improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label isi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label isi. Tampilkan semua postingan
Juli 22, 2016

Konstelasi Semesta Dan Meja Kerja

by , in
Konstelasi Semesta Dan Meja Kerja


Disclosure dulu ya, ini bukan pencitraan tapi hanya pengakuan saja.
Jadi yang sebenarnya dulu aku orangnya suka seenaknya saja dalam hal meja kerja. Jadi kalau foto meja kerja diambil pada jaman kemarin, bayangkanlah kesemrawutannya. Ada banyak buku di kanan kiri depan belakang. Kertas-kertas berserakan. Pen dan spidol warna-warni. Tetek bengek macam-macam tempelan di meja ataupun dinding serta board. Lalu kopi yang entah beberapa gelas bisa habis dalam seharian.

Tapi sejak ehm, aku kenal kamu yang rapi, yang nggak suka nyusuh alias nyampah, aku jadi ikut-ikutan membenahi apa yang selama ini menjadi habitku.

Meja kerjaku sekarang lebih bersih. Tidak lagi acak adut kayak dulu. Lebih rapi dan disiplin dalam banyak hal.

Dan ternyata bawaannya jadi lebih jernih lho. Aku nggak lagi hectic kayak dulu. Lebih step by step, one by one ngerjain segala sesuatunya. Makasih ya sudah bawa perubahan yang baik dalam hidupku. Uhuk.

Tapi ya gitu deh, mungkin karena masih adaptasi gaya baru, sekarang load-nya masih kalah produktif dibanding jaman kemarin. Karena agak-agak slow alias woles dan stel kendo kali ya.  Jadi mungkin rapi dan clean serta jernihnya tetap dipertahankan, tapi speed-nya musti ditambah lagi. Biar makin produktif. Aamiin.




Yang sebenarnya aku bisa memakai media apa saja sebagai meja kerja. Entah itu meja komputer, meja tamu, meja teras, meja makan, meja belajar, meja kopi, bahkan lesehan di mana pun bisa jadi meja kerja.

Dan memang seperti yang dulu pernah kuceritakan, kadang kala kita musti pindah-pindah melompat-lompat dari satu pojok ke pojok lain untuk mendapatkan spot terbaik dan ternyaman untuk menulis.  Bisa jadi energi di satu tempat itu sudah mulai terkuras oleh kita, jadi kita perlu cari tempat baru lainnya yang energinya masih full dan bisa kita serap. Gitchu :D

(Ahaha...serasa kayak Elektra aja main strum-struman segala)








Terus, apa aja yang harus ada di meja kerja?
Tentu saja alat kerja, laptop, notes, bolpoin, buku-buku referensi, ponsel untuk tek tok ama editor dll dst, dan jaringan internet.  Alamaaaak kalau tak ada jaringan internet, apalah arti meja kerja. Xixixi

Januari 19, 2016

Bagaimana Kok Sampai Kecolongan

by , in

Bagaimana Kok Sampai Kecolongan

Kemarin saat Turba alias turun ke bawah sekaligus roadshow ke daerah-daerah di kotaku, akhirnya terungkap, terceritakan dan tersadarkan bahwa Demak yang nota bene sebagai kota wali dan kota santri akhirnya kecolongan. Karena konon ada istri salah seorang tersangka teroris berasal dari Demak. Wow.

Bagaimana ini bisa terjadi?
begitulah pertanyaan yang mengemuka.
Mungkin ada asumsi bahwa kecolongan ini disebabkan jamiyah, kumpulan pengajian baik Fatayat ataupun Muslimat dan NU ataupun jamiyah Islamiyah yang moderat pada umumnya, mengalami kendor. karena tak tampak ada pengajian dan kekuatan jamiyah, maka masuklah teroris itu.

Pertanyaan selanjutnya semestinya adalah kenapa pengajian itu menjadi sepi peminat?  ya kan?
Kalau pengajiannya menarik dan memberi banyak manfaat mestinya tetap akan ada banyak pengunjung dan fans-nya.

Aku jadi ingat.
Dulu jaman masih duduk di bangku SMA, aku sudah ikut aktif dalam lembaga Fatayat NU di kotaku. Meski sebenarnya kalau untuk siswa sekolah itu semestinya bergabungnya dengan IPPNU (Ikatan Pelajar NU) Di samping juga aktif di ROHIS SMA yang notabene para mentornya adalah kakak-kakak dari haroki Ikhwanul Muslimin.  Saat itu ibuku sudah wanti-wanti jangan sampai aku ikut aliran yang tidak jelas. Alhamdulillah karena bekal mengaji dan madrasah dari kecil cukup kuat, dalam perjalanannya kemudian aku memang diselamatkanNya dari yang ekstrim-ekstrim.

Saat kuliah, harapanku tadinya ya bisa gabung Fatayat di ibu kota Propinsi tempatku menimba ilmu. Sayangnya ternyata tak ada gerakan  Fatayat masuk kampus Undip, apalagi Fakultas Teknik. Sehingga lagi-lagi aku aktifnya ya di Rohis bareng teman-teman Ikhwanul Muslimin.

Dan yang kulihat sebenarnya ikhwan akhwat haroki ini semangat dan ghirohnya sungguh tinggi. Baik dalam belajar, organisasi, ibadah maupun ukhuwahnya. Banyak dari mereka yang akhirnya S2, S3. Bahkan  sampai  studi keluar negeri berkali-kali. Kalau kemudian  ada pro kontra di belakang hari kemudian tentang keberadaan dan gerakan mereka, kurasa itu karena ada yang menunggangi dan mengompori.

Begitulah.

Kecenderunganku untuk ber-hybrid, menclok sana sini justru membawaku melihat lebih dekat banyak pihak yang seolah berseberangan padahal tidak. Yang diperjuangkan sama kok, Li i'lai kalimatillah. Amar ma'ruf nahi munkar.  Tetapi memang gayanya sedikit berbeda. Maksud hati mungkin  supaya disiplin, sungguh-sungguh dan tercelup benar dengan  shibghotullah. Namun karena ilmu yang kurang, pemahaman yang seadanya, tambah dikangkangi kepentingan sisan, jadilah  beberapa oknum kemudian menjadi ekstrimis, lalu radikal. Dan kemungkinan kemudian ada yang berhasil dicuci otak menjadi gerombolan teroris.

Meski belakangan kemudian terdengar cerita kemungkinan adanya drama yang dibuat oleh oknum yang punya kepentingan juga, sehingga para jihadis teroris ini dimanfaatkan sebagai martir.
Wallahu  a'lam bishshowab.

kembali kepada daerahku yang sempat kecolongan kemasukan teroris, kami saat ini lebih giat lagi turba untuk menghidupkan jamiyah moderat. sekaligus riset memikirkan terobosan-terobosan agar jamiyah ini menjadi menarik dan bermanfaat sehingga tetap diminati umat.

Doakan dan silakan usul atuh, apa-apa saja yang bisa kita lakukan demi menghidupkan jamiyah ini.

Post Top Ad