improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label pilihan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pilihan. Tampilkan semua postingan
Oktober 07, 2016

PILKADA SEBENTAR LAGI

by , in
 PILKADA SEBENTAR LAGI



Ada banyak sekali pemimpin yang lahir dan tampil di negeri ini. Namun sedikit sekali yang membanggakan serta bisa diteladani. Seorang pemimpin ideal untuk tahun 2017 mustinya cerdas, peduli, taktis dan tulus, serta sederet kualitas lainnya yang semestinya dia miliki.
Saya baru saja mengkhatamkan novel Sampar karya filsuf Albert Camus terbitan Yayasan Obor Indonesia yang diterjemahkan oleh ibu NH Dini. Beliau mereferensikan dan sekaligus mengirimkan novel itu ke rumah saya ketika saya bertanya buku apa saja yang seringkali beliau baca berulang-ulang.
Dan memang banyak sekali pelajaran yang saya bisa ambil dari novel tersebut. Kaitannya dengan tema pemimpin ideal untuk rakyat, kita bisa mengambil keteladanan dari beberapa tokoh dalam novel karya Albert Camus ini.
Berdedikasi
Dokter Rieux menampilkan sosoknya yang berdedikasi. Sebagai seorang ahli  dan tenaga medis di kota Oran yang terkena wabah epidemi Sampar, ia tampil sigap. Cekatan, terus bekerja, tak pernah lelah, tidak juga mengeluh dan mudah berputus asa.
Dengan profesionalitas yang tinggi, rasa tanggung jawab serta kesadaran bahwa dengan bekerja dan berupayalah permasalahan seharusnya dihadapi. Tidak hanya menunggu keajaiban, atau dengan  bekerja setengah hati.
Peduli Dan Berjiwa Volunteer
Adalah Tarrou si pencatat, yang ternyata punya latar belakang trauma sehingga menyebabkan dirinya menjadi seseorang yang punya kepedulian tinggi terhadap nyawa orang lain, nyawa orang banyak.
Dari kepeduliannya yang tinggi itulah dia berinisiasi untuk terjun langsung ke kawah bencana sampar. Mengambil inisiatif membentuk korps sukarelawan yang terdiri dari banyak pihak. Sehingga tidak hanya mengandalkan para ahli medis saja. Tetapi semua orang berperan serta dan memiliki kontribusi untuk mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi.
Kriteria pemimpin juga bisa kita cuplik dari beberapa novel yang kutulis berdasarkan kisah nyata di sekelilingku.
Pejuang Sejati Dan Ikhlas
Dari novel Matahari Mata Hati yang diterbitkan Tiga Serangkai, adalah seorang perempuan single parent, single fighter. Yang meskipun dirinya sendiri masih perlu dikasihani karena kesendiriannya setelah suaminya wafat, dan harus mengasuh kelima anaknya, tetapi tetap meluangkan waktu terbanyaknya justru untuk umat. Untuk perjuangan, dakwah, dan kemaslahatan masyarakat.
Jiwa perjuangannya yang gigih rupanya dia warisi dari almarhum ayahnya yang seorang pejuang pada  masa kemerdekaan dulu. Juga para moyangnya terdahulu. Yang bahkan tak pernah disebut namanya di masjid agung yang notabene menyebut beberapa nama tokoh terpandang yang sudah wafat. Rupanya keikhlasan mungkin telah mendarah daging pada para pejuang, sehingga tidak masalah bagi mereka apakah namanya disebut ataukah tidak. Balasan dan ganjaran dari Allah sajalah yang menjadi prioritas. RidloNya saja yang dicari.
Mengenal, Memahami Dan Penuh Kasih Sayang
Dalam novel Gus, terdapat lagi seorang perempuan tapi juga pemimpin. Dialah bu  Nyai yang merintis  berdirinya pesantren di tengah lingkungan yang waktu itu penuh kemaksiatan dan para penjudi serta pemabuk. Awalnya jelas dia mengalami banyak perlawanan dan pertentangan.
Tetapi dengan kasih sayang serta ketulusannya, juga strateginya yang jitu sebab berhasil merangkul warga sekitar dan memberdayakan perekonomian mereka, akhirnya dia mendapat tempat. Dan pesantren pun mengalami perkembangan pesat. Subhanallah. Masyarakat dan rakyat yang didengarkan cenderung akan membalas dengan perhatian yang setingkat levelnya dan akhirnya memberi dukungan yang diperlukan. Alhamdulillah.
Inovatif, Kreatif, Pantang Menyerah
Sedangkan dari novel Mengejar Mukti terbitan Bentang yang baru rilis tahun ini, adalah seorang pemuda yang masih dua puluhan tahun usianya tapi berhasil membangun pesantren yang diberikan oleh ayah ibunya. Masih muda dan gaul tidak menghalanginya untuk mengambil peran aktif memimpin orang-orang yang sama mudanya dengan dia.
Berbagai peluang dimanfaatkannya dengan gesit. Dan dengan penuh inovasi serta kreatifitas, dia menemukan sendiri bersama tim-nya suatu metode yang khas bagi wadah institusinya. Dia terbuka terhadap banyak masukan dari sejawatnya ataupun bawahannya. Juga cerdas mengambil celah serta berusaha kompromi mengambil jalan tengah bila ada perseteruan antara pihak senior alias golongan yang lebih tua dengan golongan yang lebih muda.
Semoga beberapa karakter dalam novel tersebut memberikan kita gambaran seperti apakah Pemimpin Ideal Untuk Daerah
Mei 08, 2016

