improving writerpreneurship

Post Top Ad

Februari 03, 2016

Aku Terbata Membacamu

by , in
Aku Terbata Membacamu


How dare her. She puts me right down the light just like a sinner waiting for punishment. Dia seolah2 hendak menguliti aku. Mungkinkah itu yang kamu pikirkan?

Kubilang begitu karena kamu tak membalas email yang berisi pertanyaan-pertanyaan guna riset novel tentangmu. Padahal waktu itu kamu yang memintaku sendiri untuk mengirim pertanyaan-pertanyaannya lewat email tinimbang saat kita bertemu dan bercakap-cakap langsung.

Meskipun aku juga mendapatkan material dari risetku sendiri, tak ada salahnya kan mengorek hal-hal yang bisa kita sajikan dalam novel ini. Sehingga fans-mu dan juga pembaca lainnya mendapatkan kejutan-kejutan. Sesuatu yang tak pernah mereka pernah sangka dari dirimu, tapi kamu alami dan lakukan. Tapi yeach, kamu tak menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.


Aku terus meraba raba, apakah karena persahabatan dan persaudaraan kalian di grup yang menyebabkan dirimu risih jika diberi spotlight sendiri, khusus?

Yang kukhawatirkn adalah aku tak cukup lihai membaca dan menerjemahkan rasamu,lalu aku keliru dalam melahirkan teksnya untuk pembaca dan mungkin kau tak berkenan
.

Tapi jika ini kutulis dalam sudut pandangku,karena itu yang lebih kutahu,aku khawatir ini kemudian menjadi tidak relevan buat pembaca. Mereka ingin tahu tentang kamu.

Jadi mungkin sebaiknya dibuat dua versi. Yang satu dengan sudut pandangku. Satunya lagi sudut pandang omnicient sepenuhnya tentang kamu,sepanjang yang kutahu.

Juga bahwa kau mengantarkanku memahami banyak fenomena yang sebelumnya tak kusadari. that fascinate me.Bagaimana menerjemahkan dan membagikan ulang that fascination

Jika tak kulepaskan ini dari kepalaku,selamanya akan mengganjal dan aku tak ke mana-mana. So i have to release it anyway, even comedy,tragedy,angry
And i've been thinking. Maybe it can be random. I can write from any angle dan side. Middle, end, from anywhere which i can release first.

Kupikir lagi, apa karena kamu tak berkenan dengan rangkaian kalimatku? Apa aku kurang berbasa-basi?  Atau aku kurang cepat? Terus terang malam itu sempat terpikir untuk menulis email langsung, mengucap terima kasih dan semacamnya. Tapi aku masih terlalu melayang
pertemuan kita kembali yang tak disangka-sangka seperti a bless serendipity that very count n worthy. Just like magic hour being there with you.

Malam itu aku yakin tidur sambil senyum setelah mengunggah foto kita dan caption yang di kemudian hari kusesali,karena mungkin sebab caption itu km ilfil

kita jelas jauh. Kamu rockstar dan aku hanya seorang gembel medioker yang suka sekali menjadi social climber. Menemui banyak sekali serendipity, namun seringkali hanya berhenti di euforia dan permukaan.Karena itulah kamu semakin tampak mengagumkan karena tetap sederhana dan bersahaja meski tlah dmkn hebat

Malam indah dan menakjubkan serta terlalu excited ternyata membawa tubuhku lemas dan sakit keesokan harinya. Oh my! padahal ini hari H-nya mengisi pelatihan.

Aku masih harus tampil siang nanti tapi badan gak fit, kepala pusing,perut mual. Kupaksakan diri untuk sarapan dan minum tolak angin.Kepala rasanya berat

Semestinya aku istirahat pagi itu supaya siang nanti lebih fit.tapi aku kadung janjian dengan teman yang akan membawaku berkeliling Medan kali ini.

Dengan badan sempoyongan,aku tetap pergi.Di kemudian hari aku bersyukur sekali tidak membatalkan kencan kami pagi itu karena Tjong A Fie memang istimewa
Temanku, Atnya, membelikan banyak sekali oleh2 dan ia menyesal knapa kami cuma bisa ketemu sebentar sebab aku masih harus melakukan tugas utamaku hari itu.
Begitu Atnya pamitan setelah mengantarku kembali ke hotel,barulah sakit kurasa kembali. Aku jelas blum pulih,apalagi tadi tambah capek.
Namun sakit itu kurasakan dengan ikhlas dan rela mengingat bhw semuanya tak berarti dibandingkan pertemuan kita semalam. Biarlah sakit,tak apa.
Beberapa hari kemudian baru aku tahu klo kamu juga sakit setelah malam itu. Bahkan balik lagi ke Jakarta masih dalam keadaan tidak fit. So pitty.

Tugas utama siang itu akhirnya usai dan nekatnya malamnya aku masih jalan-jalan lagi ke Medan citywalk bareng teman kuliah dulu.Pulangnya sdh jlas tepar

Pagi itu saat berada di ruang tunggu bandara kuala namu sesungguhnya aku masih sakit sehingga tidak kepikiran untuk email kamu sebagaimana kita janjikan waktu itu. Tahu sendiri kan?orang sakit konsentrasi, kesadaran, fokus  dan kecerdasannya berkurang lah. Energi, emosi dan aura juga tidak dalam kondisi yang terbaik

Sayangnya jam keberangkatan masih lama dan aku serasa kelebihn waktu nganggur. Jadilah kutulis email pertamaku padamu. Sayangnya kutulis dalam dua  bagian.
Bagian pertama ucapan terima kasih yang singkat dan standar.Yang kedua malah panjang tapi terkesan to the point menggali data.Aku menyesal sesudahnya
Harusnya yang penting justru menjalin persahabatn denganmu.Yang lain-lain, data, curhatan akan dengan sendirinya mengikuti. Aku terlalu jaim, kaku dan malah mungkin jadi kau abaikan.
Kupikir tadinya kamu mungkin sibuk.atau capek. Atau sedang memikirkan dan ngedraft jawabannya. Tapi waktu berlalu, tetap tak ada balasan.
Apa itu mengurangi kekaguman dan simpatiku? tidak sama sekali. You are just you are. Respek itu tetap ada karena senyatanya kamu memang berharga dan langka

Yang kutangkap justru kamu menyikapi daftar pertanyaan itu dengan mengambil langkah nyata. Seolah menemukan momen titik balik,kamu lekas menghapus foto-foto mantan di IGmu. Dan sebagaimana yang terjadi pada waktu sebelumnya, kode-kode itu berhamburan,menghadirkan rasa hangat dan rasa akrab yang membuat melayang.

Merasakan diri kita menjadi sebagian terang dalam kehidupan orang yang kita kagumi adalah momen-momen berharga.Priceless.Padahal sesungguhny Tangan Tuhanlah yang bekerja.


**
Novel sesungguhnya menunjukkan hubungan antar karakter yang mengupas mereka,menguliti helai demi helai,hingga akhirnya power yang mereka kira punya jadi flaw. Hubungan seringkali tak harus intens, ketika karakter mampu mndptkan banyak feedback hanya dari stalking karakter lain misalnya,it still counts. Tapi tentu saja akan seru jika gesekan-gesekan itu real dan bukan berdasar atas asumsi sepihak saja.Atau seringkali memang justru di situlah novel bermain. Ia menafsirkan sesuatu dengan berbagai sudut pandang yang berbeda,dan twisnya adalah ternyata smua asumsi itu salah dan barulah terungkap kejutannya.

Bukan gayaku meninggalkan halaman kosong atau separuh terisi setelah aku sendiri yang mulai membuka lembarannya. Aku hanya perlu menyelesaikan. Tapi aku juga  jadi berpikir ulang. Apakah memang sebaiknya novel tentangmu tak jadi kutuliskan. Mungkin memang seharusnya tidak, karena seringkali kata-kata meredusir rasa dan keindahan yang sesungguhnya.
Haruskah kulanjutkan atau berhenti?


Februari 02, 2016

agenda DN

by , in
Agenda DN


Insya Allah agenda berikutnya yang terdekat sebagai berikut:

5/2 Talkshow GajahMada FM
8/2 Raker
20/2 ProductReview
21/2 Fatayat
28/2 Persit Slawi
29/2 VinaHouse
5/3  UNS Surakarta
19/3 FunBlog
12/4 CityAnniv

Untuk reservasi, sila sms/wa 085701591957 atau email kbcahaya@gmail.com
Februari 02, 2016

No Gain Without Pain

by , in
No Gain Without Pain



Kita seringnya melihat kesuksesan dan pencapaian seseorang tampak memukau, mencengangkan dan mencemburukan, tapi acapkali lupa bahwa yang sebenarnya ada proses berdarah darah dan penuh air mata dalam perjalanan mencapai kesuksesan dan pencapaiannya itu.
Tahu tahu aja dia sukses, keren dan hebat. Iya kan? Padahal...
Inilah yang beberapa hari belakangan menjadi catatan dan rangkuman, semacam highlight journal atau bolden quote.



Awalnya grup heboh karena ada beberapa orang yang masuk list dua puluh besar lomba menulis novel yang diselenggarakan penerbit baru yang digawangi seorang mantan editor penerbit besar. Tentu saja ini merupakan kabar gembira karena didapat setelah yang bersangkutan sedang dalam.keadaan baper alias kebawa perasaan akhir akhir ini karena yang merasa nggak bisa nulis lah, nggak pernah menang lah, yang envy lihat teman-teman lain lahiran dst. Wah, baper ternyata berbuah sukses ya, jadi gitu simpulannya. Ahaha. 




Dus, seorang teman novelis lainnya jadi menceritakan kisah bagaimana dulu perjuangannya memenangi lomba menulis novel di penerbit besar tempat si mantan editor ini bekerja.
Perjuangannya harus ke sana kemari untuk bisa nge print naskah sebagaimana disyaratkan. Bagaimana belibetnya revisi dan tetek bengek lainnya. Kesulitan-kesulitan dan hambatan yang bikin ia menangis, dan hampir menyerah. Tapi untung dia tidak.
Karena akhirnya semua terbayar. Bahkan novel itu cetak ulang tiga kali. Kemudian dapat order novel berikutnya dan seterusnya.
Jadi ingat kisah teman di grup lain yang mengalami penolakan sampai sembilan puluh delapan kali. Tapi dia terus gigih, dan akhirnya memenangkan lomba menulis novel tingkat internasional.
Lalu sempat baper juga karena meskipun menang, tapi panitia dan juri justru memilih naskah pemenang kedua untuk diterbitkan sebab dianggap lebih populer, sementara naskahnya lebih nyastra.
Untunglah kebaperannya ini tak berkelanjutan sebab kemudian setelah menunggu dalam keputusasaan, dia malah ditawari beberapa agen sekaligus. Sampai bingung milihnya dan membuat kami di grup ikutan mikir mana yang mau dipilih. Ahaha. 




Syukurlah akhirnya dia sepertinya mengambil keputusan tepat dengan memilih agen yang juga menghandle naskah  Eka Kurniawan, Pramoedya Ananta Tour dan mbak Leila Chudori.
See?
Semua pencapaian itu ada jerih payah dan segala tetek bengek rintangan, kegalauan juga perjuangan melewatinya.
Kisah tentang Rudy aka pak BJ Habibie di masa mudanya yang baru-baru ini kubaca juga menandaskan kebenaran 'quote' tersebut. Beliau membeberkan hal-hal yang selama ini belum pernah beliau sampaikan pada khalayak
Bagaimana semasa  kuliah di Jerman dulu, beliau harus mandi di tempat pemandian orang miskin dan hanya mandi dua minggu sekali. Bagaimana beliau harus irit, makan sedikit. Bagaimana beliau menghadapi senior senior yang memperlakukannya dengan tidak baik dst.
Aih..
So inspiring!
Membuat kita tertunduk malu. Karena seringkali mau enaknya saja tapi dengan sedikit pengorbanan dan usaha.
Kira-kira mbak mbak dan mamah mamah muda yang keren banget postingan instagram dengan bodi yahud itu juga musti menjaga makanan dan berlelah ria dulu untuk menjaga tubuhnya agar senantiasa aduhai. Ya nggak sih. 

Februari 02, 2016

What Coincident

by , in
What Coincident

Pertemuan yang kedua ini tak pernah kuduga akan terjadi. Meski kuakui kalau kamu kadang masih melintas dalam benakku.
Aku kembali menjabat tanganmu. Senangnya bahwa kamu, seperti juga manajer personalmu, masih mengingatku. Kita melewatkan hampir tiga jam malam itu. Bersama-sama.  Laugh for the same joke, enjoy the same conversation. Larut dalam kesenangan, kebersamaan, kehangatan dan kenyamanan. I think maybe we can see to the same direction in life. Hohoho.
Kamu  sempat merunduk dekat kakiku untuk mengambil cricket, yang mungkin sengaja kamu jatuhkan. Memangnya mau sinetron-an ya? Untung aku tidak terpancing untuk ikut merunduk mengambilkan, sehingga kita bisa bayangkan adegan berikutnya yang mungkin terjadi. Nice try, guy. But you didn’t succeed for that one.
By the way, di luar usahamu yang lucu itu, aku terkesan saat kamu memakai kupluk putih yang kuberikan. Kubawa empat kupluk untuk keempat personel band yang rencananya umroh dua bulan lagi. Tapi konon berangkat umrohnya mundur sampai pertengahan tahun depan.
Sambil memakai kupluk putih itu, gurauan dan leluconmu kembali menghangatkan suasana. Ceritamu tentang tukang cukur (yang mengingatkan pada ‘perbincangan tak kasat mata’ kita tentang rambutmu), tentang rumah Palembang yang tidak sempat ditengok, tentang usaha empek-empek yang tutup karena mama-mu capek, dan juga rencana novel tentangmu. Kamu minta aku mengirimkan saja pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan novel via email. Yups, tentu saja saat rehat begini paling enak adalah ngobrolin yang santai dan ringan.
Kesopananmu, caramu memanusiakan manusia, nguwongke, menghargai orang lain, keberadaan dan juga pemberian  semakin membuat hatiku jatuh. Kuakui atau tidak kuakui.
**
Kukira aku tak akan rindu. Kupikir rasaku sudah beku. Kusangka tombol off hatiku sudah bekerja dengan baik. Tapi rupanya selang sehari sejak pertemuan kembali itu, justru ada rasa hampa dan rindu mengetuk-ngetuk jiwa.
Kubawa diriku sibuk agar teralihkan rasa tak nyaman ini. Sepertinya dia sudah duluan merasakan ‘kesakitan’ ini. Karena dia berdoa di akun instagram-nya supaya Tuhan mengangkat ‘sakit’nya. Yach, sakit apalagi yang bisa terjadi setelah pertemuan yang sama-sama menahan rasa dan membatasi diri agar jangan sampai saling memandang dan bersirobok mata. Pengalaman terdahulu mengajarkan bahwa mataku bisa menenggalamkan dirinya ke dalam arus yang dalam. Dan demikian pula diriku tak sanggup tidak meleleh saat melihat senyum di bibirnya. Maka yang terjadi adalah kami sama-sama saling menahan justru saat kami berdekatan dan punya kesempatan. Sehingga efeknya yang tertahan waktu itu sekarang ini meminta ruang untuk pelepasannya.  Oh, ya Tuhan. Rindu itu antara enak dan tidak enak. Kayaknya semua orang juga tahu ini. Jadi tidak perlu diperpanjang ya.
**
Yang kutahu, Tuhan mengirimkanmu untukku agar aku belajar sesuatu. You have qualities that I need to be. Dan mungkin juga sebaliknya begitu. I have qualities that you need to be. Mungkin. Karena apa gunanya meninggikan diri sendiri kalau ternyata justru malah merendahkan diri karena sebenarnya tak setinggi itu.
By the way, cinta tak seharusnya dibikin berat. Bikin saja ringan seperti layangan. Bikin saja santai, kayak di pantai. Cinta mustinya tanpa syarat. Cinta itu membelenggu  atau membebaskan? Menyakiti atau menyembuhkan? Menggalaukan atau menenangkan? Meniadakan atau mengadakan?  Atau memang perpaduan keduanya?  Bahwa cinta itu paradoks di samping juga adalah keseimbangan. Atau cinta adalah tidak itu semua. Cinta itu ya cinta saja. Atau seperti postingan status yang ditulis oleh salah satu personel band-mu; Biarkanlah cinta menjadi sebuah cinta.



Februari 01, 2016

Kamu Datang Tepat Waktu

by , in

Kamu Datang Tepat Waktu.


Meskipun mata bersinarmu sempat menyihirku, kebersahajaanmu membuatku kagum, namun aku tahu kamu bukan orang yang akan mudah diraih. Aku sadar diri. Untuk itulah aku mencari tahu lagi, sebenarnya apakah arti pertemuan kita. Lalu aku paham.
Sesungguhnya Kamu datang tepat waktu. You become my savior from potential broken heart and being lied. Because you take my attention, so the other who tries to lie to me, fails. 

**

Sayangnya saat aku cerita ke sepupuku kalau aku nge-fans dan akhirnya ketemu kamu, aku malah diketawain. Katanya kok bisa sih aku alay?  Oh what?! (aku ketawa juga dalam hati meski sempat terkejut dengan tuduhan ini)
Iya sih, buat mereka yang sukanya Pink Floyd dan semacamnya, musik indie dan sejenisnya, jazz dan sebangsanya, band-mu yang melayu dan mendayu gitu memang kesannya alay. Terus terang waktu itu aku agak shock juga ya. Padahal aku juga nge-fans sheila on 7, padi, noah, payung teduh, dll.
Di satu sisi, kamu dianggap tidak begitu berharga di 'lingkungan-ku'.  Di sisi lain aku apalagi, mestilah juga kurang berharga di 'lingkunganmu’. Tapi aku tidak mungkin dengan serta merta lepas tangan dan tidak bertanggung jawab dari pilihanku nge-fans kamu. (yang pastinya suatu saat pun akan mengalami kebosanan) hanya karena tidak mau dianggap alay dan semacamnya.
Jadi meski ditertawakan, aku tidak bisa menampik apa  yang dulu pernah kutuliskan, nge-fans kamu sebab kesederhanaan, humoris, kesetiakawanan, persahabatan dan juga kesetianmu sehingga bisa 'merawat' dan 'menumbuhkan' pasukan fans  yang sebanyak dan sesolid itu.
Ironi ya? Sebenarnya sama-sama tidak berharga, tapi kenapa masih bertahan? Lalu kuingat lagi kalau kamu memang beda. Orang sering menganggap artis dan juga anak-anak band cenderung punya kebiasaan dan gaya hidup yang buruk. Namun jika ditelaah lagi, ternyata tidak semuanya demikian. Kayak kamu dan personel band-mu adalah beberapa dari yang pengecualian. Apa sih yang menyebabkan kalian berbeda. hampir-hampir mirip anak-anak Wali, kalian ini cenderung bersih. Baik dari narkoba ataupun main cewek serta gaya hidup mewah dan hura-hura, clubbing dan segala macam. Usut punya usut, ternyata kakakmu ada yang sudah meninggal dunia. Anak sulungnya Mai juga meninggal. Endra, salah satu personel mereka pernah mengalami tiga kali koma.
Rupanya kematian-kematian ini antara lain yang menyebabkan kalin mempunyai pegangan, nilai, sikap dan pilihan serta gaya hidup yang positif. Jadi ingat pernah baca di mana gitu, bahwa mereka yang siap matilah yang siap hidup. Kalau kalian menurutkan hawa nafsu, bisa aja loh ambil kredit, beli motor gedhe atau mobil mewah dan semacamnya, tapi kalian memilih hidup sederhana. apa adanya. (jadi inget teman yang melakukannya dan kemudian bangkrut karena gedhe pasak daripada tiang)
Jadi sebenarnya bukan profesinya apa yang membuat kita kemudian gegabah untuk labeling  seseorang ataupun sekelompok orang. Karena setiap diri toh punya latar belakang, tujuan, cita-cita yang berbeda-beda. Yang membuatnya juga punya pilihan sikap dan gaya hidup yang tak bisa kita sama ratakan dengan orang lainnya meski sama profesinya.
No matter what happened, the true beauty is ever long lasting.  Aku jadi merasa kesenggol juga pas bang Mai nge-cuit:  semoga tuhan selalu melindungi kita. Amin. Cinta akan menjelaskan sesuatu. Jangan kejelekan seseorang di lebih-lebihkan, sedangkan kelebihan seseorang di kurang-kurangkan.
Oh yes, memang semestinya adil dan jujur saja ketika melihat dan menilai seseorang. Dan iya sih, di balik kekhilafan dan kekuranganmu (sebagaimana kita semua juga) yang sebenarnya kamu  bisa jadi role model yang baik.
Selain mindset dan sikapmu yang setia kawan, bijak dalam persahabatan dan bisnis, aku dapat pelajaran baru lagi. Kamu ternyata family man banget. Sangat sayang kedua orang tua  dan juga adikmu. Hubungan yang hangat dan harmonis di antara kalian sungguh menginspirasi.  Oh ya, adikmu ternyata kuliah arsitektur juga kayak aku. what coincidence. Mungkin karena juga Carpicorn-mu itu yang membuatmu jadi family man.

Dari situlah ide membuat novel tentang kamu pun muncul. Aku mulai riset dan menyusun plot serta outline. Para penggemarmu mendukung, ada yang mengirim materi cerita, ada yang bahkan menagih kapan launchingnya.  Namun karena banyaknya tugas lain, novel tentangmu pun terbengkalai. Sampai kemudian tiba-tiba kita punya kesempatan bertemu lagi. Lalu aku pun sadar. Stories come to the writers. Even we ignore and try to forget it; the story will still come and push us to write it. It uses us as the way to speak to world. Sehingga kuputuskan untuk kembali menyentuh calon draft novel tentangmu. .

Januari 31, 2016

Your Sparkling Bright Eyes

by , in
Your Sparkling Bright Eyes


Kamu masih ingat apa warna mataku saat itu? Kalau aku terus terang masih ingat bagaimana warnamatamu. Sparkle. Berbinar. Seperti ada ribuan bintang memancar dari kedalaman matamu. Dan alismu yang tebal, bibir yang separuh terbuka. Tawamu yang membahana. Siapakah yang tak jatuh hati dengan keberadaan dan kehangatanmu? Mungkin memang aku orang yang mudah jatuh cinta. Tapi kamu jelas pencuri hati. Setidaknya pencuri hatiku.
Aku tahu apa yang mungkin kamu pikirkan. Teganya aku menenggelamkan kamu ke dalam arus mataku. Tapi hanya itu yang aku bisa. Hanya itu kemampuanku. Aku tak cukup cantik, tak cukup tinggi, tak cukup memikat secara fisik, tetapi kecerdasan dan kehangatan kadang terpancar dari mataku dan seringnya memang menenggelamkan orang. Kurasa aku berhasil malam itu. Kita akan sama-sama menyimpan peristiwa  saling tatap yang indah itu dalam salah satu rak lemari kenangan kita.
**
Apa kamu tahu aku  mencegat sembarang orang untuk bisa mengantarku pulang malam itu dari menonton konsermu? Bertemu denganmu membangkitkan kemudaan dan kenekatanku kembali. Sepertinya segala tantangan apapun sanggup kuhadapi dan kulalui.  Gila ya?! Cinta memang bikin gila.
Aku bahkan termangu-mangu dalam kemabukanku setelah bertemu kamu. Lalu kucari tahu sendiri, kenapa kamu?
Selain fakta bahwa dulu aku mengenal namamu dan nama band-mu dari cerita salah seorang temanku yang  beberapa tahun lalu bikin event untuk kalian kelilingan Sumatra, apalagi yang membuatmu istimewa? Suatu ketika pertanyaan itu terlintas. Oh, oke, beberapa lagumu memang enak dan suaramu bagus. Tapi kan ada banyak yang lebih bagus juga darimu. Pertanyaan itu menghilang sendirinya seiring waktu. Senyampang dengan perjalananku menemui orang-orang hebat lainnya. Aku berhasil menemui mas Sabrang Noe Letto, menyerap energinya saat dia mau manggung. Demikian juga dengan mas Eros SO7, energinya bahkan lebih besar. Aku sampai jejingkrakan saat berhasil menyerapnya.  Dua band ini, Letto dan SO7 punya fingerprint, signature, yang khas, unik, dan fenomenal. Oh ya, band-mu pun punya finger print dan signature, kekhasannya sendiri.  Meski beberapa orang ada juga yang kurang suka, sebab mungkin bukan seleranya.
