Bagaimana Kok Sampai Kecolongan
Kemarin saat Turba alias turun ke bawah sekaligus roadshow ke daerah-daerah di kotaku, akhirnya terungkap, terceritakan dan tersadarkan bahwa Demak yang nota bene sebagai kota wali dan kota santri akhirnya kecolongan. Karena konon ada istri salah seorang tersangka teroris berasal dari Demak. Wow.
Bagaimana ini bisa terjadi?
begitulah pertanyaan yang mengemuka.
Mungkin ada asumsi bahwa kecolongan ini disebabkan jamiyah, kumpulan pengajian baik Fatayat ataupun Muslimat dan NU ataupun jamiyah Islamiyah yang moderat pada umumnya, mengalami kendor. karena tak tampak ada pengajian dan kekuatan jamiyah, maka masuklah teroris itu.
Pertanyaan selanjutnya semestinya adalah kenapa pengajian itu menjadi sepi peminat? ya kan?
Kalau pengajiannya menarik dan memberi banyak manfaat mestinya tetap akan ada banyak pengunjung dan fans-nya.
Aku jadi ingat.
Dulu jaman masih duduk di bangku SMA, aku sudah ikut aktif dalam lembaga Fatayat NU di kotaku. Meski sebenarnya kalau untuk siswa sekolah itu semestinya bergabungnya dengan IPPNU (Ikatan Pelajar NU) Di samping juga aktif di ROHIS SMA yang notabene para mentornya adalah kakak-kakak dari haroki Ikhwanul Muslimin. Saat itu ibuku sudah wanti-wanti jangan sampai aku ikut aliran yang tidak jelas. Alhamdulillah karena bekal mengaji dan madrasah dari kecil cukup kuat, dalam perjalanannya kemudian aku memang diselamatkanNya dari yang ekstrim-ekstrim.
Saat kuliah, harapanku tadinya ya bisa gabung Fatayat di ibu kota Propinsi tempatku menimba ilmu. Sayangnya ternyata tak ada gerakan Fatayat masuk kampus Undip, apalagi Fakultas Teknik. Sehingga lagi-lagi aku aktifnya ya di Rohis bareng teman-teman Ikhwanul Muslimin.
Dan yang kulihat sebenarnya ikhwan akhwat haroki ini semangat dan ghirohnya sungguh tinggi. Baik dalam belajar, organisasi, ibadah maupun ukhuwahnya. Banyak dari mereka yang akhirnya S2, S3. Bahkan sampai studi keluar negeri berkali-kali. Kalau kemudian ada pro kontra di belakang hari kemudian tentang keberadaan dan gerakan mereka, kurasa itu karena ada yang menunggangi dan mengompori.
Begitulah.
Kecenderunganku untuk ber-hybrid, menclok sana sini justru membawaku melihat lebih dekat banyak pihak yang seolah berseberangan padahal tidak. Yang diperjuangkan sama kok, Li i'lai kalimatillah. Amar ma'ruf nahi munkar. Tetapi memang gayanya sedikit berbeda. Maksud hati mungkin supaya disiplin, sungguh-sungguh dan tercelup benar dengan shibghotullah. Namun karena ilmu yang kurang, pemahaman yang seadanya, tambah dikangkangi kepentingan sisan, jadilah beberapa oknum kemudian menjadi ekstrimis, lalu radikal. Dan kemungkinan kemudian ada yang berhasil dicuci otak menjadi gerombolan teroris.
Meski belakangan kemudian terdengar cerita kemungkinan adanya drama yang dibuat oleh oknum yang punya kepentingan juga, sehingga para jihadis teroris ini dimanfaatkan sebagai martir.
Wallahu a'lam bishshowab.
kembali kepada daerahku yang sempat kecolongan kemasukan teroris, kami saat ini lebih giat lagi turba untuk menghidupkan jamiyah moderat. sekaligus riset memikirkan terobosan-terobosan agar jamiyah ini menjadi menarik dan bermanfaat sehingga tetap diminati umat.
Doakan dan silakan usul atuh, apa-apa saja yang bisa kita lakukan demi menghidupkan jamiyah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar