improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label Masjid. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid. Tampilkan semua postingan
April 03, 2017

Dzikir Bersama Di Alun-Alun Masjid Agung Demak

by , in
Dzikir Bersama Di Alun-Alun Masjid Agung Demak


 Peringatan harlah Muslimat ini sekaligus merayakan Harlah NU dan Hari Jadi Kota Demak. Digelar di alun-alun Ahad pagi, sempat terjadi insiden suara speaker Masjid Agung Demak yang lagi hajatan rutin Minggu Awal tumpang tindih dengan suara speaker acara Dzikir Bersama ini.

Alhamdulillah setelah aku cuitkan di twitter, eh speaker masjid kemudian dimatikan. Ahaha...ngepasi aja sik yaaaa...


Meski sebagai  katib syuriyah lebih tinggi drpd tanfidziyah, tapi yai Yahya Cholil Staquf endhiko dhawuh dg yai Said Aqil Sirodj yang  tanfidziyah. Sehingga beliau datang mewakili Yai Said yang tidak bisa rawuh hari ini.



Yai Staquf membuka tausiyahnya siang itu dengan mengutip pesan dari Habib zein Bin Smith : dzikr itu penting. Siapa yg tdk berdzikr, tdk punya dzakr,keberanian. Sebab tdk py husnudzdzon pd Allah

Yg paling disukai Allah adlh mrk yg berani dan yg loma /suka berderma. Krn mrk pasti husnudzdzon pd Allah.

Dzikr bukan sekedar ingat. Tapi wirid, alias hrs ada yg mulang, ngajarin. Dzikr saja tdk cukup.

Spt dua org pengantin dlm kamar cuma bercumbu, tdk polah2, ya nggak jd anak. Krn itu perlu polah2,ikhtiar.Hbs dzikr, trus polahh

Polah juga tdk hy sekedar polah. Hrs sesuai tujuan. Muslimat ya sesuai tujuan Nahdlatul Ulama. 1/ciptakn kemaslahatan masyarakat

2/memajukan bangsa 3/meninggikan martabat bangsa, umat, manusia. Rahmat bagi semesta alam. Sbgmn dlm alquran -

Nahdlah itu bangkit. Krn ada butuh/keperluan. Ulama itu bangkit karena apa? Dawuhnya kyai hasyim asy'ari lishtihlahi Indonesia

Bangkit utk membangun Indonesia. Kalau utk ngajar ngaji, dakwah, merawat tetangga dll tdk perlu NU. Tapi utk bangun bgs butuh.

organisasi yg besar dan kuat. Utk itulah ada NU. Ada 11 huruf & 6 suku kata dlm Nahdlatul Ulama. Lambang 17. Simbol tali=8

NU tak bisa pisah dr Indonesia. Kita ikut memiliki republik ini. Yg mendirikan adlh mbah2 kita, yai wahab hasbullah dll


Barang siapa mengganggu, ngocar ngacir Indonesia, NU yg akan hadapi.*jd inget lagu ya lal wathon


Allahu Akbar. Kalau ada yg mau rusak Indonesia, ini ibu2 muslimat siap maju hadapi nggak?
Yg dicari Kyai2 itu adlh maslahat bangsa. Bukan cuma kepentingan org islam saja. Agar semua bisa beribadah dg baik di Indonesia
Makanya simbol tali nya NU agak kendor, tdk kencang2. Kalau terlalu kencang, bahaya. Asal tdk ucul, tdk lepas



September 08, 2016

Masjid Tua, Pantai Sampai Makam Tionghoa

by , in
Masjid Tua, Pantai Sampai Makam Tionghoa



Jalan-jalan di sela-sela melakukan roadshow promo buku maupun mengisi sesi sharing kepenulisan merupakan salah satu hobi yang semakin lama semakin bikin ketagihan. Dan semuanya seringkali dimulai dari sebuah mimpi. Ketika saudaraku bertugas dinas di Medan, aku langsung punya keinginan untuk pergi mengunjunginya. Eh ndilalah aku dapat tugas untuk mengisi seminar di Medan. Bahkan dua kali dalam dua bulan berturut-turut. Pada perjalanan yang kedua saat pesawat transit sebentar di bandara Hang Nadim, tercetus dalam khayalanku semoga suatu saat bisa turun ke tanah Batam. Dan subhanallah mimpi pun terwujud. Begitu seterusnya juga terjadi pada beberapa kota lain yang akhirnya aku singgahi. Termasuk Singapura.


Saat mendengar tentang kota Pangkal Pinang, benak pun mengawang dan mulai bercita-cita. Semoga suatu saat kaki inipun bisa menapaki sudut-sudutnya.

Populasi Kota Pangkalpinang kebanyakan dibentuk oleh etnis Melayu dan Tionghoa suku Hakka yang datang dari Guangzhou. Ditambah sejumlah suku pendatang seperti Batak, Minangkabau, Palembang, Sunda, Jawa, Madura, Banjar, Bugis, Manado, Flores dan Ambon.
Kota Pangkalpinang merupakan pusat pemerintahan, pusat pemerintahan kota di Kelurahan Bukit Intan, dan pusat pemerintahan provinsi dan instansi vertikal di Kelurahan Air Itam. Kantor pusat PT. Timah Tbk. juga berada di sini. Pangkalpinang juga merupakan pusat aktivitas bisnis/perdagangan dan industri di Bangka Belitung.


Pangkalpinang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan ibukota provinsi. Kota Pangkalpinang terbagi menjadi 7 kecamatan, antara lain: Taman Sari, Bukit Intan, Rangkui, Pangkalbalam, Gabek, Girimaya dan Gerunggang. Tepatnya terletak di bagian timur Pulau Bangka.

Pangkalpinang. Katanya, pangkal dalam bahasa melayu artinya pusat atau awal. Tidak lain karena Pangkalpinang berperan sebagai pusat industri pertambangan timah. Sedangkan kata pinang merujuk pada tempat yang ditumbuhi banyak pohon palem. Pangkalpinang menjadi kota terbesar di Bangka yang menjadi gerbang untuk menikmati seluruh keindahan Bangka Belitung.


Beberapa objek wisata yang ada di Pangkalpinang:
  1. Taman Sari
  2. Taman Merdeka
  3. Museum Timah
  4. Masjid Jami'
  5. Gereja Maranatha
  6. Gereja Katedral Pangkalpinang
  7. Vihara Citra Maitreya
  8. Klenteng Konghucu
  9. Pantai Pasir Padi
  10. Pantai Sampur
  11. Pantai telapak kaki dewa
  12. Pantai batu belubang
  13. Lapangan Golf Girimaya
  14. Chinatown
  15. Makam Belanda (Keerkhof)

Untuk bisa sampai ke Pangkal Pinang kita bisa menggunakan transportasi udara.
Bandar Udara Depati Amir melayani penerbangan 13 kali sehari dari/ke Jakarta yang dilayani oleh Sriwijaya Air 6x, Lion Air 4x,Garuda Indonesia 2x. Sedangkan penerbangan dari/ke Palembang sebanyak 1 kali setiap hari yang dilayani oleh Sriwijaya air. Serta Rute Batam - Pangkalpinang- Tanjung Pandan dilayani oleh 2 maskapai yaitu Sky Aviation dan Wings Air.







Bisa  juga lewat laut. Pelabuhan Pangkalbalam melayani angkutan barang seperti ekspor/impor dan perdagangan antar pulau dan angkutan penumpang dengan tujuan Jakarta melalui Kapal Ferry/Roro dan tujuan Tanjungpandan melalui Jet Foil/Kapal Cepat setiap hari. Pelabuhan Muntok melayani kapal cepat dengan tujuan Palembang. Sedangkan pelabuhan Belinyu hanya disinggahi oleh kapal-kapal Pelni. Masih ada lagi pelabuhan di bagian selatan pulau Bangka, yaitu Sadai yang melayani kapal fery dari Pelabuhan Cigading, Banten.

Dari beberapa destinasi wisata di Pangkal Pinang, berikut pilihan prioritas saya jika mendapatkan kesempatan ke sana.

Masjid Jamik merupakan salah satu masjid terbesar di Pangkalpinang, dibangun pada tanggal 3 Syawal 1355 H atau bertepatan dengan tanggal 18 Desember 1936 M,terletak di jalan Masjid Jamik, pada 02°07'47² LS – 106°06'44² BT (48 M 0623692 mU – 9764561 mT).
Masjid didirikan oleh penduduk Kampung Dalam dan Kampung Tengah Tuatunu yang pindah ke wilayah Pangkalpinang dan mendirikan kampung dengan nama atau toponim yang sama dengan kampung asalnya di Tuatunu yaitu Kampung Tengah dan Kampung Dalam. Bentuk fisik awal masjid semi permanen, berlantai semen berdinding papan, beratap genteng, bila dilihat dari atas berbentuk seperti piramida. Bangunannya bertingkat tiga, pada bagian bawah dipergunakan untuk sholat dan pengajian. Di bagian tingkat tengah berfungsi sebagai tempat menyimpan kitab-kitab kuning, buku-buku agama, tikar dan alat perlengkapan masjid lainnya, sedangkan di bagian tingkatan atas berfungsi sebagai menara untuk Muazin mengumandangkan azan.

Salah satu keunikan masjid Jamik adalah antara tangga depan (berbentuk setengah lingkaran) dengan atapnya dihiasi oleh tiang penyangga kecil sebanyak 6 tiang (3 tiang di sebelah kanan dan 3 tiang di sebelah kiri) dapat diartikan sebagai Rukun Iman. Masjid memiliki 4 tiang utama sesuai jumlah khalifaturrasyidin, memiliki 5 pintu masuk, 3 di depan dan 1 disamping kiri dan 1 di samping kanan serta terdiri atas 3 undakan atau tingkatan dengan 1 kubah. Masjid Jamik adalah salah satu Cagar Budaya Kota Pangkalpinang






Kemudian yang eksotis yang perlu dikunjungi juga adalah masjid tua ini. 

Masjid Kayu Tua Tunu terletak di kawasan hutan di Desa Tua Tunu, Pangkalpinang. Kawasan Masjid ini masih berupa kawasan hutan dan kebun masyarakat, namun dilengkapi dengan galeri dan model kampong Bangka di masa lalu. Kawasan ini dirintis dan dikelola Kelekak Community.
 
Untuk menuju kawasan Masjid, dapat mengikuti papan petunjuk arah yang dipasang dari sebuah gang kecil di sebelah Masjid Raya Tua Tunu, Pangkalpinang. Jalan menuju kawasan ini masih berupa jalan kampong yang tidak di aspal dan di beberapa bagian lebarnya hanya cukup untuk 1 kendaraan mobil penumpang. Sepanjang jalan kampong tersebut dapat dilihat kebun-kebun warga seperti kebun sayuran, kebun lada dan kebun nanas, serta melewati sungai yang airnya masih jernih dan sering digunakan penduduk warga untuk mencuci dan mandi.
 
Masjid Kayu Tua Tunu baru dibangun di akhir tahun 2012. Dinamakan Masjid Kayu karena memang bangunan ini seluruhnya terbuat dari kayu. Kayu yang digunakan adalah kayu Cempedak dan Meranti yang diharapkan tahan rayap. Masjid ini mengambil bentuk awal Masjid Jami’ Pangkalpinang yang memiliki 5 tiang kayu di dalamnya.
Suasana yang masih asri dan jauh dari hiruk pikuk kota menjadikan kawasan ini tempat beristirahat yang nyaman. Meskipun demikian, pada hari libur, kawasan ini akan ramai dikunjungi orang serta para pesepeda yang menjelajah alam disekitar Kawasan Masjid.
 
Di dalam kawasan Masjid terdapat galeri yang memuat benda-benda antik dan alat permainan yang sering dimainkan anak-anak Bangka di masa lalu. Terdapat pula contoh rumah panggung yang menjadi ciri rumah-rumah di kebun-kebun di Bangka yang juga dilengkapi dengan Dapuk (tungku berkaki yang sering ditemui di rumah-rumah orang Bangka di masa lalu). Di halaman terdapat sebuah miniature perahu orang Sekak. Untuk menuju rumah, harus menyeberangi kali kecil dengan jembatan bambu yang dililiti oleh sulur rotan.
 
 

 

 Yang tak boleh dilewatkan pula adalah wisata alamnya. Pilihan jatuh pada  Kawasan Pantai Tanjung Bunga.
Kawasan Pantai Tanjung Bunga unik dengan adanya bebatuan pantai yang tersusun indah. Bagi para pecinta wisata minat khusus, lokasi Tanjung Bunga sangat cocok untuk petualangan dengan menyusuri pantai dan alam perbukitan.


Pada bagian arah ke darat Tanjung Bunga memiliki satu kawasan berbukit dengan panorama yang sangat indah kearah laut. Lengkap dengan pemandangan hilir mudik kapal penumpang dan barang, yang keluar masuk pelabuhan Pangkal Balam


Obyek wisata peribadatan terpadu tanjung bunga terletak tidak jauh dari pusat kota Pangkalpinang. Dapat dijangkau dengan durasi waktu tidak lebih dari 30 menit dari pusat kota Pangkalpinang. Sedangkan kendaraan yang bisa dipakai untuk menuju lokasi yaitu dengan taksi atau mobil rental.

Pada saat akhir pekan, banyak warga setempat beserta keluarga mereka datang ke pantai ini untuk menikmati keindahan pantai. Pantai Tanjung Bunga menawarkan keindahan panorama pantai dan bebatuan karang berwarna kemerahannya.




Ada lagi destinasi  wisata yang unik di Pangkal Pinang, yaitu makam Tionghoa berikut rangkaian upacaranya.





Cheng Beng adalah sebuah ritual/sembahyang tahunan sebagai bentuk cinta dan menghormati leluhur. Sangat ramai dan meriah karena seluruh masyarakat tionghoa baik yang ada di Pangkalpinang maupun di perantauan berbondong-bondong untuk berupaya pulang melaksanakan ritual. Ini merupakan bagian dari tradisi masyarakat tionghoa yang menjadi mayoritas masyarakat di kota Pangkalpinang.

Ramainya manusia dan pernak-pernik termasuk persembahan (sesajian) banyak disajikan berkolaborasi. Aneka buah-buahan, ayam/babi, aneka kue, arak, makanan vegetarian, hio/dupa juga lautan uang kertas palsu ada di ritual.

Lembaran kertas yang ditaruh di atas kuburan tersebut menjadi salah satu hal yang menyita perhatian saat puncak perayaan Cheng Beng berlangsung. Serangkaian kegiatan ritual Cheng Beng diawali dengan membersihkan makam di pemakaman tionghoa Sentosa. Kompleks Pemakaman China Sentosa adalah kompleks pemakaman mewah warga Tionghoa yang sudah ada sejak tahun 1935. Pemakaman memiliki luas 27 hektar dan terdapat 11.000 makam di dalamnya.

Makam-makam dibuat dalam bentuk yang berbeda-beda, bahkan ada salah satu makam yang menggunakan batu granit seharga ratusan juta rupiah. Ada juga salah satu Makam yang katanya tertua di kompleks pemakaman tersebut. Makam tersebut adalah milik keluarga Boen Pit Liem yang diperkirakan sudah ada dari tahun 1915.
Pembersihan makam merupakan kegiatan pre-ritual ritual cheng beng. Dilakukan 10 hari sebelum pelaksanaan Cheng Beng dilaksanakan. Sedangkan puncak dari kegiatan Cheng Beng dilaksanakan pada setiap tanggal 5 april (kalender masehi).

Semakin semarak, ritual Cheng Beng dilengkapi dengan banyak lampion, kembang api dan iringan alunan musik Belaz Band atau Tanjidor plus pelepasan lampion bersama. Menurut masyarakat tionghoa sendiri, ritual ini juga momentum reuni. Mempererat tali silaturahmi antar keluarga dan para sahabat. Terlebih mereka datang dari berbagai wilayah, baik dari tanah air maupun mancanegara. Mereka pulang ke Pangkalpinang untuk berziarah ke makam leluhur. Ritual cheng beng bisa di temukan di pemakaman Sentosa yang berada di Jl. Soekarno Hatta, Pangkalpinang.

Seru dan keren ya wisata Pangkal Pinang. Sekarang sih mimpi dulu. Semoga suatu saat benar-benar kesampaian jalan-jalan ke sana. Aamiiin.
Mei 15, 2016

Honeymoon Sekaligus Ulang Tahun

by , in
Honeymoon Sekaligus Ulang Tahun


Walaupun ada orang yang bilang kalau ulang tahun tak seharusnya dirayakan karena konon katanya:

1. tak ada petunjuk ataupun contohnya di jaman rasul alias bid'ah

2. justru harus diratapi karena itu berarti berkurangnya jatah umur

3. semestinya setiap hari harus dirayakan

4. sebenarnya tiap hari sama saja, mau ultah atau tidak

5. dan lain-lain

namun aku seringnya tetap merayakan ulang tahunku dengan cara sederhana setiap tahunnya. 

Kadang hanya dengan bawa jajanan kecil dan permen-permen untuk dibagikan dengan teman-teman sekelas dan  sesama pengurus OSIS atau ROHIS yang sedang datang rapat atau hanya berkumpul duduk-duduk di sekretariatan pada hari itu.

Ada beberapa yang sangat berkesan, salah satu di antaranya adalah ulang tahun paling membahagiakan yang kudapatkan pada usiaku dua puluh lima tahun. Aku dan suami yang menikah maret tahun itu akhirnya berkesempatan honeymoon persis sebelum, pas hari H dan sesudah hari ulang tahunku. 

Adalah habib luthfi pekalongan serta seputaran dunia pertasawufan, persufian, perhadrohan, perhabiban dan juga magnit traveling yang menjadi pengikat antara aku dan suami yang waktu itu dijodohkan. 

Karenanya ketika ada tawaran dari suami untuk kami berangkat bersama-sama jamaah maulid Habib Hasan ke acara haulnya keluarga habib Hasan di Jakarta, aku langsung mengiyakan. 

Berangkatlah kami dengan beberapa mobil ke Jakarta beberapa hari sebelum ultahku. Kami langsung disambut hangat oleh keluarga Habib Hasan di Jakarta. Selain mengikuti acara haul, kami juga  silaturahim ke beberapa kerabat dan sanak keluarga beliau yang lain di beberapa rumah yang berbeda. Sungguh pengalaman yang baru buatku karena bisa sedekat itu dengan keluarga habaib. 


Selepas dari acara haul dan silaturahim, rombongan pun bergerak melanjutkan perjalanan ke masjid keramat luar Batang. Terutama di tempat yang kelihatannya kacau balau alias tak teratur ini justru juga  menggoreskan kesan tersendiri. Makanya ketika ada kisruh luar batang mau digusur itu rasanya sediiiiih banget.








Masjid Luar Batang ada di tengah kampung padat permukiman buruh dermaga dan nelayan di Penjaringan. Berada di antara gang sempit, sekitar 300 meter dari jalan utama Pasar Ikan, yang jelas, masjid ini mampu menjadi pelindung dari hawa panas musim kemarau di Jakarta Utara.

Masjid Luar Batang tergolong masjid tua di Jakarta. Konon, masjid ini dibangun pada 1732 oleh Alhabib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al 'Aydrus. Ia tiba di Pelabuhan Sunda Kelapa, Batavia, dari Hadramaut, Yaman, ketika wilayah Luar Batang masih berupa rawa-rawa.

Luar Batang sebenarnya julukan bagi sang Habib. Cerita turun-temurun menyebutkan, ketika ia wafat (1756), Belanda melarang jenazahnya dimakamkan di daerah itu. Para pendatang harus dimakamkan di Tanah Abang.

Hanya, ketika diusung dengan kurung batang (keranda dari bambu), para pengikutnya menemukan jenazah Habib Husein tak ikut serta. Sebaliknya, jenazah malah didapati kembali ke kediamannya, tak jauh dari masjid.

Kejadian itu berulang tiga kali hingga para pengikutnya bermufakat untuk memakamkan di tempatnya sekarang, di sisi kanan Masjid Luar Batang.

Kini, hampir tiga abad berlalu, sisa bangunan asli memang sudah tak tampak lagi. Seluruh bangunan sudah dirombak total pada 1992. Kubah masjid yang semula berbentuk bawang diganti dengan kubah joglo.


Sebanyak 12 tiang utama dari kayu juga dibongkar dan diganti dengan pilar beton. Sementara itu, lantai kayu dan ubin sudah diganti dengan keramik dan batu granit. Selain itu, masjid kini memiliki sejumlah kamar untuk para peziarah ataupun musafir yang datang atau singgah.

Sekitar 200 orang berkumpul untuk berbuka bersama tiap Ramadan. Merupakan  bagian lain dari tradisi yang dijaga di masjid itu. Menyantap takjil memang tak dibutuhkan waktu lebih dari 15 menit. Namun menantikan dan menikmatinya telah menghadirkan kebersamaan bagi mereka yang hadir di sana.



Menjelang Ramadan jumlah peziarah yang datang banyak sekali. Mereka datang dari berbagai kota di seluruh Indonesia, bahkan hingga mancanegara. Waktu itu sampai orang dari Belanda ziarah kesini.
Berbicara mengenai sejarah Masjid Luar Batang ini memang sedikit membingungkan. Sebab, banyak cerita berbeda yang keluar dari berbagai sumber. 

Konon dulu tanah ini kan tanah milik Belanda yang diberikan kepada Habib Hussein.
Seorang turis asal Tionghoa menulis bahwa tahun 1736 dia meninggalkan Kota Batavia dari Sheng Mu Gang atau Pelabuhan Makam Keramat, saat ini dikenal dengan Pelabuhan Sunda Kelapa. Di lokasi tersebut terdapat makam yang dianggap keramat di daerah Pelabuhan Batavia.
Pada 1916, di atas pintu masjid tercatat bahwa gedung masjid selesai digarap pada 20 Murharam 1152 H atau 29 April 1739. Masjid ini kurang berkiblat, sama halnya dengan Masjid Kebon Sirih dan Masjid Cikini.
Oleh karena itu, ada seorang penulis, Abubakar Atjeh, yang menganggap bahwa dulunya ruang masjid ini adalah bekas rumah kediaman orang, kemudian digunakan sebagai mushola atau masjid.
Dari beberapa cerita mengenai masjid tersebut, masih menyisakan pertanyaan-pertanyaan tentang kebenaran yang pasti. Karena cerita asal-usul makam keramat merupakan cerita turun menurun yang datanya masih kurang lengkap. Artinya, sumber-sumber yang mengetahui pasti pada zamannya itu tidak lengkap.
Maka dari itu, pengurus masjid enggan berkomentar mengenai sejarah masjid dan makam keramat tersebut lantaran takut salah memberikan informasi. Terkenalnya masjid dan makam keramat ini dalam nilai sejarah, menjadi faktor utama yang mengundang datangnya peziarah. Dari masa ke masa, masjid ini sudah beberapa kali direnovasi.

Kami semua berziarah, sholat dan berdoa dengan khusyu di sana. Magnet energinya serta aura spiritualnya terasa sangat kental sekali di udara, juga berasa menembus ke jantung dan ulu hati. Tak terasa kami semua menitikkan air mata. Bahkan beberapa teman sesenggukan dengan dahsyatnya.

Ketika teman-teman jamaah maulid balik ke Semarang, kami sengaja memisahkan diri karena ingin melanjutkan jalan-jalan hanya berdua saja. Kami singgah di rumah paman kami di Jakarta, dan beliau mengantar kami berjalan-jalan di kantornya, juga wisata kulineran serta wisata belanja di mall. Halagh :D

Kami kembali ke Semarang dengan cinta yang makin bertambah-tambah dan bekal keakraban yang kami jalin selama honeymoon yang jatuh pada hari ultahku. 




Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog ulang tahun kelima Warung Blogger 

foto dan sejarah masjid luar batang dari berbagai sumber di internet


Januari 14, 2016

Tilik Museum Masjid Agung Demak

by , in
Tilik Museum Masjid Agung Demak


Buat yang sudah pernah mengunjungi Museum Masjid Agung Demak di masa dulu, mungkin bisa melihat bahwa isi dari museum baru ini sama sebenarnya. Ada  prasasti, miniatur masjid, beberapa gentong dan bedug kuno, serta beberapa serat. Tambahannya adalah beberapa  benda besar yang dulu tidak bisa masuk ke ruangan museum yang  sempit, sekarang bisa ditaruh dalam ruangan baru. Ada  serpihan soko tatal karena besar dan panjang yang dulunya diletakkan terbujur di seberang selatan museum mini ini, dipagari besi tanpa pengaman kaca dan semacamnya sehingga  berhubungan langsung dengan udara luar dan  terancam semakin rusak. Kini lebih aman dan terawat. 
Museum Masjid Agung Demak
Sayangnya  secara arsitektural, letak dan bentuk museum baru ini  sesungguhnya kurang sesuai. Mengurangi ruang pandang bagi Masjid Agung sebagai bangunan utama. Desainnya pun tidak spektakular, kurang selaras dengan masjidnya.

Sudah kadung berdiri, mau diapain?:D
Bw, berikut beberapa arefak dan peninggalan Wali Songo serta kerajaan Demak yang ada dalam museum MAD ini.

Masjid Agung Demak
Bagian yang sudah rapuh dari empat soko guru diamankan di dalam museum ini. Kita juga bisa melihat serpihan soko tatal yang sebagian juga sudah diangkut ke sini. Meskipun jika kita naik ke bagian dalam atas masjid, soko tatal asli masih bisa kita lihat dari atas.
Peta Masjid Agung Demak
Peta kompleks Masjid Agung Demak berikut kompleks makam dengan nama-namanya ada di dalam museum. Bersebelahan dengan bagan silsilah Wali Songo dan silsilah Sultan Fatah.
Masjid Agung Demak
Kalau di museum lama dulu ada satu miniatur. Kini ada  dua miniature Masjid Agung Demak. Miniatur baru ini menyerupai bentuk masjid dalam kondisi yang lebih baru.
Koleksi Masjid Agung Demak
Mau tahu seperti apa perkembangan fisik masjid dan lingkungannya, kita bisa melihat satu sisi dinding museum bagian barat. Ada  gambar dan foto-foto Masjid Agung Demak dari masa ke masa, sejak awal didirikan hingga mengalami beberapa kali renovasi sampai dengan saat ini.
Gentong Kong Demak
Jangan terkejut kalau menemukan sekelompok orang yang bergerombol  di sisi timur, dekat pagar masuk makam. banyak orang  antri untuk bisa meminum air dari dalam gentong yang diyakini bisa mendatangkan berkah atau semacamnya. (Wallahu a’lam bishshowab) Konon gentong ini   berasal dari Cina, asal putri Campa, ibundanya Sultan Fatah.
Batu Besar di Masjid Agung Demak
Selain gentong, ada juga batu-batu besar  dengan cekungan di atasnya. Bentuk-bentuk serupa bisa kita temui berjajar di kolam antara masjid dan museum, yang dulu digunakan sebagai tempat wudhu.
Museum Masjid Agung DemakAda juga dipajang serat-serat peninggalan Wali Songo dan Sultan Fatah dan mushaf Alquran tulisan tangan yang ukurannya lumayan besar. 

Yuk Tilik Museum Masjid Agung Demak

#DutaWisataDemak
#BrandAmbassadorDemak

Post Top Ad