PILKADA SEBENTAR LAGI
Ada
banyak sekali pemimpin yang lahir dan tampil di negeri ini. Namun
sedikit sekali yang membanggakan serta bisa diteladani. Seorang pemimpin
ideal untuk tahun 2017 mustinya cerdas, peduli, taktis dan tulus, serta
sederet kualitas lainnya yang semestinya dia miliki.
Saya
baru saja mengkhatamkan novel Sampar karya filsuf Albert Camus terbitan
Yayasan Obor Indonesia yang diterjemahkan oleh ibu NH Dini. Beliau
mereferensikan dan sekaligus mengirimkan novel itu ke rumah saya ketika
saya bertanya buku apa saja yang seringkali beliau baca berulang-ulang.
Dan
memang banyak sekali pelajaran yang saya bisa ambil dari novel
tersebut. Kaitannya dengan tema pemimpin ideal untuk rakyat, kita bisa
mengambil keteladanan dari beberapa tokoh dalam novel karya Albert Camus
ini.
Berdedikasi
Dokter
Rieux menampilkan sosoknya yang berdedikasi. Sebagai seorang ahli dan
tenaga medis di kota Oran yang terkena wabah epidemi Sampar, ia tampil
sigap. Cekatan, terus bekerja, tak pernah lelah, tidak juga mengeluh dan
mudah berputus asa.
Dengan
profesionalitas yang tinggi, rasa tanggung jawab serta kesadaran bahwa
dengan bekerja dan berupayalah permasalahan seharusnya dihadapi. Tidak
hanya menunggu keajaiban, atau dengan bekerja setengah hati.
Peduli Dan Berjiwa Volunteer
Adalah
Tarrou si pencatat, yang ternyata punya latar belakang trauma sehingga
menyebabkan dirinya menjadi seseorang yang punya kepedulian tinggi
terhadap nyawa orang lain, nyawa orang banyak.
Dari
kepeduliannya yang tinggi itulah dia berinisiasi untuk terjun langsung
ke kawah bencana sampar. Mengambil inisiatif membentuk korps sukarelawan
yang terdiri dari banyak pihak. Sehingga tidak hanya mengandalkan para
ahli medis saja. Tetapi semua orang berperan serta dan memiliki
kontribusi untuk mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi.
Kriteria pemimpin juga bisa kita cuplik dari beberapa novel yang kutulis berdasarkan kisah nyata di sekelilingku.
Pejuang Sejati Dan Ikhlas
Dari
novel Matahari Mata Hati yang diterbitkan Tiga Serangkai, adalah
seorang perempuan single parent, single fighter. Yang meskipun dirinya
sendiri masih perlu dikasihani karena kesendiriannya setelah suaminya
wafat, dan harus mengasuh kelima anaknya, tetapi tetap meluangkan waktu
terbanyaknya justru untuk umat. Untuk perjuangan, dakwah, dan
kemaslahatan masyarakat.
Jiwa
perjuangannya yang gigih rupanya dia warisi dari almarhum ayahnya yang
seorang pejuang pada masa kemerdekaan dulu. Juga para moyangnya
terdahulu. Yang bahkan tak pernah disebut namanya di masjid agung yang
notabene menyebut beberapa nama tokoh terpandang yang sudah wafat.
Rupanya keikhlasan mungkin telah mendarah daging pada para pejuang,
sehingga tidak masalah bagi mereka apakah namanya disebut ataukah tidak.
Balasan dan ganjaran dari Allah sajalah yang menjadi prioritas.
RidloNya saja yang dicari.
Mengenal, Memahami Dan Penuh Kasih Sayang
Dalam
novel Gus, terdapat lagi seorang perempuan tapi juga pemimpin. Dialah
bu Nyai yang merintis berdirinya pesantren di tengah lingkungan yang
waktu itu penuh kemaksiatan dan para penjudi serta pemabuk. Awalnya
jelas dia mengalami banyak perlawanan dan pertentangan.
Tetapi
dengan kasih sayang serta ketulusannya, juga strateginya yang jitu
sebab berhasil merangkul warga sekitar dan memberdayakan perekonomian
mereka, akhirnya dia mendapat tempat. Dan pesantren pun mengalami
perkembangan pesat. Subhanallah. Masyarakat dan rakyat yang didengarkan
cenderung akan membalas dengan perhatian yang setingkat levelnya dan
akhirnya memberi dukungan yang diperlukan. Alhamdulillah.
Inovatif, Kreatif, Pantang Menyerah
Sedangkan
dari novel Mengejar Mukti terbitan Bentang yang baru rilis tahun ini,
adalah seorang pemuda yang masih dua puluhan tahun usianya tapi berhasil
membangun pesantren yang diberikan oleh ayah ibunya. Masih muda dan
gaul tidak menghalanginya untuk mengambil peran aktif memimpin
orang-orang yang sama mudanya dengan dia.
Berbagai
peluang dimanfaatkannya dengan gesit. Dan dengan penuh inovasi serta
kreatifitas, dia menemukan sendiri bersama tim-nya suatu metode yang
khas bagi wadah institusinya. Dia terbuka terhadap banyak masukan dari
sejawatnya ataupun bawahannya. Juga cerdas mengambil celah serta
berusaha kompromi mengambil jalan tengah bila ada perseteruan antara
pihak senior alias golongan yang lebih tua dengan golongan yang lebih
muda.
Semoga beberapa karakter dalam novel tersebut memberikan kita gambaran seperti apakah Pemimpin Ideal Untuk Daerah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar