improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label relijius. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label relijius. Tampilkan semua postingan
September 11, 2022

9 manfaat membeli Buku Inspiratif Bengkel Jiwa

by , in


9 manfaat membeli Buku Inspiratif Bengkel Jiwa






1.. memperoleh tips bermanfaat untuk membenahi jiwa
2. Mengenali Medan Kehidupan, Visi Misi dan Kendalanya.
3. Tips aman dalam menjalani kehidupan dan meraih kesuksesan dan kebahagiaan
4. Manajemen diri dan komunitas untuk sukses dalam pergaulan
5. Dilengkapi kisah-kisah bermakna serta tauladan dari Rasulullah dan para sahabat
6. Cara mencapai kebersihan hati dan memurnikan amal
7. Ada Tips Sukses dalam berumah tangga
8. Tasawuf untuk kecerdasan dan berpikir kritis untuk kebahagiaan hakiki.
9. Mendapat bonus buku Undimensioned (21 pengalaman para penghafal Alqur'an) berisi kisah-kisah penghafal Alqur'an dan tips tips menghafal Alqur'an


Judul: Bengkel Jiwa
Penulis: Awy A Awy' Ameer Qolawun-Full
ISBN 978-602-98570-0-9
164hlm Rp. 35rb.

Sebuah buku yang sengaja dalam tutur bahasanya seolah mengajak pembaca untuk berimajinasi mengendarai mobil, terinspirasi dari sebuah hadits bahwa kita hidup di dunia ini adalah laksana musafir.
Berangkat dari kenyataan bahwa lembaran-lembaran kuno nan sakral terasa kian menjauh dari kita seiring dengan makin merenggangnya masa. Yang pada saat yang sama pula, membuat kita semakin terombang-ambing tak tentu arah karena terlalu sedikitnya petunjuk dan peta yang kita terima untuk menempuh jalan hidup yang kian berombak ganas.
Adalah "Qobasat Islamiyyah", tulisan Ustadz Ahmad Al-Qollash, pemikir Islam asal Syria. Buku itulah yang dengan deras mengguyur inspirasi pada Awy A Qolawun untuk menulis buku yang berbicara tentang konsep-konsep sederhana pembenahan jiwa untuk melanjutkan perjalanan menempuh kehidupan.

ENDORSMENT
“…Perjalanan spiritual itu tidak rumit. Ia rekreatif, menyenangkan dan jelas petanya. Setidaknya begitulah gaya buku ini bercerita…”
Prie GS –Budayawan.

Ibarat kehidupan, kita seperti sedang naik kendaraan yang akan membawa kita menuju tujuan kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Dalam konteks bukunya Mas Awy, perjalanan kita masih panjang, kita belum tahu kondisi jalan di depan, apakah jalan mulus beraspal atau jalan bergelombang dan berlubang. Untuk itu dibutuhkan sarana kendaraan yang memadai, bisa dipacu di segala medan, baik jalan mulus maupun offroad.

(Husnun N Djuraid- Wartawan, Redaktur Senior "Malang Post", dan dosen UMM)


UNDIMENSIONED
21 peng-alam-an para penghafal Al Quran abad 21 sebelum 2012.
Penulis: Dian Nafi dkk
ISBN 978-602-98386-2-6

Hidup itu membebaskan, bukan pembebasan. Memasukinya berarti mengeluarkannya. Mengisi maka mengosongkan. Kematian itu kebangkitan hidup. Berbahagialah bisa berjumpa dengan mereka yang telah mengalami peng-alam-an hidup. Wasiat buku hidup hingga sesudah hidup yang mematikan sekaligus membangkitkannya kembali.
Seorang saja sungguh menggali lobang tanpa dasar, apalagi dua puluh satu. 


Cara Pembelian online:
silakan pesan via sms atau wa 085701591957. Sertakan nama, alamat lengkap , kode pos, no telpon & buku pesanan apa saja. Setelah itu kami akan mengirimkan rincian harga yang akan anda transfer ke rekening kami. terima kasih
September 11, 2022

Generasi Copy Paste

by , in

Generasi Copy Paste






Judul             : GENERASI COPY PASTE
Penulis          : Awy  A. Qolawun
Penerbit             : Hasfa Publishing
Jumlah Halaman : 140 Halaman
Harga             : Rp. 35. 000,00
ISBN             : 978-602-7693-12-8



Buku ini secara umum adalah buku berisi catatan sederhana tentang pelajaran kehidupan yang bisa dipetik dari kejadian sederhana atau kisah-kisah uunik sehari-hari, melalui sudut pandang ilmu syariat, serta dalil kehidupan yang ada dan bagaimana menyikapi dengan arif apapun yang dialami seseorang melalui cara yang Ihsan, salah satu tiang agama yang kurang diperhatikan orang. Terutama bagaimana cara bijak menyikapi perbedaan,

Buku ini ditujukan untuk setiap muslim yang ingin memperbaiki kualitas keislamannya, terutama mereka yang ingin lebih bisa istiqomah dan menjaga hubungan baik dengan siapapun. Kekuatan buku ini dari sisi humanis, interaktif, mudah dicerna oleh siapapun, menyentuh kesadaran dan tidak menggurui.

Cara Pembelian online:
silakan pesan via sms atau wa 085701591957. Sertakan nama, alamat lengkap , kode pos, no telpon & buku pesanan apa saja. Setelah itu kami akan mengirimkan rincian harga yang akan anda transfer ke rekening kami. terima kasih
Agustus 13, 2016

Review Buku Generasi Copy Paste

by , in

Review Buku Generasi Copy Paste



Teknologi semakin berkembang, banyak lahirnya media sosial dengan aneka pilihan sesuai kebutuhan. Dari friendster, Yahoo Messanger, Facebook, twitter, Whatsapp, Instagram, Path, Line, Kakaotalk, dsb.  Ditunjang dengan telepon genggam super pintar yang membuat orang-orang dapat meng-update status dengan cepat, mencari artikel atau apapun dengan akses internet di genggaman tangan. Komunikasi pun semakin hidup dua puluh empat jam penuh tanpa batas dan bisa bebas berkomunikasi dengan orang-orang yang berada di belahan bumi yang berbeda. Pergerakan informasi yang semakin cepat lewat broadcast di medsos atau chat online yang mudah tinggal di copy paste, membuat orang jarang sekali menilik apakah informasi yang disebar itu bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.


Orang yang berakal adalah mereka yang mau mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya, dan yang menggali serta merenungi hikmah dari apa yang didengarnya. Istilah kata mutiara bahasa Arabnya, “al-aqil, man i’tabaroo bi maa ro-a, wa itta’adzo bi maa sami’a”. Bahwa orang yang mau berpikir adalah yang mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya, dan memetik pesan dari apa yang didengarnya. (halaman 5).
Dengan membaca buku, “GENERASI COPY PASTE”, karya Awy A. Qolawun. Buku ini ditujukan untuk setiap muslim yang ingin belajar dan memperbaiki kualitas keislamannya, menjaga keistiqomahan dan dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain serta sebagai kado yang penuh manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Buku ini berisikan; Bab I tentang pelajaran dari cerita lucu, Bab II tentang pelajaran dari kekonyolan diri, Bab III tentang  lebih dekat mengenal Islam.
Pada Bab 1 tentang pelajaran dari cerita lucu, dalam buku ini dijelaskan mengenai kisah-kisah lucu dan tentu ada hikmah yang bisa dipetik. Pada momen 4; Pak Kyai dan Rok Noni Belanda, dikutip pendapat Imam Ali yang menggariskan sebuah kaidah kehidupan yang sangat besar, bahwa lihatlah apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang mengatakan (Halaman 18).
Bab II tentang pelajaran dari kekonyolan diri. Pada momen 17;  Kalau  makan suka pakai sendok apa Tangan? Penulis menceritakan kisahnya dan mengambil kisah nyata yang dialami Hasan Al-Banna, saat sedang wisata kuliner di sebuah resto mewah di Perancis (Hal : 65). Tentu dengan ulasan yang sangat menarik dan jawaban dari sudut pandang islam dan dari segi kedokteran.
Bab III tentang  lebih dekat mengenal Islam. Pada momen 24,  doa Bahasa Jawa. Lah kok bahasa Jawa? Nggak bahasa Arab? Pakai bahasa sansekerta sekalipun tak jadi soal, bukan sebuah kewajiban berdoa dalam bahasa Arab, karena Allah Ta’ala adalah Pencipta bahasa dan tentu saja paham semua bahasa (Hal : 95).
Pada momen penutup: Merenungi Kebodohan.
Dalam ilmu ushul fiqh dijelaskan, bahwa bodoh itu ada dua jenis:
1. Bodoh sederhana (Jahl Basith)
2. Bodoh Bertumpuk, bodoh kuadrat (Jahl Murokkab).
Penjelasannya, Jahl Basith adalah semisal kebodohan yang dialami orang-orang pedesaan yang lugu, atau anak-anak kecil yang baru belajar, belum tahu apa-apa.
Sedangkan Jahl Murokkab, adalah bodohnya orang pintar orang berilmu, yang tak pandai menerapkan ilmu sesuai dengan apa yang diketahuinya.
Hal yang tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh ustadz, kyai, guru, doktor bahkan professor sekalipun.
Jadi, jangan mudah mengkultuskan seseorang. Sampai jika salah tetap dibenar-benarkan, dicarikan penafsiran, diinterpretasikan yang macam-macam. Ini juga jenis kebodohan. Manusia, selama bukan Nabi, maka tak ada garansi selamat dari kesalahan dan kebodohan (Halaman 135-136).
Secara umum buku ini berisi kisah-kisah penuh makna, yang bisa diambil hikmahnya. Banyak ilmu yang disisipkan, gaya penyampaian yang penulis tuturkan sederhana dan mudah dicerna. Buku ini menambah wawasan pembacanya.
Resensi Buku
Judul             : GENERASI COPY PASTE
Penulis          : Awy  A. Qolawun
Penerbit             : Hasfa Publishing
Tahun terbit     : 2014
Jumlah Halaman : 140 Halaman
Harga             : Rp. 35. 000,00
ISBN             : 978-602-7693-12-8
Peresensi              : Ernawati Lilys, Bekasi.

sumber:  http://www.bekasimedia.com/buku-generasi-copy-paste-baca-dulu-petik-pelajaran-baru-sebarkan/



Cara Pembelian online:
silakan pesan via sms atau wa 085701591957. Sertakan nama, alamat lengkap, kode pos, no telpon & buku pesanan apa saja. Setelah itu kami akan mengirimkan rincian harga yang akan anda transfer ke rekening kami. terima kasih
Mei 14, 2016

Banyuwangi Nan Eksotis Dan Relijius

by , in
Banyuwangi Nan Eksotis Dan Relijius

Alhamdulillah, aku dan anak-anak sudah pernah berkesempatan menghabiskan liburan akhir tahun di Banyuwangi waktu itu. Menurutku Banyuwangi merupakan salah satu kota yang eksotis di samping Jogja, Solo dan Cirebon. 

Kami tiba di Banyuwangi sekitar sejam sebelum dhuhur, sehingga kami putuskan untuk langsung check  in ke Hotel Ketapang yang punya special previlege,  view langsung ke selat Bali.




Siang itu usai istirahat sejenak dan makan siang, kami langsung lanjut perjalanan ziarah ke salah satu makam auliya di Banyuwangi yang terkenal. Maqom Waliyullah Datuk Abdurrahim bin Abu Bakar Bin Abdurrahman Bauzir ini berada di jalan Basuki Rahmat Keramat Banyuwangi.




Ada banyak sekali peziarah yang datang dari berbagai kota dan bahkan dari berbagai pulau. Semua  ingin melihat dari dekat dan meneladani sikap serta perjuangan beliau dalam berdakwah mensyiarkan ajaran rahmatan lil alamiin.



Sore selepas dari makam dan juga masjid Baiturrahman Banyuwangi, kami ke hotel untuk mandi, bebersih dan ganti baju. Lalu malam itu kami  habiskan waktu untuk makan malam bersama teman di salah satu tempat makan di sudut Banyuwangi yang juga kaya wisata kuliner. Tidak lupa selfie-selfie selagi menunggu pesanan makanan datang. Ahay :D




Alun-alun Banyuwangi penuh sesak oleh masyarakat yang datang dari  banyak tempat karena memperingati ulang tahun alias hari jadi Kota Banyuwangi. Berbagai hiburan baik lokal maupun artis nasional membuat malam jadi hangat dan meriah. Pak Bupati Azwar Anas pun memberikan sambutan juga penghargaan pada beberapa orang yang punya pencapaian serta kontribusi pada Banyuwangi sepanjang tahun itu.



Ahay, kami tak melewatkan kesempatan untuk naik-naik odong-odong wisata mengelilingi alun-alun banyuwangi, meskipun kami harus menggenjot becak berpenumpang empat itu sendiri. Hahaha. Ayo genjot, genjot terus.




Malamnya kami tepar di hotel karena kecapaian. hiks. Tapi pagi-pagi sekali anak-anakku langsung mengajak berenang di kolam hotel, karena mumpung gratis. Halagh.



Seusai berenang dan mandi pagi, kami sarapan bareng pak Bupati  dan beberapa pengusaha yang kebetulan juga sarapan di hotel ini. Waduh, kesempatan langka ya.

Setelahnya, tak lupa kami foto-foto di banyak spot bagus dalam kawasan hotel yang sejuk dan alami ini.



Sepanjang hari itu  kami menyewa trooper alias mobil  rail untuk mengunjungi banyak tempat di sudut-sudut Banyuwangi. Maksud hati ingin mengejar matahari terbit alias sun rise  di Muncar, tetapi karena tadi anak-anak mengajak berenang dulu sehingga  batal deh nggak lihat sun rise-nya. Tapi kami tetap dimanjakan oleh pemandangan perahu-perahu hias yang banyak sekali jumlahnya di tempat wisata ini.




Dari Muncar, kami lanjut mengunjungi sentra-sentra kerajinan yang ada di Banyuwangi. Lokasinya agak berjauhan satu dengan yang lainnya. Karena memang masing-masing daerah punya andalan kerajinannya masing-masing.

di sentra batik kami bisa lasngsung menyaksikan prose pembuatan batik, baik yang dibuat dengan tangan alias batik tulis ataupun batik printing, cetakan. Tak lupa kami membeli beberapa kain batik untuk oleh-oleh maupun untuk kami sendiri.



Tiba di  kampung dengan sentra kerajinan  bambu, kami disambut dengan hujan deras. Tapi tak menghalangi untuk turun dari mobil dan menikmati berbagai kerajinan serta prosesnya di sana.




Dari sentra-sentra itu kami lanjut perjalanan ke pojok timur kota Banyuwangi untuk bersilaturahim ke salah satu pesantren di  sana. Rasanya adeeem banget masuk kawasan  pesantren ini sebagaimana kalau kita masuk ke banyak pesantren lainnya. Terasa sekali hawa  dan aura Alquran yang sejuk menaungi kawasan ini.



Selepas bertangis-tangisan haru dan bertukar cerita serta bercengkerama dengan para penghuni pesantren, kami lanjut jalan ke Pura. Hebat tho Banyuwangi. Di situlah salah satu bentuk eksotismenya. Karena berbagai agama berdampingan dengan indah dan harmoni. 


Setelah meminta ijin dengan penjaga Pura, kami berfoto-foto di berbagai sudutnya juga menikmati upacara yang sedang diselenggarakan di sana. Para peserta upacara bahkan datang dari Bali selain juga para pemeluk agama Hindu di Banyuwangi.





Singgah ke pasar seni dan membeli oleh-oleh menjadi agenda selanjutnya. Tak lupa makan siang da juga sholat serta istirahat sebentar.

Sesudahnya kami jalan ke sebuah desa yang memiliki reruntuhan peninggalan kerajaan Majapahit. Inilah salah satu situs Blambangan yang selama ini hanya kami baca di koran maupun situs on line. Sayangnya kami susah mencapai lebih dekat lagi reruntuhan itu, karena letaknya di tengah-tengah persawahan.  sedangkan land  trooper hanya bisa sampai di jalan galengan saja.


Sore itu kami ke kafe untuk menikmati kopi dan jajanan khas Banyuwangi. Asyiik..



Kami menghabiskan malam terakhir di Banyuwangi dengan dinner di restauran Dapur Oesing. Menikmati makanan-makanan dan minuman khas Banyuwangi. Serta menikmati musik-musiknya yang eksotis.



Namun anak-anak juga mengajak ke KFC untuk membeli makanan kesukaan mereka. Hadeuh, baiklah. Jadi ke sanalah kami juga menikmati kudapan dan minuman serta kota Banyuwangi dari sisi lain.



Daaan.....sempat-sempatnya loh anak-anak main di Dream Zone di mall dekat KFC Banyuwangi tadi. Yach, dasarnya memang jalan-jalan sama anak-anak, ya mau nggak mau ngikutin maunya  mereka juga yach :D



Selepas berputar-putar lagi ke beberapa sudut Banyuwangi termasuk kawasan yang menuju Kawah Ijen menggunakan land  trooper  yang kami sewa, barulah kemudian kami ke Stasiun Karang Asem untuk melanjutkan perjalanan. Bisa ditebak deh, sepanjang perjalanan kereta itu kami tepar di bangku masing-masing.


Pengalaman tiga hari dua malam di kota eksotis itu telah mengguratkan kesan tersendiri dalam kehidupan kami. Meski demikian ada juga banyak tempat wisata di  Banyuwangi yang belum sempat kami kunjungi. Sehingga kalau memungkinkan, kami ingin sekali untuk bisa berkunjung ke sana lagi. Dan aku sudah pasti akan rajin jalan ke  http://www.traveloka.com/hotel/indonesia/city/banyuwangi-103299  untuk melihat pilihan akomodasi alternatif di kota eksotis ini.


Februari 15, 2016

Wild Dream

by , in
Wild Dream




Kamu pasti nggak pernah kebayang ini, karena dia – that little author lady in black- bahkan juga tidak pernah menyangka bahwa mimpi liar ini akan datang padanya. Setelah tujuh bulan pertemuannya denganmu dan tidak berbuah satu mimpipun tentangmu, tiba-tiba saja fajar tadi bunga tidur itu datang. Dalam mimpinya, grup kalian manggung tapi tanpa kamu- si Ngocol- dan teman akrabmu-Si Bijaksana. Daaan…nggak tahu gimana setelah manggung dan ketemu di backstage, tiba-tiba teman grup Band-mu Si Ganteng Yang Galak itu melumat bibirnya. That little lady in black menikmatinya, tetapi sebelah matanya melirik temanmu yang satu lagi – Si Ganteng Tapi Manyun – dan dia bilang, “please, jangan cerita keSi Ngocol.”

Oh my! Mimpi apa pula itu!  Perempuan mungil itu terbangun dan ketawa nggak jelas. Ki maksude ngimpine ki opoooo…. Ahahaha :D

Btw, that’s just intermezzo, right?

Coz semua orang tahu sebenarnya dua temanmu yang lain itu lebih ganteng dari kamu. Tapi entah karena suaramu yang lebih merdu, atau karena kamu front man, atau karena dirimu yang nyata-nyata lebih kharismatik.
Terbukti tiap kali  pasukan fans alias penggemar band kalian aka fans-mu kumpul untuk menemui kalian, entah itu sebelum atau sesudah manggung (baik di venue/lapangan atau di TV)   selalu mereka tetap setia menunggumu keluar untuk menemui kalian. Menunggu dengan was-was dan excited, karena kamu meski mau kadang terlalu capek atau sakit sehingga tak kuat untuk beraktifitas lebih, berharap kamu akhirnya muncul, memberi salam dan menyempatkan foto bersama-sama   dengan mereka.
Yach, padahal di situ mungkin tadinya sudah komplit semua. Tiga belas orang pasukan perang juga tiga temanmu pemain  Band, Si Bijak, Si Ganteng Tapi Galak dan si Ganteng tapi Manyun.  Mereka masih belum cukup untuk para fans-mu. Kamulah maskotnya, masternya, kamu yang dnanti-nanti.

Meskipun begitu, kamu tetap lembah manah, rendah hati, tidak sombong dan menghargai semua penghargaan yang datang padamu. With most grateful  and thankfulness. Mungkin sebab itulah kamu makin dicintai dan dibanggakan serta diteladani.



Februari 14, 2016

Tergila-gila indonesia

by , in

Tergila-gila Indonesia




Manggung dan konser di banyak kota di seluruh pelosok Indonesia membawa keberuntungandan other privilege. Kamu jadi punya banyak peluang untuk mendatangi berbagai tempat wisata maupun yang bersejarah di sela-sela jadual manggungmu. Seperti saat mengunjungi Kota Blitar, kamu menyempatkan diri untuk berziarah ke Makam Bung Karno. Akhirnya salah satu keinginanmu terpenuhi. Mata dan hatimu terus menelusuri dari sudut ke sudut Museum Bung Karno seusai ziarah. Kebesaran bapak proklamasi itu seakan menyelubungimu. Sayangnya saat kamu mencoba untuk tidur di ranjang orang nomor satu di Indonesia itu, seorang petugas melarang. Memang sedikit kecewa, tapi setidaknya kamu telah melihat langsung kamar pribadi dan peninggalan beliau.
Saat mengambil gambar di Batu Makam Bung Karno yang berwarna hitam, sesuatu mengejutkanmu. Ada gambar kepala singa di batu hitam itu. Bahkan ada lukisan Bung Karno yang jantungnya bergerak.
Meski bisa travelling di sela-sela jadual konser, kamu sesungguhnya suka sekali travelling terutama dengan kerabat dekat karena menurutmu itu lebih nyaman,  sensasinya berbeda,  seru dan momennya benar-benar terasa.
Kamu merekam setiap perjalanan dan persinggahanmu dengan kamera. Selain vespa dan  travelling serta tentu saja menyanyi, memotret menjadi kesukaanmu yang lainnya. Awalnya iseng saja dengan handphone pribadi, lama-lama beranjak ke action cam. Beberapa merk Sony adalah favoritmu.



Kamera Sony Alpha A5100 adalah kamera  terbaru milikmu, Ia merupakan varian unik di jajaran mirrorless Sony, yang dulunya pakai nama Sony NEX. Unik karena Sony saat ini sudah punya A5000 (penerus NEX-3) dan A6000 (pengganti NEX6 dan NEX7), lalu hadirlah A5100 yang bisa dibilang adalah penerus NEX5T dengan beberapa fitur yang diambil dari A6000 (walaupun dari bentuk persis sama dengan A5000). Bingung? Singkatnya, Sony A5100 adalah A5000 dengan sensor 24 MP yang dilengkapi piksel pendeteksi fasa untuk auto fokus sehebat A6000. Kami menguji kamera A5100 ini dengan lensa kit 16-50mm powerzoom dan juga lensa 18-105mm f/4. Simak review kami selengkapnya.
Fitur utama Sony A5100 :
§  sensor 24 MP ukuran APS-C
§  hybrid AF (179 titik deteksi fasa, 25 area deteksi kontras)
§  ISO 100-25600, burst 6 fps
§  layar sentuh (tapi cuma untuk memilih titik fokus dan memotret)
§  built-in flash, bisa di bounce
§  simultan recording full HD dan HD720, ada XAVC S codec
Perbedaan utama dengan A6000 :
§  A5100 tidak ada jendela bidik
§  A5100 tidak ada flash hot shoe
§  A6000 tidak bisa sentuh layar


Kamera mirrorless mungil ini terlihat pas bila dipaketkan dengan lensa 16-50mm powerzoom. Tampak depan ada dudukan lensa E-mount standar Sony, di bagian atas tidak ada roda dial PASM ataupun flash hot shoe, di belakang ada berbagai tombol umum seperti MENU, movie, roda untuk ganti setting, D pad (kendali 4 arah), tombol DELETE dan HELP. Tidak ada tombol Fn di A5100, untuk itu melalui pengaturan menu kita bisa atur kegunaan tombol HELP menjadi fungsi lain yang menurut kita penting. Untuk berganti mode misal Auto, PASM, movie, scene mode dsb bisa menekan tombol OK lalu memutar roda. Agak repot memang, tapi kamera ini memang didesain minimalis dan tidak cocok untuk fotografer yang sering berganti setting dengan cepat.
Tampak depan dengan LCD di flip ke atas dan lampu kilat terangkat. Layar LCD ini punya resolusi tinggi dan aspek rasio 16:9 yang lebih optimal untuk rekam video HD. Foto bawah : tampak belakang.
Dirancang tanpa jendela bidik, maka satu-satunya cara untuk memotret adalah dengan live view melalui LCD utama. Karena layar di A5100 punya aspek rasio 16:9 maka foto dengan aspek rasio 3:2 akan menyisakan baris hitam di kiri dan kanan layar, yang secara jeli dimanfaatkan Sony untuk indikator setting. Dengan demikian sepintas kita bisa meninjau setting kamera sebelum memotret, misal contoh tampilan setting di bawah ini menunjukkan kamera dalam mode P, 1/60 detik, f/5.6 ISO Auto, drive mode Continuous Hi, fokus servo AF-S, WB 4800K, baterai 35% dan masih banyak lagi informasi tambahan lainnya. Bila semua tulisan di kiri kanan ini justru tampak mengganggu, bisa dihilangkan dengan menekan tombol DISP.
Menu khas Sony Alpha cukup berbeda dengan Sony NEX, disini menu disusun mendatar dengan berbagai tab dan nomor. Cukup rapi, walau agak memusingkan di awal. Tidak ada My Menu atau Custom Menu sehingga kita harus hafal setiap setting favorit itu ada di tab apa dan nomor berapa. Tab yang paling pertama adalah Tab Shooting Menu yang terbagi atas 8 halaman (!). Jadi misal anda ingin mengganti WB maka masuklah ke Tab Shooting Menu halaman 5, baris kedua. Untuk mengubah fungsi tombol menjadi sesuai kebutuhan kita, masuk ke Tab kedua (Setting Menu) halaman 5 baris kedua. Disana bisa diatur tombol Center, Left, Right, Down dan Button menjadi fungsi lain semisal AF, WB Image Quality dan sebagainya.
Pengaturan video juga cukup lengkap, dengan opsi format video XAVC S (25p/50p 50 Mpbs, pastikan kartu memori yang dipasang punya spesifikasi tinggi), AVCHD (ini yang lebih umum) dan MP4 (hanya ada pilihan 1440×1080 12Mbps dan 640×480 3 Mbps). Untuk AVCHD kita bisa memilih berbagai frame rate seperti 25p (FH 17 Mbps dan FX 24 Mbps), 50i (FH 17 Mbps dan FX 24 Mbps) dan 50p (PS 28 Mbps). Perhatikan kalau di format XAVC S tidak bisa memakai fitur Dual Video REC karena tingginya bandwidth video.
Pada Shooting Mode kita bisa beralih dari Intelligent Auto, Superior Auto, P, A, S, M, Movie Mode (didalamnya juga ada pilihan P,A,S,M untuk movie), Sweep Panorama dan Scene Selection yang berlimpah (Portrait, Sports Action, Macro, Landscape dll). Yang kami suka dari Scene mode ini disertai penjelasan dan contoh fotonya sehingga membantu untuk pemula. Contoh dibawah ini adalah tampilan di LCD saat mengakses Scene Handheld Twilight.
Kinerja kamera A5100 terasa responsif, tidak terasa ada shutter lag, auto fokus juga cepat seperti prediksi kami. Dengan kemampuan tembak hingga 6 foto per detik maka kamera pemula ini sudah menyamai DSLR kelas semi pro. Saat kami uji menembak cepat kamera ini sanggup meladeni tanpa kesulitan. Suara shutter terdengar lembut sehingga meski dipakai menembak kontinu suaranya tidak terlalu berisik. Pada playback mode, roda belakang sangat berguna untuk melihat banyak foto bergantian secara cepat. Kemampuan lampu kilat memang terbatas, paling hanya untuk menerangi obyek yang jaraknya 2-3 meter saja, untungnya flash di kamera ini bisa dipaksa ke atas untuk bounce ke langit-langit.
Urusan sensor 24 MP di kamera ini tentu sudah setara dengan kamera modern lain yang punya ciri kualitas ISO tinggi yang baik sampai ISO 1600 dan bisa menjaga noise tetap minimum di ISO diatasnya. Kami menguji berbagai setting dari ISO 100 sampai ISO 25600 dan terlihat memuaskan, warna dan detail tetap terjaga di ISO 3200 sampai ISO 6400. Berikut contoh berbagai ISO selain ISO dasar, mulai dari rentang yang aman (ISO 200-1600) dan rentang yang tinggi (ISO 3200-25600). Cek juga file aslinya di flickr untuk memastikan dalam tampilan 100
auto fokusnya sudah memakai sistem hybrid AF, perpaduan antara deteksi kontras dan deteksi fasa. Secara teori sistem ini menggabungkan dua keunggulan dari masing-masing cara, deteksi fasa untuk kecepatan dan deteksi kontras untuk akurasi fokus. Hanya bila kondisi agak gelap barulah kamera ini bergantung pada deteksi kontras saja. Di A5000 (kamera  sebelum A5100) tidak ada sistem hybrid AF, yang ada hanya deteksi kontras layaknya kamera non DSLR pada umumnya. Sony A5100 diberikan fitur hybrid AF yang persis sama dengan milik Sony A6000 yang mana kami akui merupakan peningkatan yang signifikan untuk ukuran kamera pemula.
Untuk mode AF-C yang khusus dirancang mengikuti fokus pada subyek yang bergerak, kamera A5100 ini dengan baik bisa menjaga fokus pada subyek yang bergerak, khususnya mendekat atau menjauh dari kamera. Contoh foto di atas diambil pakai pode fokus AF-C, dengan lensa 18-105mm f/4. Hal ini tidak lepas dari adanya fitur hybrid AF, tidak terlihat adanya  focus hunting saat mencari fokus ke benda yang bergerak. Kami menguji juga bagaimana kamera ini bisa melakukan auto fokus kontinu saat kamera dipakai untuk memotret berturut-turut. Kombinasi antara 6 fps dengan hybrid AF tentu membuat penasaran apakah kamera ini bisa menyamai kinerja DSLR kelas cepat?
Dalam pengujian di lapangan, kamera ini dalam mode AF-C mampu mengunci gerakan sepeda atau anak-anak yang bermain bola yang arahnya mendekati kamera. Dengan memakai mode burst 6 fps bisa dianalisa rasio sukses dan gagalnya. Dari beberapa kali pengujian umumnya kamera A5100 berhasil menjaga fokus pada subyek utama, walau kadang juga fokusnya meleset ke belakang.

