Meski mencumbui dan mengakrabi alam adalah salah satu hobimu, tak ayal wisata seperti ini mengingatkanmu pada beberapa mantan pacarmu.
Mau tak mau rasa rindu memukul-mukul sanubarimu. Menimbulkan rasa nyeri antara kangen tak terperi dan teringat luka perpisahan yang menyayat hati.
Keteladanan band kalian pulalah yang ditiru oleh pasukan fans mu. Mereka jadi tergerak dan terdorong untuk saling membantu, automatically. Tak menunggu perintah, apalagi ancaman. Melakukan dengan senang hati seolah itu pekerjaannya sendiri. Tidak ada iren atau saling iri dst.
Pasti segera nyusul, boy! Jangan galau gitu! seloroh mereka, dan segera mendapatkan sambutan hangat darimu, Kapang!
Dan gelak tawa membahana, menghangatkan udara Raja Ampat. Tanpa berpelukan pun kamu tahu mereka para sahabatmu itu- turut merasakan pedihmu dan mendoakan yang terbaik untukmu. Sisi sentimental lelaki lembut sepertimu hampir saja mendorong bening mengalir dari matamu, namun kau tutup dengan tawa yang lebih menggelegar. Tak ada yang bisa membedakan mana air mata yang keluar sebab tertawa atau sebab kesedihan.
Proses kreatif penulisan Man Behind The Microphone bisa di baca dalam postingan ini