HANYA
KAMU
Oleh Dian Nafi
Apatah lagi dirimu,
sedangkan ban motormu yang kau sengaja tanyakan pada tukang parkir malam
kemarin saja ternyata lewat dari perhatian yang semestinya. Saat parkir di
depan apotik dan kamu merasa ada yang kurang beres dengan ban depan dan
belakang motormu, orang terdekat saat itu jadi sasaranmu untuk minta masukan.
Tukang parkir yang lumayan atletis dan ganteng itu bilang ban depan hanya
sedikit kemps, dan ban belakang sepertinya baik-baik saja. Kamu sempat berpikir
akan menambah angin untuk ban yang katanya
kemps sedikit, tapi urung kamu lakukan karena lupa dan terdistraksi kegiatan lainnya.
Paginya saat mengantar
anak-anakmu sekolah, barulah kamu sadar apa yang sesungguhnya terjadi. Beban
kalian bertiga membuat ban itu makin tersiksa. Motor terasa goyang. Sayangnya
tak tampak becak untuk bisa mengangkut anak-anakmu. Jadi terpaksa motor tetap
dinaiki, setengah digeladak sampai ke jalan raya. Barulah ketemu becak yang
menjadi pahlawan bagi anak-anakmu sampai ke sekolah. Dan kamu bersama motor
dengan ban depan serta belakang yang sekarang sekarat terpaksa berhenti di
tempat pompa dan tambal ban yang angkat tangan. Ban-mu tidak terselamatkan.
Harus ganti yang baru. Sedangkan mereka kehabisan. Blais!
Dan kita sering begitu
kayaknya ya. Pakai dan naiki aja terus kendaraan, termasuk kehidupan ini. Jalan
saja terus, tidak pakai berhenti, tidak pakai nengok, tidak pakai refleksi,
tidak pakai kontemplasi, tidak pakai evaluasi. Tahu-tahu stuck, terhenti.
Tahu-tahu brak, jatuh. Tahu-tahu selip, tahu-tahu terpeleset. Tahu-tahu habis.
Bukannya intropeksi,
yang kadang terjadi kita malahan suka mencari kambing hitam. Kan waktu itu
sudah aku konsultasikan ke mentor. Kan sebelumnya aku sudah minta pertimbangan
bapak ibu. Kan sudah kutanyakan ke tukang parkir semalam dan dia bilang hanya
kemps sedikit yang depan, sedangkan yang belakang baik-baik saja.
Oh
man!
Makanya kita memang tidak boleh mengandalkan orang lain (saja). You can’t count on others, you should count
on yourself.
Kau tak bisa salahkan
mentormu, kalau ada yang kurang dari gayamu menulis atau tampil. Tak bisa
salahkan orang tuamu kalau pilihan karirmu tak sesuai dengan latar belakang
pendidikan yang kau pilih sendiri. Tak bisa salahkan editormu atau penerbitmu
kalau bukumu tak sebagus seharusnya. Dan seterusnya dan sebagainya.
Just
you. Only you.
You
should care about you by yourself. Not
others.
Hanya kamu orangnya,
kamu sendiri, yang sepenuhnya bertanggung jawab atas dirimu. Bukan orang lain.
Oh ya,dan tentu saja semuanya dengan ijin Tuhanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar