Walaupun ada orang yang bilang kalau ulang tahun tak seharusnya dirayakan karena konon katanya:
1. tak ada petunjuk ataupun contohnya di jaman rasul alias bid'ah
2. justru harus diratapi karena itu berarti berkurangnya jatah umur
3. semestinya setiap hari harus dirayakan
4. sebenarnya tiap hari sama saja, mau ultah atau tidak
5. dan lain-lain
namun aku seringnya tetap merayakan ulang tahunku dengan cara sederhana setiap tahunnya.

Masjid Luar Batang ada di tengah kampung padat permukiman buruh dermaga dan nelayan di Penjaringan. Berada di antara gang sempit, sekitar 300 meter dari jalan utama Pasar Ikan, yang jelas, masjid ini mampu menjadi pelindung dari hawa panas musim kemarau di Jakarta Utara.
Masjid Luar Batang tergolong masjid tua di Jakarta. Konon, masjid ini dibangun pada 1732 oleh Alhabib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al 'Aydrus. Ia tiba di Pelabuhan Sunda Kelapa, Batavia, dari Hadramaut, Yaman, ketika wilayah Luar Batang masih berupa rawa-rawa.
Luar Batang sebenarnya julukan bagi sang Habib. Cerita turun-temurun menyebutkan, ketika ia wafat (1756), Belanda melarang jenazahnya dimakamkan di daerah itu. Para pendatang harus dimakamkan di Tanah Abang.
Hanya, ketika diusung dengan kurung batang (keranda dari bambu), para pengikutnya menemukan jenazah Habib Husein tak ikut serta. Sebaliknya, jenazah malah didapati kembali ke kediamannya, tak jauh dari masjid.
Kejadian itu berulang tiga kali hingga para pengikutnya bermufakat untuk memakamkan di tempatnya sekarang, di sisi kanan Masjid Luar Batang.
Kini, hampir tiga abad berlalu, sisa bangunan asli memang sudah tak tampak lagi. Seluruh bangunan sudah dirombak total pada 1992. Kubah masjid yang semula berbentuk bawang diganti dengan kubah joglo.
Sebanyak 12 tiang utama dari kayu juga dibongkar dan diganti dengan pilar beton. Sementara itu, lantai kayu dan ubin sudah diganti dengan keramik dan batu granit. Selain itu, masjid kini memiliki sejumlah kamar untuk para peziarah ataupun musafir yang datang atau singgah.
Sekitar 200 orang berkumpul untuk berbuka bersama tiap Ramadan. Merupakan bagian lain dari tradisi yang dijaga di masjid itu. Menyantap takjil memang tak dibutuhkan waktu lebih dari 15 menit. Namun menantikan dan menikmatinya telah menghadirkan kebersamaan bagi mereka yang hadir di sana.
Menjelang Ramadan jumlah peziarah yang datang banyak sekali. Mereka datang dari berbagai kota di seluruh Indonesia, bahkan hingga mancanegara. Waktu itu sampai orang dari Belanda ziarah kesini.
Berbicara mengenai sejarah Masjid Luar Batang ini memang sedikit membingungkan. Sebab, banyak cerita berbeda yang keluar dari berbagai sumber.
Seorang turis asal Tionghoa menulis bahwa tahun 1736 dia meninggalkan Kota Batavia dari Sheng Mu Gang atau Pelabuhan Makam Keramat, saat ini dikenal dengan Pelabuhan Sunda Kelapa. Di lokasi tersebut terdapat makam yang dianggap keramat di daerah Pelabuhan Batavia.
Pada 1916, di atas pintu masjid tercatat bahwa gedung masjid selesai digarap pada 20 Murharam 1152 H atau 29 April 1739. Masjid ini kurang berkiblat, sama halnya dengan Masjid Kebon Sirih dan Masjid Cikini.
Oleh karena itu, ada seorang penulis, Abubakar Atjeh, yang menganggap bahwa dulunya ruang masjid ini adalah bekas rumah kediaman orang, kemudian digunakan sebagai mushola atau masjid.
Dari beberapa cerita mengenai masjid tersebut, masih menyisakan pertanyaan-pertanyaan tentang kebenaran yang pasti. Karena cerita asal-usul makam keramat merupakan cerita turun menurun yang datanya masih kurang lengkap. Artinya, sumber-sumber yang mengetahui pasti pada zamannya itu tidak lengkap.
Maka dari itu, pengurus masjid enggan berkomentar mengenai sejarah masjid dan makam keramat tersebut lantaran takut salah memberikan informasi. Terkenalnya masjid dan makam keramat ini dalam nilai sejarah, menjadi faktor utama yang mengundang datangnya peziarah. Dari masa ke masa, masjid ini sudah beberapa kali direnovasi.
Kami semua berziarah, sholat dan berdoa dengan khusyu di sana. Magnet energinya serta aura spiritualnya terasa sangat kental sekali di udara, juga berasa menembus ke jantung dan ulu hati. Tak terasa kami semua menitikkan air mata. Bahkan beberapa teman sesenggukan dengan dahsyatnya.

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog ulang tahun kelima Warung Blogger