Menjadi kamera pemula tidak berarti kompromi pada performa. Sony A5100 menunjukkan bahwa kinerja cepat dengan auto fokus yang modern bukan hanya milik kamera kelas mahal saja. Sebagai kamera modern, kita juga akan menikmati sensor 24 MP yang detail, kemampuan ISO tinggi yang masih layak, fitur WiFi dan NFC serta prosesor yang cepat. Adanya sistem layar sentuh merupakan bonus menarik, walau kami akan lebih senang andaikata bisa mengatur setting dengan menyentuh layar. Sayangnya layar sentuh di A5100 ini hanya bisa untuk memilih titik fokus dan untuk memotret saja. Memang karena ukurannya yang kecil kita harus kompromi pada hal-hal lain seperti jendela bidik, flash hot shoe, roda dial PASM dan tombol Fn yang semuanya absen di kamera ini.
Fitur lain yang cukup mengejutkan untuk kamera A5100 adalah kemampuan videonya, dimana kita bisa mengatur eksposur secara manual saat rekam video, juga memilih format pro XAVC S dan ada dual recording di mode AVCHD. Dengan hybrid AF, rekaman video juga lebih terbantu dalam hal auto fokus yang mulus dan tidak hunting. Sayangnya saat sedang merekam video, kamera ini tidak bisa ‘dipaksa’ untuk mengambil foto juga (dengan menekan tombol shutter). Memang tidak banyak kamera yang bisa memotret saat sedang rekam video, Sony A5100 ini salah satu yang tidak bisa. Kekurangan kecil lain yang tergolong lumrah adalah dalam hal baterai dimana selain ukurannya yang relatif kecil, juga cara mencharge baterai yang seperti ponsel (mencolokkan kabel USB ke kamera maka baterai akan terisi) repot kalau kita ingin mengisi baterai cadangan.
Tapi dengan segala kelebihannya, Sony A5100 memberi ‘warning’ pada produsen lain bahwa teknologi terus berkembang dan bukan hal yang sulit untuk menerapkan semua hal baru di kamera pemula sekalipun
Berbekal kamera sony alpha ini kamu menjelajah banyak pantai, juga hutan-hutan, perbukitan, pegunungan, padang pasir, padang rumput, danau-danau, sungai-sungai besar dan banyak tempat lainnya. Membuatmu makin tergila-gila dengan Indonesia.

Februari 13, 2016

Totem

by , in


TOTEM


Meski wajahnya bundar dan pesek, kalian sepakat menamai burung hantu di tengah hutan pinus Imogiri Jogja ini dengan julukan Si Ganteng.   Konon katanya ia tidak bisa memutarkan bola matanya yang besar. Oleh karena itu untuk mengikuti pergerakan mangsanya, ia harus memutar kepalanya seratus delapan puluh derajat.

Kamu mengamati selaput bening yang melapisi seluruh bagian bola matanya. Kemampuan melihatnya konon seratus  kali lebih hebat dibandingkan dengan manusia. Sehingga meskipun terbang dalam pekat malam ia tak mungkin menabrak. Sayang sekali Si Ganteng ini tak lagi sama. Entah siapa yang tega melukainya.