Lalu ketika aku berhenti bertanya, jawaban itu justru mewujud.
Ada sahabat penaku yang sangat ingin kukunjungi kotanya, dan ternyata kamu dari sana asalnya, Palembang. Empek-empek adalah makanan favoritku, dan ternyata kamu barusan buka usaha kuliner empek-empek di Kemang.
Pacarku waktu kuliah yang kuabadikan kisahnya dalam novel Lelaki Pertama berbintang Carpicorn 1 Januari, dan ternyata kamu lahir 4 Januari. Vespa adalah kendaraan pacarku yang kuabadikan kisahnya dalam novel The Old City And The Young Man, yang antar jemput aku ke kantor waktu itu, ternyata kendaraan harianmu adalah vespa juga.
Kamu pengen banget punya anak (adopsi) sebelum nikah karena ingin punya tanggung jawab lebih tinggi dalam kehidupanmu, dan aku kan sudah punya dua anak. Iya kan? Walah...ngaco deh.
Oh ya, ternyata juga kakek nenek kita sama-sama dari Solo. Dan kita ternyata sama-sama sekolah teknik bangunan.  Yang paling menyenangkan adalah kamu humoris banget, jenaka abis. So warm and lovable.
**
Duh, tapi kesenangan tak berlangsung selamanya. Apa aku sudah pernah cerita bagaimana dulu rasa nge-fans-ku ke Adipati Dolken luntur?
Yups. Sebelum ketemu langsung, memang aku tidak pernah memperhatikan lebih jauh dan lebih dalam dia seperti apa. setelah ketemu dan mencari tahu, barulah paham pergaulan bebasnya dan langsung kekagumanku luntur dan bye bye.
Yang sekarang pun, terjadi lagi, kekagumanku luntur. Ternyata  kamu sama juga kayaknya.  Walaupun tidak separah Adipati Dolken tentu saja.  Jadi lekas kuganti gambar kita di wall paper maupun desktop dengan gambar lain.
Bye bye ya.  Semua artis sama saja rupanya. Jadi baiknya kuambil dan serap yang tauladan yang baik saja. Sisanya, yach semua manusia memang pada dasarnya sama saja. punya kelebihan kekurangan, dan khilaf-khilafnya.
Namun mungkin kamu memang didatangkanNya untukku agar bisa lebih mudah bagiku melupakan dan meninggalkan kegilaanku sebelumnya. Pada seorang brondong yang sesungguhnya punya reputasi sebagai playboy. For that reason, thanks you.
**
Namun ternyata yang terjadi adalah kamu justru limbung sepulang dari pertemuan kita. Bisa kubaca dari postingan di instagram. Hubungan dengan pacarmu yang seorang model jadi berantakan. Mungkin karena buku-buku yang kuberikan padamu membuat pikiranmu terbuka dan sadar bahwa selama ini kamu salah memilih pasangan. Dan dia tidak mau berubah menuju apa yang kamu maui dan yakini. Bubarnya kalian tentu saja membuat hatimu hancur. Hei!  There is always a turbulence when you take a big step. Tapi kamu pasti akan bisa melaluinya. Kembali benih kagum itu tumbuh di hati. Diam-diam. Pelan-pelan. 

Proses kreatif penulisan Man Behind The Microphone  bisa di baca dalam postingan ini,

Post Top Ad