#ngemilbaca Kumcer Celia Dan Gelas-Gelas

by , in
#ngemilbaca Kumcer Celia Dan Gelas-Gelas


Ada tiga belas cerpen dalam kumcer pilihan kf emas kali ini. Dan yang paling menarik justru pengantar dari Aan Mansyur dan rektornya. Terus karena terbawa oleh pengaruh Aan, aku mulai membaca buku ini dari empat cerpen rekomendasinya.



Secara singkat, berikut beberapa kesan pembacaanku. 



So curious gmn Farah bs cerita ttg efek ngobat sedemikian detailnya,krn mengalaminya sendiri,berdasarkn cerita org lain,or imajinasi?

Endingnya gin bikin shock.&timbul pertanyaan mmg ada yg beneran spt itu di dunia nyata?lalu sadar mgkn semestinya fiksi itu mmg fiksi

Klo gin mengejutkan kita dg efek sakit si tokoh, Siska membocorkn kenyataan aslinya dr yg sempat ia kecohkan ttg penderitaan si tokoh.

Tokoh&setting reni kok ngingetin aku ama novelnya yg waktu itu y.hehe. btw,ide inversi itu sesuatu bgt,baru bagiku.atau ada sblmnya?

Ending cerita dr lelaki berbau gaharu,si bayangan, gak tertebak ya. Horor nih evi. Inspired by whoever hidden behind whoever:D

Tak sekedar konflik ayah-anak,tp horor juga Sugi nih. Twist-nya cukup shocking surprise. Bhw musik juga bisa sedemikian monster-nya.

Passion Eva di film klhtn lagi di cerpen kali ini. Keinginan utk menyampaikan pesan/amanat cerita agak klhtn bgt ya. Krg smooth dikit.

Akrab setting2nya. Casa luna,betelnut.Puput merelevansikan pglmn hidupnya (kah?:D) dg film yg ia pilih sbg referensi sekaligus latar.

Gaya bercerita biasa, di tengah mulai tertebak endingnya terutama krn bbrp kali ada dokter itu. However ide bagus,double personality.

Dg POV2,sayful sajikan petikan dr sejarah. Cerita dlm cerita dlm cerita, menikmatinya sambil berkerut&menahan nafas.full of emotion.

Pas awal bc,ih knapa juga bs ngobrol byk dg org yg br dikenal. Rupanya mmg justru di situ intinya,org tsb ternyata whoaaa,ghyna ngeri.

Kalimat pembukanya lgs bikin shock&penasaran. Mendengarkan bau,yg dr Frida ini sptnya yg menginspirasi tulisan di cover belakang buku
Mata2 menghilang stlh terus menerus dipaksa mendiamkan ketdkadilan yg melewati pandangan.Kritik politis&sosial Frida jd warna sendiri
Mata yg plg dangkal,telinga plg membanggakan,bau lbh menggairahkan,rasa plg dtgkn prasangka,sentuhan plg beragam,terdalam,hakiki.

Selain musik,film,parfum, gaya surealis kayaknya juga yg mjd benang merah cerita2 ini. Juga fantasi & imajinasi.
April 21, 2016

Memaknai Pilihan Dalam Hidup

by , in
Memaknai Pilihan Dalam Hidup
(Bagaimana Menjalani Dan Memaknai Pilihan Dalam Hidup)



Sesungguhnya mungkin satu hal yang hadir dalam hidup kita, jadi menarik hal yg berkaitan ke dalam hidup kita juga. Ada yang menyebutnya mestakung dst

Saat terpaksa berhubungan dengan air misalnya, jadi ada hal-hal terkait dengan air yang minta perhatian.Beli suatu produk, jadi ada peluang kerjasama dengan brand dst