Kamu elus bulu sayapnya yang sangat halus. Begitu halusnya sehingga saat ia terbang nyaris tidak menimbulkan bunyi.
“Yups, arah sana, Zal!” temanmu meneriakimu, si Ade sahabat kentalmu yang juga suka fotografi.
Kamu mengikuti arah telunjuknya. Rupanya supaya pandangan matamu sama dengan arah pandangan Si Ganteng. Sekilas kamu lirik kedua  bola matanya yang terletak di bagian depan, mirip dengan posisi matamu.  Kamu amati wajahnya yang terlihat rata.
“Mateeeek! Keren abis, Zal. Cakeep!” Ade mengacungkan jempolnya ke arahmu, sementara tangan satunya menempelkan kamera ke bahu. Mungkin dia akhirnya lelah setelah seharian ini hunting shot-shot bagus.
Kamu sendiri masih tak hendak menurunkan Si Ganteng dari lenganmu. Mungkin karena meskipun dia predator tapi tidak memiliki gigi sehingga kamu merasa aman.
“Kalau tak  punya gigi, gimana ia makan?” tanyamu pada guide  tour yang mengantar kalian akhir pekan ini menikmati pojok Jogja.
 “Ia akan menelan bulat-bulat mangsa kayak tikus, kadal, kodok dan semacamnya setelah dicabik-cabik dengan paruhnya. Bagian-bagian tubuh mangsanya yang tidak bisa dicerna, seperti bulu dan tulang, akan dimuntahkan kembali melalui mulutnya,” jelas guide tour yang sebenarnya adalah fans-mu dan sukarela mengantar kalian berkeliling kota eksotis ini.
Tiba-tiba saja kamu terpikir untuk menjadikan Si Ganteng ini sebagai totem-mu. Kamu pernah membaca sebuah artikel, katanya ada lebih dari 150 spesies burung hantu di dunia. Ia bisa ditemukan di semua habitat yang berbeda di seluruh dunia kecuali Antartika.
“Apanya yang sama?” tetiba kamu lemparkan tanya pada Ade.
Kamu perhatikan  telinga Si Ganteng asimetris, berbeda ukuran dan ketinggiannya di kepalanya.
“Posenya yang sama. Gantengan kamu lah,” sahut Ade,”sedikit…hahaha.”
“Kapang! Perhatikan tuh telinganya nggak sama.”
“Oh justru ini yang membuat pendengaran Si Ganteng unggul dan memiliki kemampuan untuk menentukan posisi mangsa, bahkan ketika ia tidak dapat melihat mangsanya,” si guide tour menjelaskan.
Kamu belai jumbai “telinga” di kepala Si Ganteng yang sebenarnya bukan  telinga.
“Jumbai bulunya  ini bisa menunjukkan mood Si Ganteng, membantunya dalam kamuflase, atau menunjukkan agresi,” Ade dengan gaya sok tahunya nimbrung.
Kelak kamu juga membaca kalau ternyata bentuk muka rata dan bulat burung hantu mampu menyalurkan suara ke telinga burung ini dan memperbesarnya sebanyak sepuluh kali lipat untuk membantunya mendengar suara-suara yang tidak dapat dideteksi manusia.
“Melotot terus  dia,” pandangmu tak henti-henti takjubnya.
“Ada soket mata bertulangnya sehingga dia tidak dapat mengerlingkan mata,” sahut Ade.
“Wow!” decakmu kagum saat Si Ganteng  memutar kepala mereka hingga 270 derajat.
“Gimana tidurnya kalau melotot gini mulu?” kamu membawa Si Ganteng pindah dari sisi lengan kananmu ke lengan kiri.
“Ada tiga kelopak matanya,  satu untuk berkedip, satu untuk tidur, dan satu untuk menjaga mata tetap bersih dan sehat. Yuk sambil ngopi di sana,” ajak si Guide Tour sambil menunjuk saung di dekat pohon pinus besar.
Hutan pinus Imogiri  Jogja ini serasa oase setelah kamu sebulan penuh kemarin konser di berbagai kota dan pulau  tanpa henti. Kakimu melangkah menapaki bumi yang tertutup ranting-ranting dan dedaunan juga biji pinus yang berjatuhan.
Sementara kalian ngopi, si Guide Tour terus bercerita tentang Si Ganteng seolah menjawab seluruh keingintahuanmu.
“Yang jenis barn owl bisa makan hingga 1.000 ekor tikus setiap tahun, sehingga banyak petani mencoba mengundang burung ini untuk membantu mengendalikan populasi tikus di lahan pertanian.”
“Tikus ya?”
“Yups, tapi dia makan serangga nokturnal, ikan, dan burung lainnya juga.”
“Ini apa nih?” kamu menemukan sesuatu di dekat kaki.
“Oh Si Ganteng biasa memuntahkan pelet keras yang terdiri atas serpihan tulang, bulu, gigi, dan material makanan lainnya yang tidak bisa dicerna.”
Sementara Si Ganteng duduk manis bertengger di pinggiran saung, kamu memperhatikannya lebih detail.   Dua jari-jari kakinya menunjuk ke depan dan dua jari-jari kaki yang lain menunjuk ke belakang. Kelak kamu tahu itu namanya kaki zygodactyl  dan konfigurasi ini memberikan cengkeraman yang lebih kuat sehingga mereka dapat menjadi predator yang efektif.
“Yang ini jantan ya?”
“Lhah namanya saja Si Ganteng, bray,” Ade menepuk bahumu sambil terbahak.
“Tahu nggak kalau yang  betina justru lebih besar, lebih berat, dan lebih agresif dari pejantan.”
“Wow!” tiba-tiba kamu ingat seseorang, salah satu mantan.
“Yang betina sering memiliki warna yang lebih kaya.”
“Ya iyalah. That’s woman, pesolek,” gurauanmu memancing tawa yang lain.
 “Dia pergi pagi pulang pagi kayaknya,” candamu lagi.
“Oh kayak kamu bahkan dia berpindah ke sana sini, nomaden untuk mencari sumber makanan terbaik,” seloroh Si Guide Tour.
Dia pun bercerita kalau fosil burung hantu telah ditemukan berumur hingga 58 juta tahun yang lalu. Fosil burung hantu terbesar, Orinmegalonyx oteroi, memiliki tinggi sekitar tiga meter.
“Termasuk binatang langka ya dia. Kayaknya nggak banyak jumlahnya,”  matamu mengamati sekeliling hutan yang sepi.
“Yups. Ancaman terbesar baginya adalah hilangnya habitat. Banyak  pestisida yang meracuni burung dan persediaan makanan mereka, bahkan ada orang yang tega menganiayanya karena kepercayaan negatif.”
Memang banyak kepercayaan yang mengaitkan burung hantu dengan nasib buruk, kematian, dan lain sebagainya dalam banyak kebudayaan.
“Padahal dia menjadi simbol budaya dan telah ditemukan pada lukisan gua di Perancis, dalam tulisan hieroglif Mesir, dan bahkan dalam seni suku Maya.”
Kamu membelai  kepala dan bulunya, merasai luka dan  ketakutannya, serta seolah menemukan kesamaanmu dengannya.

Post Top Ad