setelah yakin kalau sudah memasuki waktu maghrib, aku menyantap bagianku. Wah, kalau puasa bisa seringan ini rasanya, padahal jalan kaki banyak banget dari venue ke venue, bisa cepat langsing nih. Bakda sholat maghrib berjamaah, kami membaca takbir bersama-sama karena ini malam hari Raya Idul Adha. Allahu akbar Allahu akbar. Laa ilaaha illallah huwallahu akbar. Allahu akbar wa lillahil hamdu.
Paginya aku bangun jam tiga dinihari seperti biasa. Tetapi hari ini istimewa karena hari ini hari Raya Idul Adha. Kubangunkan anak-anak untuk sholat subuh dan mandi serta bersiap pergi sholat Id. Setengah enam pagi kami dan teman-teman volunteer yang juga tinggal di Kabera sama-sama pergi ke Museum Puri Lukisan. Mas Ali, pegawai museum yang asli Banjar Kalimantan itu sudah menunggu kami di sana. Pagi-pagi benar kami berombongan naik boncengan motor sepanjang 12 km menuju Gianyar untuk sholat Idul Adha. Wuoaaaah…kebayang kan jauhnya masjid.  Alhamdulillah. Senang rasanya bisa melaksanakan ibadah istimewa di hari istimewa di tempat istimewa. Campakkan jauh-jauh kesombongan, begitu pesan khutbah Idul Adha di Gianyar.


Pulang dari sholat Ied, tetangga kami menyapa. Mrs Ana ini aslinya dari New Zealand, sudah beberapa kali ikut UWRF. Meskipun usianya sudah tua tapi masih asyik dan suka seseruan keliling dunia. Utamanya dia suka sekali berkunjung ke Indonesia. Bahkan beberapa minggu sebelum ke Ubud ini, dia melancong ke Semarang, Demak, Kudus, Jepara dan sekitarnya. Kalau lihat gayanya memakai kerudung gitu, aku jadi kepikiran jangan-jangan bu Ana ini tertarik menjadi muslimah. Yach, kalau usia makin  tua memang kedamaian yang dicari. Dan mungkin dia menemukannya dalam Islam, siapa tahu? Bersama Mrs Ana, kita merayakan Idul Adha pagi ini. Beliau banyak cerita perjalanannya. Dan anak-anakku serasa menemukan kembaran neneknya.
Alhamdulillah. Ubud, sawah, padi dan bersama orang-orang hebat yang humble, yang semakin berisi justru semakin menunduk. What's a great lesson, great week. Mayoritas diskusi panel sangat baik, terorganisir, chair alias moderator proaktif, panelis yang tampil pun komprehensif dan alur diskusi sejalan dengan tema. Tetapi beberapa sesi diskusi masih perlu perbaikan, baik dari segi tema maupun panelis yang berpartisipasi.
Hari terakhir di UWRF, dari Left Bank kami naik shuttle sampai pasar seni karena kendaraan gratis ini tidak sampai ke Hubud, destinasi kami selanjutnya. Dekat pasar seni, kami bergantian berpose di depan baliho UWRF yang super besar. Dan mungkin sepuluh tahun lagi, Hasan ataupun Fatimah diundang ke UWRF sebagai panelis? Siapa tahu? Yang jelas sepulang dari UWRF mereka berdua sangat produktif. Membuat banyak gambar dengan berbagai cerita. Mau tak mau saya bisa melihat bagaimana UWRF memantikkan kreatifitas dan keberanian mereka untuk berekspresi.

Dari Ubud kami ke Denpasar, mengunjungi teman, lalu bersamanya  mengunjungi kampong muslim dan pesantren di Bali. Termasuk Raudhatul huffadz yang terletak di Tabanan. Pak Kyai Nur pengasuh pesantren ini ternyata berasal dari Demak. Datang ke Tabanan tahun 1975. Dari majlis pengajian kecil yang hanya mengajar dua tiga orang yang tinggal di sekitar rumahnya, sekarang sudah menjadi pesantren dengan ratusan santri mukim. Bahkan memiliki MI, MTS dan MA dengan gedung masing-masing. Subhanallah. Ternyata beliau ini juga yang berinisiatif mengadakan ziarah wali pitu di Bali. Dengan tujuan agar para wisatawan muslim yang datang ke Bali tidak hanya berwisata pantai dan semacamnya, tetapi juga berdzikir. Pak Kyai Nur mengisahkan dulu ada utusan dari Sunan Kalijogo memang datang untuk mendakwahi para pelarian dari Majapahit yang tinggal di Bali. Tetapi sudah ada unen-unen, bahwa hanya orang yang berasal dari Demaklah yang akan sanggup tinggal lama dan bersama-sama para penduduk Bali ini. Bagaimana kebenaran legenda atau mitos ini, mungkin bisa dicari tahu lebih dalam. Tapi pak Kyai Nur, Alhamdulillah, sudah menjadi bukti nyata kegigihannya berdakwah dengan tetap bersanding bersama-sama pemeluk kepercayaan yang lain. Hanya saja menurut pak Nur, sejak adanya bom dan terorisme, kerukunan yang dulu tercipta baik, kini tidak sehangat dulu. Tetap saja ada kewaspadaan oleh aparat dan lainnya jika ada muslim yang bermaksud mendirikan majlis taklim atau bangunan ibadah yang baru di Bali. Jadi terorisme tidak saja merugikan mereka yang di luar Islam. Mereka bahkan juga merugikan Islam dan umat Islam itu sendiri.
Yang ajib, semua santri di sini tidak membayar alias gratis. Bahkan mereka juga disekolahkan. Jadi seperti  di Tarim Hadrom maut Yaman. Kemudian selulus Aliyah (setingkat SMA) para santri yang hafal Alquran mendapat beasiswa untuk kuliah di Universitas dan Kampus yang sudah ada kerjasama dengan pesantren.
Akhirnya apa yang kukhawatirkan tidak terjadi. Pertentangan antara Ubud dan Arafah yang mengganjal hatiku di awal-awal tidak sungguh-sungguh bisa dipertentangkan. Karena meskipun berada di Ubud, hati insya Allah bisa tetap menghadap Allah seperti di Arafah, dan di manapun tempat karena memang demikianlah seharusnya hati menghadap.
Dan ternyata perjalanan menuju dan selama UWRF ini juga mengajarkan anak-anak banyak hal selain memberi mereka liburan dan hiburan. Mereka juga belajar sabar, belajar dan mempraktekkan tayamum (sesuci dengan debu), sholat safar, sholat jama’ qoshor, bagaimana menggunakan GPS, bagaimana berinteraksi, bersosialisasi dan bertoleransi, belajar tentang apa itu najis mugholadoh dan bagaimana jika seandainya terkena najis itu, dan masih banyak lagi yang kami dapatkan. Sebagai perempuan single parent sejak kematian suami dalam kecelakaan lalu lintas enam tahun lalu, perjalanan ini juga menasbihkan bahwa kami tetap bisa seperti keluarga lain yang lengkap, yang bisa juga bepergian, belajar di tempat jauh dan melakukan keberanian-keberanian, bahwa situasi yang terjadi tidak menjadikan kami trauma terhadap bepergian, dan tidak membatasi kami dari cita-cita yang tinggi. Semoga Allah senantiasa memberikan pertolonganNya. Aamiin. 

Pulangnya kami naik pesawat dari Denpasar ke Jogja. Alhamdulillah kami dapat harga tiket pesawat yang terjangkau.  Anak-anak senang karena ini pengalaman mereka pertama kali naik pesawat. Dan kami mendapatkan energi yang luar biasa dari perjalanan ke Ubud dan Denpasar ini
April 26, 2016

Belajar Dari SGA, Huruf Kecil Dan Oddang

by , in
Belajar Dari SGA, Huruf Kecil Dan Oddang



24 April kemarin, seperti biasanya bukannya yang ulang tahun dapat hadiah, tetapi justru ia yang menghadiahi. Hadiah ultah KF ke-3 kali ini spesial bangets. Karena kami diberi kesempatan untuk belajar langsung dari para sastrawan hebat di negeri ini. 

Ada maestro, mas Seno Gumira Ajidarma, penyair Aan Mansyur dan Faisal Oddang yang meski masih muda tapi sudah mengglobal sampai ke Asean. Alhamdulillah senang banget karena saya bareng SGA pernah sama-sama diminta menulis endorsment untuk sebuah novel tentang Papua dan toleransi.


Agar berhasil dalam menulis harus keluar dari tiga mitos tentang sastra ~ Seno Gumira Ajidarma

Banyak membaca, memanjakan imajinasi, memiliki sudut pandang yang baru & berbeda serta motivasi kuat merupakan tips utama menulis.
omong kosong belajar jadi penulis kalo tidak membaca.
buku tehnik menulis itu banyak, tapi tidak akan lahir seorg penulis itu tanpa membaca
Ngaku penulis kok nggak mau baca, ya pensiun aja
Mitos sastra; Sastra itu curhat, bahasa mendayu-dayu, isinya petuah itu omong kosong
Penulis itu yang paling penting adalah sudut pandangnya

buku yg menarik itu yg menggugah kita unk menulis
semakin banyak menulis, secara tidak lngsung kita sudah belajar
Jika kita terbiasa menulis, rasanya ada semacam musikal yg mnyertai tiap tulisan kita

meniru itu boleh, tapi plagiat itu dilarang. Silakan meniru dam jng plagiat
Mengarang itu sesuatu yg menyenangkan. Tapi plagiat itu tidak bakalan bahagia

Saya itu tidak punya tips. Tapi kalo kita kreatif pasti bisa berhasil. Pokoknya bacalah
Penulis itu tak diukur dngn umur. Jadi susah dijelaskan brp umur yg tepat menjadi penulis


Kalau urutannya, SGA jadi gongnya. Nah, sebelumnya ada Aan dan Faisal dulu. Ini beberapa kutipannya:


Kalau kata Aan Mansyur, Tugas penulis adalah mengajak orang untuk berhenti sebentar.

1997 - 1998 saya habiskan untuk membaca buku di 7 perpus makasar - M. Aan Mansyur
2015 ia membuat "kata kerja" dan dia pustakawan.

Biar kamu tdak lupa, catatlah kata kakeknya.
Salh satu yg dilakukan penulis adl berpikir 2 langkah lebih depan daripada pembaca. Misal dari A ke D
Hampir semua tulisannya ditulis dinihari, rata-rata pukul 04.00

Di komunitas ia berperan sebagai penulis, karena teman2nya tak ada yg jadi penulis

Kalo kalian ketahui menulis di Indonesia salah satu takdirnya adalah Miskin, kata Aan. *Hadeuh*
Hampir semua puisi yg kalian baca, itu pembaca pertama adalah Ibu Saya
Puisi menjadi alat komunikasi saya dng ibu saya
Membaca buku itu sama halnya dengan konsumsi
Semakin banya kamu membaca buku, semakin sadar banyak hal yg tak kamu ketahui
Ketika anda menulis, anda akan terjerumus pada pekerjaan yg tak ada waktu istirahatnya
Semakin lambat kamu berjalan, semakin banyak hal yg kamu dapat (lebih detail)
Bertanya pada hati "apa tujuan kamu menulis?" sebuah pertanyaan dari Aan untuk kita semua.
Menulis itu sebenarnya adalah menulis ulang
Menulis itu ada 2 kemungkinan; kalo kamu tdk mendokumentasikan kecerdasanmu, ya mendokumentasikan kebodohanmu -
Menulislah seperti Gandhi, dan mengeditlah seperti Hitler
Saya berhenti mengedit jika sudah mentok tulisan itu tak bisa dikurangi
Pulang, menulis sampai sesering mungkin, dan jng berusaha jadi penulis



Nah, kemudian giliran Faisal Oddang nih.

Setiap cerita yg saya tulis, itu sebagian besar pernah saya alami di masa lalu -
Setiap tulisan saya tak lepas dari lokalitas Sulawesi Selatan -
Saya suka menulis karena ayah saya selalu menceritakan waktu mau tidur
Jika ide mentok, saya akan tulis dengan sudut pandang yg berbeda

"Belum tentu sepatu yang saya gunakan berjalan kompatibel buat kaki teman-teman." 
Agar tidak jenuh dalam menulis, cintailah menulis seperti kau mencintai kekasihmu. 
Bila Aan Mansyur tidak bisa menulis di tempat ramai, maka Faisal Oddang justru kebalikannya. Dia justru tidak bisa menulis di tempat sepi.



Met Ultah kampus fiksi diva press, semoga makin sukses dan berkah. Aamiin.


*beberapa kutipan diambil dari cuitan Nasir

Januari 18, 2016

Semua Orang Sebenarnya Berusaha Akurat Tapi Tidak Belajar Kurasi

by , in
Semua Orang Sebenarnya Berusaha Akurat Tapi Tidak Belajar Kurasi


Begitulah.
Orang-orang yang berkecimpung di bidang sains mencoba menemukan rumusan terbaru dengan melakukan berbagai eksperimen, percobaan.

Orang-orang matematikawan membuat banyak persamaan dan rumus-rumus penting.

Orang-orang bisnis dan wirausaha melakukan banyak terobosan demi bisa akurat menembus pasar dan menciptakan pemasukan yang banyak dari penjualan.

Orang-orang yang bergerak di bidang olahraga berlatih terus menerus agar bisa akurat memasukkan bola ke dalam gawang, bola basket ke dalam ring, dan seterusnya dan sebagainya.

orang-orang literasi dan penerbitan mencoba menerawang tren agar akurat memenangkan pasar pembaca yang makin tak jelas polanya.

Orang-orang yang turun ke sawah dan kebun, berusaha menanam dengan metode paling akurat dan menggunakan benih paling unggul agar menghasilkan panen berlimpah.

Orang-orang pabrik dan perusahaan memperbarui sistem mereka agar makin akurat mengikuti dunia, manajemen, SDA, SDM, teknologi yang terus menerus dan secepat kilat bergeser dari waktu ke waktu.

(sebagian) Orang-orang (yang katanya) beragama ingin akurat masuk surga dengan cara cepat dan mudah. Tapi mereka lupa belajar kurasi, lalu mengambil mentah-mentah ajaran yang ngawur. Lalu....BOOOM!!! DOOOOR!!!

Mari belajar kurasi!



Desember 30, 2015

Tips Packing Untuk Berlibur Sambil Belajar

by , in
Tips Packing Untuk Berlibur Sambil Belajar


Di qoryah Toyyibah Salatiga, kita bisa menikmati sejuknya hawa pegunungan, suasana ramah dan hangat pedesaan, juga sekaligus menyerap banyak pelajaran yang tercecer di sana sini. Baik yang dikhutbahkan ataupun yang diqudwahkan alias ditauladankan. Seru kan?


Purple And Yellow at Qoryah Thoyyibah Sosiopreneur Salatiga 



Mengemas pakaian untuk liburan mungkin kelihatannya sepele, tapi ternyata tak semudah itu. Pernahkah  mengalami kejadian, sudah membawa berpotong-potong pakaian tapi hanya satu dan dua yang terpakai, bahkan harus membeli baju baru karena salah kostum?

Saat bepergian tentu saja kita tak dapat membawa seluruh isi lemari pakaian. Jadi sangat penting untuk menentukan pakaian yang tepat agar liburan nyaman dan semakin menyenangkan. Apa saja pakaian yang sebaiknya dibawa ketika liburan, terutama dalam waktu yang lama? 


1. Lakukan Riset
Sebelum liburan, lakukan riset kecil-kecilan. Misalnya jika Anda ke luar negeri, cek negara tersebut sedang memasuki musim apa; dingin, hujan, panas atau semi? Hal ini akan menentukan pakaian apa saja yang harus dipakai. Coat tebal dan sepatu boots tentunya tidak akan terpakai saat musim panas. 

2. Rencanakan Kegiatan
Kegiatan apa saja yang akan Anda lakukan sesampainya di tempat liburan? Rencanakan aktivitas liburan Anda secara matang, dengan begitu akan lebih mudah memilih pakaian. Jika agenda liburan termasuk pergi makan malam di resto mewah, maka perlu membawa gaun formal. Jika klub malam yang ingin didatangi, bawalah pakaian pesta yang sedikit 'bling bling'.Berencana berenang atau main pasir di pantai? Jangan lupa bawa summer dress, celana pendek dan sandal.

3. Pakaian Basic
Kemanapun Anda pergi, bawalah selalu pakaian basic atau busana kapsul (klasik dan tak lekang zaman). Pakaian basic atau kapsul bisa berupa jeans, t-shirt putih, blazer, celana panjang berpotongan lurus, little black dress dan sepatu flat. Tapi semua orang bisa saja mendefinisikan pakaian basic secara berbeda, tergantung yang sehari-hari mereka kenakan. Jadi bawalah pakaian yang memang sering Anda kenakan. Setelah itu, biasanya akan lebih mudah menentukan jenis busana lainnya yang lebih fancy dan fashionable.

4. Tentukan Warna
Warna merupakan salah satu aspek penting saat memilih pakaian untuk dibawa bepergian. Pilihlah beberapa warna yang mudah dipadu-padankan. Misalnya satu atau dua warna basic/natural (hitam, abu-abu, khaki, putih) dengan tiga atau empat warna terang.

5. Pilih Sepatu dengan Bijak
Sepatu memakan banyak tempat di koper, maka sangat penting untuk hanya membawa satu atau dua pasang saja. Bawalah sepatu yang serbaguna dan cocok dikenakan ke berbagai kesempatan. Pilih sepatu warna hitam, netral atau bernuansa metalik. Jika rencana liburan Anda pergi ke berbagai tempat dan memerlukan penampilan yang berbeda, bawalah sepasang sepatu pumps, flat, sandal dan sneakers.

6. Pilih yang Berdaya Pakai Tinggi
Tak ada gunanya membawa banyak pakaian dan aksesori untuk liburan jika Anda tidak benar-benar bisa memakainya. Tak terbiasa pakai blouse backless? Maka tak perlu dibawa hanya karena alasan ingin lebih gaya. Lebih nyaman dengan celana panjang longgar, maka tak perlu membawa hot pants atau rok super mini. Bawalah pakaian yang sering dan Anda pun nyaman mengenakannya.


Yuk rencanakan dan persiapkan sebaik mungkin :)

Post Top Ad