Demikian juga mungkin dengan amal/kontribusi dan dosa. Snowballing itu mungkin dimulai dari percikan kecil. Sehingga memilih dan memilah apa yang ingin
kita akrabi dan geluti adalah keniscayaan mengingat sempitnya waktu dalam kehidupan. atau memang biarkanlah mengalir karena kejutan/hasilnya mungkin menyenangkn
Apakah mimpi yang meninggalkan kita, atau kita yang sesungguhnya meninggalkan mimpi, itu menjadi pertanyaan berikutnya. Apakah di kesadaran mungkinn kita kelihatannya melupakan mimpi, tapi di bawah sadar kita msh menginginkannya. Apakah banyak mimpi mungkin kita capai semua, atau ada quota tertentu?
Apakah sesuatu memang harus berjalan linier, atau bisa lateral. Apakah lateral itu harus dalam benang merah tertentu atau bisa random. Haruskah punya tujuan spesifik atau cukup garis besar dan fleksibel. Apakah roodiyatan Mardiyah itu bisa lentur dan luwes, atau kita jangan-jangan tertipu diri sendiri

Maret 02, 2016

Menulis Sebagai Pilihan Gaya Hidup

by , in
Menulis Sebagai Pilihan Gaya Hidup


Berikut petikan wawancara dengan Alinea TV




Dian Nafi menasbihkan dirinya sebagai pecinta purnama dan penikmat hujan. Lulusan arsitektur Undip Semarang ini, selain menulis juga mengelola PAUD, aktif di komunitas Hasfriend, dan Pimpinan Redaksi DeMagz. Tulisannya bertebaran di berbagai media cetak, dan acap memenangkan berbagai perlombaan penulisan. Ikuti bincang-bincang AlineaTV dengan penulis yang sudah menelurkan 14 buku ini.

Apa artinya menulis buat kamu?
Menulis mula-mulanya menjadi terapi, dari kesedihan kehilangan pasangan saat itu dan kehilangan banyak hal setelahnya, dari trauma masa lalu, dll. Kemudian lambat laun bergerak menjadi sebuah cara untuk menyuarakan banyak hal. Suara hati, suara lingkungan, dan suara dari teman-teman, saudara, atau kenalan yang akhirnya berdatangan curhat.
Sedekat apa masa kecil kamu dengan dunia menulis?
Almarhum ayah rajin membawakan kami banyak buku dan komik. Saya mendapat hadiah diari darinya di ultah saya yang kedelapan, beliau mengajarkan saya menulis buku harian. Sejak itu saya banyak menulis meski masih untuk konsumsi sendiri. Kelas empat SD saya dikirim mewakili sekolah untuk lomba menulis resensi tingkat kabupaten dan menang. Selanjutnya saya terus menulis tapi hanya untuk konsumsi sekitaran, jadi redaksi mading dan juga majalah almamater di SMP, SMA dan kampus.



Sejak kapan mulai menulis secara profesional?
Sejak 2010. Semua bermula saat saya harus iddah atau tinggal dalam rumah selama 4 bulan 10 hari karena suami meninggal awal tahun 2008. Di saat banyak waktu luang itulah saya bersentuhan dengan Facebook dan menuliskan banyak curhatan di sana. Lalu ikutan lomba-lomba menulis dan beberapa kali menang. Tulisan mulai diterbitkan dalam bentuk antologi sejak 2009. Semakin lama makin keranjingan ikut kompetisi menulis. Dari beberapa kali menang, akhirnya saya mulai mendapat tawaran menulis buku solo dari beberapa penerbit. Begitu seterusnya.
Bagaimana cara mengatur waktu menulis dan proses mencari ide-ide kreatif?
Biasanya saya menulis dari jam tujuh pagi sampai dua belas siang. Lanjut lagi jam satu sampai tiga sore. Malam nulis lagi jam sembilan sampai jam sebelas. Lanjut dini hari mulai jam dua sampai subuh. Tapi menulisnya ini selang seling dengan membaca. Sebulan saya biasanya membaca 5-12 buku. Ide kreatif saya dapatkan dari banyak mengamati yang terjadi di sekitar, dari beberapa kegiatan yang saya ikuti, dari peristiwa-peristiwa yang saya lihat langsung ataupun saya dapatkan dari curhatan teman-teman, saudara-saudara maupun orang-orang baru yang saya temui selama traveling dst. Buku-buku bisnis, leadership, psikologi, parenting, dan non-fiksi lainnya serta buku biografi seringkali juga menjadi sumber ide kreatif yang mendukung cerita-cerita yang embrionya sudah ada dalam kepala.
Menurut kamu, apa yang membedakan karya-karya kamu dengan penulis lain?
Background saya yang santri tetapi kuliah di teknik arsitektur mewarnai tulisan saya yang kadang paradoksal.Between freedom dan puritan, between modern dan tradisional, between setia pada tradisi dan suka melanglang ke mana-mana.
Apakah kamu mengalami kesulitan yang berarti saat mulai membuat karya?
Ide sangat banyak, tetapi seringkali kesulitan dan kedodoran dalam eksekusi. Ini yang masih saya terus pelajari dan latih. Bagaimana supaya tidak ada hole plot, bagaimana supaya lebih mengalir, bagaimana membuat tulisan yang bisa ‘menyihir’ pembaca tetapi sekaligus ‘diam-diam’ menginspirasi dan memberi pencerahan, itu yang selalu menjadi PR saya. Kepenasaran ini membuat saya semakin ‘larut’ dalam dunia kepenulisan. Seperti sebuah tantangan yang minta ditaklukkan.
Dari semua karya yang sudah diterbitkan oleh penerbit, buku apa yang paling berkesan saat merampungkannya?
Novel debut saya, Mayasmara, yang saya tulis bersama sahabat maya, butuh delapan bulan proses penulisannya tanpa bekal ilmu menulis sebelumnya. Saya hampir menyerah karena tidak tahu bagaimana menyelesaikannya. Tapi brainstorming yang intens akhirnya membawa kami sampai akhir. The Invisible Handmemberikan ‘wangsit’ sub-judul bagi novel ini. Saya mengalami banyak transcendence dalam prosesnya. Dan terkesan dengan ‘pesan’ Pak Ahmad Tohari pada saya usai membaca novel ini, agar saya terus menulis novel sejenis itu yang beliau sebut sebagai novel eksistensialis. Meski dalam perjalanannya kemudian saya menulis novel jenis lain, tapi masih terus terbayang pesan itu dan keinginan mewujudkan pesan beliau.
Tips menulis versi Dian Nafi?
Stimulasi diri sendiri dengan ikut banyak lomba, karena dari sana ada tema tertentu yang mendorong kita mencari dan menemukan cerita yang sesuai. Sembari menulis, banyak membaca buku berkaitan, sekaligus membaca tips-teknik menulis dan mengikuti workshop kepenulisan, sambil brainstorming bareng mentor dan sharing. Karena dengan sharing ilmu yang sudah kita ketahui, biasanya kita dianugerahi ilmu baru. Banyak jalan-jalan juga membantu kita menghadapi ‘writer-block’.
Apa pengalaman penyenangkan selama menjadi penulis buku?
Jadi sering jalan-jalan untuk riset ataupun event kepenulisan. Ketemu banyak orang baru baik via online atau ketemuan darat saat event launching/bedah buku/sharing maupun event lain. Menerima testimoni darpi pembaca via mention, inbox, email dan sms juga mengguratkan kesan tersendiri. Utamanya senang karena bisa bisa berbagi manfaat.
Target besar yang ingin kamu lakukan dalam dunia menulis?
Saya punya cita-cita suatu saat cerita-cerita yang saya tulis difilmkan. Pingin juga bisa keliling dunia dari menulis, dapat beasiswa kuliah creative writing dan ikut writing retreat/residence di luar negeri kayak mas Ahmad Fuadi/Asma Nadia dll. Terus pingin mendirikan Hasfa Writing College juga. Haha, banyak banget ya keinginannya?
[Redaksi AlineaTV]

sumber :  http://www.alineatv.com/2014/10/dian-nafi-menulis-cara-menyuarakan-banyak-hal/
Januari 11, 2016

[Puisi] ABU

by , in
Puisi
ABU
By Dian Nafi

kubaca cinta di tuturnya yang dewasa
ikut tergetar karena cinta memang selalu menggetarkan
kubaca kehati-hatian dalam pilihannya
ikut tertahan sebab pilihan selalu sulit

cinta seharusnya mudah tapi hidup meniscayakan pelik

o pecinta yang hati-hati
kuhela nafas dan turut merasakan kedukaanmu
di sudut sana seorang pecinta lain menunggu putusanmu
dan kau, pecinta yang hati-hati, kau tulis
'Kini rambutku penuh abu-abu. mencintaimu bisa sangat sederhana. Tak perlu kau kumiliki agar tak harus kurinci segalanya di pengadilan nanti. Cukup siapa punya waktu menyapa ketika diri di ambang mimpi.'

kehati-hatianmu membuka semua tabir
jawab atas tanya yang ada di kepala
bahwasanya mereka yang sampai di altar penyatuan adalah para pemberani
dan Tuhan bersama para pemberani


Post Top Ad