MUDA ITU BERANI (Dan Berbahaya?)
“Ah, gue takut.”
“Idih, jangan cemen gitu dong. Kamu kan bukan anak-anak lagi. Cuma kayak gini, masak nggak berani?”
Pernah dengar percakapan seperti ini (atau semacamnya). Pernah dong ya? Entah di sinetron, film, percakapan di dunia nyata, ataupun kita baca di buku dan sebagainya.
Sikap dan sifat ‘berani’ seolah menjadi suatu label wajib yang dimiliki anak muda. Bahkan ada yang dengan ekstrim menambahkan, berani dan berbahaya.
Ow ow!
Kedengarannya seru ya? Masa muda jadi lebih hidup dan bergairah karena keberaniannya itu. Kalau jaman dulu, kita kenal ada Angkatan Muda yang bergerak bersama berani melawan colonial. Melalui pergerakan-pergerakan, organisasi dan lainnya. Di era orde lama, angkatan muda juga berani kritis dan mendobrak. Dan yang lebih dekat serta lebih terbaru adalah perlawanan para muda terhadap orde baru. Mereka bahkan berani menantang maut, dan beberapa akhirnya gugur di medan demonstrasi.
Yang demikian ini tentu saja contoh keberanian anak-anak muda yang bersifat positif. Contoh lainnya juga banyak, di berbagai bidang yang juga positif, seperti rekayasa atau rancang bangun, rancang program, kepanduan, penelitian, petualangan perjalanan, dan sebagainya. Pun mereka yang naik gunung, menempuhi bahaya mengarung samudera, menyelam kedalamanannya, semuanya dilakukan juga karena api keberanian dan kemudaannya.
Tapi sayangnya ada juga yang keberaniannya ini digunakan pada tempat, waktu dan situasi yang tidak tepat. Sebut saja tawuran, bullying, vandalisme, pelecehan, pacaran sampai pacaran keblabasan, perampasan benda sampai dengan perampasan nyawa. Dan masih banyak lainnya yang negatif-negatif. (Teman-teman silakan buat list-nya)
Kalau kata bung Rhoma Irama dalam lagunya :
Masa muda adalah masa yang berapi-api
yang maunya menang sendiri, walau salah tak perduli.
Saat masih anak-anak, sebagian besar kita masih diawasi penuh oleh orang tua. Ketika beranjak remaja, sedikit demi sedikit pengawasan melekat itu mulai berkurang. Remaja mulai memperoleh kebebasannya yang lebih banyak. Bersamaan dengan itu, keberaniannya juga semakin meningkat. Apalagi jika dia sudah bergabung dengan para anak muda lainnya. Keberaniannya makin berlipat-lipat. Karena di sana ada sesama anak muda yang mendukungnya.
Akan bagus jika keberanian itu mendorong mereka kreatif dan produktif. Sayangnya, tidak sedikit para anak muda yang berani melakukan pelanggaran-pelanggaran. Entah karena dorongan diri sendiri, lingkungan ataupun peer/teman sebaya dan kelompok/geng-nya. Bentuk pelanggarannya pun kini makin beragam. Membuat banyak orang geleng-geleng kepala. Kok ya bisa-bisanya remaja yang harusnya masih menjaga kemurnian jiwa, terlibat segala macam kasus. Dari yang kecil sampai yang besar. Naudzubillahi min dzalik.
Keberanian dan kenekatan itu bisa jadi datang karena hormon yang menggerakkannya. Situasi yang memungkinkannya melakukan pelanggaran, membuat remaja melupakan pesan orang tua. Untuk menjaga diri dan kehormatan. Sehingga mereka menempuhi bahaya, terjerumus dalam lembah kemaksiatan.
Ada juga yang karena terpicu oleh bujukan maupun ancaman dari rekan-rekannya. Seringkali karena ingin diterima dalam lingkungan pergaulannya, remaja mau dan berani melakukan apa saja. Bahkan sampai yang melanggar norma, aturan dan agama. Dan jangan lupa, kita kadang meremehkan hal-hal seperti mencontek, menitip absen, berbohong (sedikit), dan lain-lain.
Benarkah sedemikian berani dan nekatnya anak-anak muda, sehingga tidak ada yang ditakuti?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar