improving writerpreneurship

Post Top Ad

April 23, 2016

Prosperity Door, Hospitality, Luck And Happiness

by , in
Prosperity Door, Hospitality, Luck And Happiness




When you let some body help you but you're not thankful & grateful enough, maybe your luck someday will become his/her luck.

Coz energi come to its magnet. Just like water come to its reservoir. After those all lessons, will you still become ignorant&thankless man?

Coz someone deserves for those all compliments, we should happy for him/her while we still try harder to be better. Coz race still run

&don't forget to grateful&thankful always. Never underestimate anybody. Coz behind the low profile, there's hidden power we never imagine.

Joining race to not hit anyone else,but to get win-win result for everyone. Coz the era ask us to build anything togeher. Other-centris.

The thing that make heart being breaker is not the achievement which we don't get, but realizing maybe his/her work and pray is harder than us.

it's a little contemplation of this week. we need to write this note so we don't forget the lesson. hope it will be useful for all readers ^_^


April 22, 2016

Profil Dian Nafi

by , in
Profil Dian Nafi

sosmed dian nafi

Pecinta purnama, penikmat hujan. Lulusan Arsitektur Undip.
Pengelola PAUD. Founder komunitas Hasfriend. CEO Hasfa Publishing. Pegiat IIDN, FLP, KEB, GR, BP, WB dan banyak komunitas lainnya. Blogger. Pimred DeMagz. Mentor Kampus Fiksi,
BeWriter, Hasfa Class, Kelas Inspirasi, DN Writing School, Akademi
Berbagi. Pemenang Favorit LMCR ROHTO 2011 dan 2013. Penulis Terpilih
WS Kepenulisan PBA dan KPK 2011, Penulis Terpilih WS Cerpen Kompas
2012. Profilnya dimuat di Harian Analisa Medan (2011) Buku Profil
Perempuan Pengarang dan Penulis Indonesia (KosaKataKita, 2012) Jawa
Pos-Radar Semarang (2013) Alinea TV (2014) Koran Sindo (2014) Tribun
Jateng (2015).
Menang Lomba Menulis bersama A Fuadi, dan antologi tersebut terpilih
sebagai nominasi kategori Buku dan Desain Sampul Non Fiksi Terfavorit
Anugerah Pembaca Indonesia 2012 dan masuk dalam Kick Andy. Novel GUS
masuk dalam short list Terfavorit Anugerah Pembaca Indonesia 2015.
Penulis Novel Mayasmara.Tulisan dimuat di beberapa media, 22 buku
tunggal  dan 84 antologi/omnibook diterbitkan oleh berbagai penerbit.
Di antaranya: Jendela-Zikrul Hakim, Quanta-Elexmedia, Bentang,
Gramedia Pustaka Utama,  Leutika, Hasfa, Imania-Mizan, Familia, Qudsi,
Bypass, Javalitera, Plotpoint, Grasindo, Diandra, Bunyan, Divapress,
Erlangga, Prenada, Nuansa, Visi Media, Indiva.
  http://www.hybridwriterpreneur.com l FB: ummihasfa |
Twitter: @ummihasfa | kbcahaya@gmail.com | 085701591957
April 21, 2016

Mendeteksi Kecenderungan Seksual Sejak Dini

by , in


Mendeteksi Kecenderungan Seksual Sejak Dini





Beberapa waktu lalu saya berkesempatan menghadiri undangan seminar dari Pimpinan Wilayah NU Jawa Tengah di Gedung NU Jl. Dr. Cipto Semarang. Kali ini tema yang diangkat adalah tentang LGBT. Lesbian, Gay, Biseksual and Transgender.


Tak ayal lagi, ruangan hall lantai 3 hari itu full sesak audience. Padahal mereka harus bayar untuk tiketnya dan ruangan sebesar itu dengan audience sebanyak itu membuat AC yang ada seolah jadi tak cukup berguna.

Seminar bertajuk “Deteksi Dini Orientasi Seksual Anak sebagai Upaya Mencegah Fenomena LGBT: Kenali dan Atasi Sejak Dini.”


Nara sumbernya, kak Sinyo Egi, bilang kalau LGBT dan Same Sex Attraction (SSA) itu tidak sama. LGBT itu identitas sosial, sedangkan SSA adalah orientasi seksual.


LGBT adalah identitas sosial, semacam penerimaan diri, pencitraan, identitas formal (KTP, KK, dll), aktualisasi diri yang hadir sebagai lawan dari identitas hetero. Itulah kenapa kaum LGBT juga ingin diakui eksistensinya sebagai kaum hetero seperti persamaan pengakuan di mata masyarakat, persamaan legalisasi pernikahan dan lain sebagainya.


SSA itu orientasi seksual sesama jenis. Misalnya ada orang yang mempunyai SSA dan pernah melakukan tindakan seks sesama jenis tetapi dia tidak ingin menjadi LGBT maka kita tidak bisa menyebutnya sebagai LGBT. Jadi SSA belum tentu LGBT, tapi kalau LGB sudah pasti mempunyai SSA.


Orientasi (ketertarikan) seksual seseorang itu seperti niat. Jika  niat buruk  diteruskan akan berakibat buruk. Sebaliknya jika tidak diteruskan, berarti dia hanya berhenti di niat saja.

Jka niat buruk berhasil  ditahan, kita berhak pahala atas kemampuan mengendalikan hawa nafsu ini.
Selama SSA masih berupa niat maka tidak akan berdosa. Jika sudah berwujud tindakan, maka berdosalah dia.


Apakah SSA bisa disembuhkan? Bisa, asal punya keinginan dan tekad yang kuat,  So, jangan  langsung menghakimi mereka yang baru punya kecenderungan saja. Selamatkan mereka sebelum lebih jauh tersesat. Jangan sampai tindakan dan ucapan serta sikap kita yang apriori justru makin membuatnya semakin jauh dari hidayah dan masuk ke dalam dosa. 

bagaimanapun, orientasi seks sesama jenis ini mungkin juga manusiawi. Jadi sebaiknya tetap sabar dan terus berusaha hidup di jalan Allah. Menikah dengan lain jenis bisa menjadi penyembuhnya.

LGBT muncul tahun 1960an di Amerika Serikat. Mereka menginginkan pengakuan identitas berupa legalitas, normalitas dan sosial. Dua puluh satu negara  di dunia kini telah mengakui LGBT. Semoga negeri kita terselamatkan dari dekadensi moral dan kemanusiaan. Aamiin.

Apa Sih Penyebab Orientasi SSA

Pembelokan orientasi seksual ini bisa terjadi pada masa-masa balita. Jika tidak  dicegah, maka kecenderungan untuk menyukai sesama jenis akan bertumbuh terus.

Kalau memang benar gay bawaan gen,  seharusnya di era modern  ini ditemukan alat untuk mendeteksi orientasi seksual  bayi yang lahir, tapi kan  tidak pernah ada alat  ini. So, sudah jelas setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, alami,  asali.

Pola asuh yang salah, menjadi penyebab perubahan kecenderungan asali.

Yang pertama, pemaksaan dalam mengambil role model. Mereka yang broken home, ada dominasi ibu, atau dominasi ayah, terjadi kekerasan rumah tangga, bisa mengalami hal ini.

Jika  karena ketimpangan peran dan kekecewaan, lalu  anak  tidak mau menjadi seperti ayah/ ibu atau nantinya tidak mau menikah dengan laki-laki/ perempuan seperti ayah/ ibu, ini bisa berbahaya. 

So orang tua punya peranan penting dalam  pencegahan orientasi seksual yang salah. 


Over protective (terlalu dimanja/ dilindungi) juga berakibat tidak baik. Anak bungsu, tunggal, satu-satunya jenis kelamin dalam keluarga atau anak istimewa (paling ganteng, paling putih paling pintar, dll) biasanya akan mengalaminya. 

Yang kedua, jika salah dalam mengambil role model.  Secara hubungan keluarga mungkin harmonis, tapi anak-anak dibiarkan memilih model tanpa diberi pegangan. So dampingi mereka, pilih sekolah dan/atau penitipan anak dengan baik. Bagi yatim piatu, peran ayah dan ibu bisa digantikan oleh  kakek, nenek, bibi, paman, guru atau sosok lain yang bisa membantu dalam proses pengasuhan mereka. 

Selanjutnya juga diberikan gambaran tentang tahapan bagaimana kecenderungan seksual ini mengalami pembelokan dari anak kecil hingga pra remaja dan remaja serta apa saja yang musti kita waspadai dan lakukan untuk meresponnya.


April 21, 2016

Sharing kepenulisan di Sekolah Perempuan

by , in
Sharing kepenulisan di sekolah perempuan




Alhamdulillah kemarin saya dipercaya untuk sharing kepenulisan di sekolah perempuan.
Berikut beberapa kutipannya. Semoga bermanfaat:)


[19/4 19.32] Dian Nafi: Langsung aja ya, saya sharing sedikit cerita saya tersesat di rimba belantara literasi ini. Dan ingin dengar cerita dari teman2 juga :)
[19/4 19.34] Dian Nafi: Berawal tahun 2008 ketika harus Iddah 4 bulan 10 hari di rumah, saya akhirnya kenal fesbuk. Kesedihan dan kehilangan suami secara mendadak dlm kecelakaan membawa saya menuliskannya dalam note2.
[19/4 19.35] Dian Nafi: Mungkin karena itulah ketika ada info lomba nulis, saya lalu dicolek teman2 utk ikutan krn katanya tulisan saya menyentuh hati.
[19/4 19.36] Dian Nafi: Tiga kali ikut lomba nulis, menang terus. Alhamdulillah. Lalu saya memberanikan diri utk nulis yg agak panjang. Novel mayasmara menjadi debut.
[19/4 19.37] Dian Nafi: Karena mau dikirim utk uwrf tapi waktunya sempit sehingga tidak mungkin dikirim via penerbit mayor, karena akan kelamaan prosesnya, saya cetak sendiri. Dan Alhamdulillah laris
[19/4 19.39] Dian Nafi: Hal berikutnya yang menjadi point lagi adalah saat saya menang lomba nulis bareng Ahmad  Fuadi negeri 5 menara.
[19/4 19.40] Dian Nafi: Lalu ikut menulis bareng2 utk 101 bisnis online paling laris dan berturut-turut storycake yg diterbitkan Gramedia
[19/4 19.40] Dian Nafi: Diterbitkan Mizan juga jadi point lagi
[19/4 19.40] Dian Nafi: Kemudian menang lomba nulis di Grasindo dua kali berturut-turut dalam dua tahun juga anugrah
[19/4 19.42] Dian Nafi: Yang saya kejar memang lomba terus, karena saya pernah dengar kalau memang naskah lomba lebih diperhatikan sebab memang penerbit cari pemenang
[19/4 19.43] Dian Nafi: Ada beberapa naskah yang meski tidak keluar jadi juara, tapi saya dihubungi penerbit, kesediaan untuk diterbitkan
[19/4 19.44] Dian Nafi: Ada yang menangnya sebenarnya lomba cerpen utk antologi. Lalu di kesempatan berikutnya dihubungi lagi untuk nulis yang lebih panjang aka novel.
[19/4 19.45] Dian Nafi: Ada naskah yang dipesan penerbit untuk dituliskan versi panjangnya, setelah membaca cuitan saya di Twitter yang diberi tagar judul bakal novel tsb
[19/4 19.46] Dian Nafi: Selanjutnya banyak penerbit yang menghubungi utk nulis tema pesanan ataupun mrk minta stock naskah yg saya punya
[19/4 19.47] Dian Nafi: Alhamdulillah saat ini ada sekitar 22 buku tunggal dan 84 antologi diterbitkan belasan penerbit.
[19/4 19.48] Dian Nafi: Antologi itu buku bareng2 bbrp penulis, misal 8-12 penulis
[19/4 19.51] Dian Nafi: Saya basicnya arsitektur, sebelum itu ya desain dan proyek an. Sama mengelola paud yg saya rintis 2006
[19/4 19.52] Lia SP: Mbak Dian pernah ditipu penerbit tidak?
[19/4 19.53] Dian Nafi: Tapi setelah saya trace kembali, rupanya saya sdh suka nulis dari SD. Ayah memberi hadiah diary saat ultah saya 8 tahun. Selanjutnya saya nulis sampai puluhan diary. Di SMA dan kampus alhmdlh dipercaya jd redaksi majalah dan Mading. Tapi mmg gak pernah terbayangkan sebelumnya kalau dunia literasi ini akan menjadi bagian hidup yang saya cintai
[19/4 19.54] Dian Nafi: Ditipu nggak dibayar royaltinya?
[19/4 19.55] Dian Nafi: Semoga nggak akan ya. Alhamdulillah sampai dg saat ini berjalan baik. Beberapa penerbit besar itu ngasih DP kisaran 2 JT an setelah kita teken kontrak
[19/4 19.57] Maulina SP: Mbak dian. Tulisannya rata2 fiksi ya?
[19/4 19.57] Dian Nafi: Ada fiksi dan non fiksi, sekarang mulai imbang jumlahnya
[19/4 19.58] Maulina SP: Gimana mengembangkan ide untuk jnis penulisan yg berbeda?
[19/4 19.59] Dian Nafi: Untuk non fiksi, saya suka memakai mind mapping dan brainstorming
[19/4 19.59] Dian Nafi: Utk fiksi, saya pakai drama 3 babak dan bbrp pengembangannya
[19/4 20.01] Maulina SP: Maksud drama 3 babak? Maaf mbak masih buta nih
[19/4 20.02] Dian Nafi: Drama 3 babak, Google saja ya
[19/4 20.02] Dian Nafi: Ada banyak penjelasan yg panjang di sana
[19/4 20.02] Dian Nafi: Atau sebagai gambaran singkat di sini
[19/4 20.03] Dian Nafi: Cerita dimulai dengan pemicu (1)  lalu konflik datang (2A) konflik meningkat hingga klimaks (2B) lalu resolusi/penurunan (3)
[19/4 20.05] Dian Nafi: Senangnya nulis tuh karena kita jadi kepancing untuk mengulik lebih banyak hal lagi ya. Misal tadinya embrionya kita punya, berangkat dari kegelisahan, lalu saat eksekusi kita butuh referensi lebih banyak, mau gak mau kita jadi harus banyak baca dan belajar lagi
[19/4 20.06] Dian Nafi: Itu sih yang paling bikin kecanduan dalam nulis
[19/4 20.07] Dian Nafi: Dan kebetulan karena saya ternyata suka panggung, jd tersalurkan saat diminta sharing kepenulisan di kampus, pesantren, institusi, sekolahan, komunitas dll. 
[19/4 20.07] Dian Nafi: Jalan2 gratisnya aja sudah senang, apalagi dapat uang saku
[19/4 20.09] Dian Nafi: Dukanya, kadang penjualan tak selalu bagus. Sehingga kepikiran untuk tak lagi di dunia Kepenulisan, krn kalau ngarsitek duitnya sebenarnya lebih banyak. Hehe. Tapi berhubung cinta, yach balik lagi ke kepenulisan lagi
[19/4 20.10] Dian Nafi: Jadi sekarang ngarsiteknya tetap jalan, meski gak sebanyak dulu krn harus bagi waktu *curcol*
[19/4 20.12] Dian Nafi: Tipsnya sih tetap semangat dan menikmati proses. Semua profesional dulunya amatir
[19/4 20.14] Dian Nafi: Terus mengasah kepekaan utk meningkatkan kualitas tulisan
[19/4 20.15] Dian Nafi: Membranding diri ternyata penting banget. Temukan kekuatan dan kekhasan diri kita sehingga bisa stand out, dikenali dari ribuan penulis yg skrg ada dan terus lahir
[19/4 20.16] Dian Nafi: Kesempatan dan peluang saja tidak cukup, harus ditunjang dengan capability, kemampuan dan kualitas karya utk bisa diterima
[19/4 20.17] Dian Nafi: Jaga attitude agar berhubungan baik dg semua pihak, pembaca, penerbit, dan pihak2 lain yg berkaitan, termasuk sesama penulis
[19/4 20.18] Dian Nafi: Oh ya, maintain atau merawat fans/penggemar juga susah2 gampang 
[19/4 20.19] Dian Nafi: Terlalu dekat kadang bikin dia lihat kekurangan kita, lalu gak lagi jd fans. Kalau terlalu jaga jarak, dikira sombong, yg tadinya lover malah bisa jd hater
[19/4 20.23] Dian Nafi: Crossing atau menyebrang dari zona nyaman juga bisa menjadi salah satu metode utk mengaktivasi kemampuan menulis kita. Utk beri warna baru dst
[19/4 20.24] Dian Nafi: Meski dalam perjalanannya, akhirnya kita akan menemukan sesuatu yg khas, yg benar-benar menarik perhatian kita dan kita kuasai materinya
[19/4 20.26] Dian Nafi: Saya pernah dengar ternyata konon katanya setiap kita punya keberuntungan pemula. Jadi akan tiba masa kita memenangkan sesuatu, sesudahnya kita yg hrs pertahankan
[19/4 20.27] Dian Nafi: Kalau dari pengalaman menang lomba, biasanya karena apa yg saya tulis itu pas sesuai banget dengan tema yang diberikan penerbit
[19/4 20.27] Dian Nafi: Pernah suatu ketika salah seorang editor penerbit yang lombanya saya menang nomer dua, dia buka rahasia.
[19/4 20.29] Dian Nafi: Sebenarnya menurutnya sayalah yg layak juara satu, tapi rapat dewan juri menunjuk naskah penulis yg lebih dulu terjun ke dunia Kepenulisan sbg juara satunya. Begitulah. Namanya juga industri, ada banyak pertimbangan2 selain karya
[19/4 20.34] Dian Nafi: Sukanya lagi insyaAllah saya akan ke Batam, spore dan Malaysia bulan depan, siapa tahu bisa kopdaran dengan teman2 SP dan indscript serta IIDN, yuk :)
[19/4 20.36] Dian Nafi: Saya masih harus banyak belajar untuk bisa menulis yang bagus. Terutama untuk menulis yang detail memang butuh kesabaran, ketekunan dst. Padahal detail itulah yang membuat sebuah tulisan baik fiksi atau non fiksi menjadi bagus, luas dan dalam juga mengena
[19/4 20.44] Dian Nafi: Kalau boleh menyitir ungkapan mbak Dewi lestari, ide/gagasan yang hendak lahir dan dibaca dunia itu sesungguhnya yang membajak/menggunakan kita (using us) sebagai perantara. Ada ide yang mungkin sudah ada, tapi sudut pandangan, perspektif kita yang berbeda lah yang membuatnya istimewa
[19/4 20.47] Dian Nafi: Setiap karya, setiap penulis akan menemukan pembacanya. Ada dua pendekatan dlm menulis, melihat dan mengikuti tren atau menciptakan tren. Just shout out your voice, again and again, anywhere, everywhere, anyhow, whenever, until the tribe sing with us  aamiin
[19/4 20.47] Dian Nafi: Sepertinya itu yg saya bisa sedikit bagikan, smoga bermanfaat. I love to hearing a lot from you all 
[19/4 21.37] Sati SP: Mba dian mau nanya, dengan berbagai aktifitas nulis dan keluarga bagaimana bentuk supportnya? Supaya bisa bagi-bagi antara anak dan nulis
[20/4 03.29] Dian Nafi: Maaf tadi ketiduran, kecapekan. @mbak sari & mbak Ika: saya nulis ketika anak2 sekolah dan tidur. Malam jam 21.30-22.30 dan dini hari jam 3-4.
[20/4 03.30] Dian Nafi: Awalnya ibu belum mendukung, jd saya ngunpet2 kalau nulis. Tapi setelah beliau melihat ada hasilnya dan saya tidak main-main, barulah beliau mendukung
[20/4 03.32] Dian Nafi: @mbak Ima: nama pena tetap Dian Nafi. Menulis bareng mas Ahmad Fuadi itu, memang lomba yang dibuat penerbit, 8 pemenang termasuk saya, tulisannya diterbitkan menjadi antologi bersama tulisan mas Ahmad Fuadi
[20/4 03.45] Dian Nafi: @mbak ima: Buku2 sy yg sdh terbit:antara lain: miss backpacker naik haji (Mizan), 101 bisnis online paling laris, SC mompreneur, SC nikmatnya syukur, SC Ramadhan, SC keajaiban rejeki(Gramedia) ayah,lelaki itu Mengkhianatiku, gue takut Allah (diva) Mesir suatu waktu, just in love (Grasindo) berjalan menembus batas (Bentang) gado2 poligami (Elex) socioteenpreneur (Erlangga) Gus (prenada) Bidadari surga pun cemburu, matahari mata hati (tiga serangkai) muslimah kudu happy (solusi) sarvatraesa (Diandra) mayasmara, lelaki kutunggu lelakumu, segitiga (hasfa) buku2 ABK, rumah tangga penuh cinta (familia) lebih dari bidadari (qudsi) mereka yg menggugat (visimedia) kasumi (Javalitera) dll. Masih punya mimpi utk bisa menembus bbrp penerbit lain yg belum menerbitkan tulisan saya. Hehe. Doakan ya
[20/4 03.46] Dian Nafi: @mbak Vie, lulusan SP mudah-mudahan lebih keren lagi. Saling mendoakan ya:)
[20/4 04.22] Dian Nafi: @mbak sari&mbak Ika: manage-nya, nulis, baca, belajar teknik nulis, berguru, beraktifitas lain masing-masing porsinya 20℅ an. Kalau pas nggak baca buku, biasanya nulisnya juga jd seret, macet atau gak kepikiran punya bahan. Jd makin banyak baca, biasanya jd makin produktif
[20/4 05.22] Dian Nafi: Nyesel juga, krn sbnrnya kenal Ollie sdh cukup lama, tapi kok ya nggak krenthek serius ngeblog dari jaman dulu :(
[20/4 05.25] Dian Nafi: Jadi meski agak telat, sy coba ikut peruntungan di dunia perbloggan juga via www.hybridwriterpreneur.com
[20/4 05.27] Dian Nafi: Alhamdulillah sementara dr blog baru ikut content writing 200rb per artikel 4x dalam sebulan. Article placement 100 rb/buah 8x dlm sebulan.
[20/4 06.15] Dian Nafi: @mery biasanya pemberi kerja(advertising, brand,penerbit, agen dll) yg blog walking jalan-jalan cari2 yg sesuai kebutuhan mrk, atau juga via Googling, ntar kalau jodoh dan rejeki ndilalah nyangkut di blog kita. Jd contact kita hrs tertera jelas di blog agar mudah dikontak
[20/4 06.16] Dian Nafi: @anita idealnya 1 jam itu paling nggak dapat sekitar 4 halaman. Kalau lagi beruntung, sekali duduk gitu bisa dapat 8-12 halaman. Kalau lagi macet, paling cuma 1 halaman atau bahkan cuma coret2 ide/random aja
[20/4 06.32] Sp 24: Pagiii mba dian nafi..salam kenal saya ike dr sp11. Blog saya lagi mati suri mba...lamaaaa blum diisi lagi. Sudah ada niat sih tapi selalu pupus terbang entah kemana hehe 
[20/4 06.40] Dian Nafi: Pagi, mbak Ike, salam kenal kembali. Niat dan tekadnya dipertebal lagi aja, bayangkan bahwa saat nulis di blog itu spt sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Postingan2 di blog yg senada/sama temanya bisa dikumpulkan utk jadi satu naskah buku 
April 21, 2016

Habis Gelap Terbitlah Terang

by , in
Habis Gelap Terbitlah Terang


Sudah lama baca dan dengar kalau Raden Ajeng Kartini dulu sempat ngaji dari mbah Yai Soleh Darat. Sebab dulu waktu film Kartini yang pertama itu, bulikku  sempat jadi figurannya. Bersama Kartini mengaji di Demak. Karenanya sempat kuusulkan juga dengan sutradara dan produser Film Kartini yang akan datang, akan dibintangi Dian Sastro, agar mereka tak lupa memasukkan adegan sangat super penting ini. Dan mereka say yes. Jadi kita tunggu saja kru film shooting di Demak ya. Asyiiik. 


Ketika RA KARTINI bertanya kepada KYAI SHALEH DARAT gurunya pendiri NU dan Muhammadiyah...
" Hukum seorang yg berilmu namun menyembunyikan ilmunya"
“Bagaimana aku dapat mencintai agamaku kalau aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya. Al Qur’an terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apapun. Di sini tidak ada yang mengerti bahasa Arab. Orang-orang di sini belajar membaca Al Qur’an tapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tidak mengerti apa yg dibacanya.”
Perlu diketahui, pada waktu pemerintahan Hindia Belanda, umat muslim memang dibolehkan mengajarkan Al-Qur’an dengan syarat tidak diterjemahkan alias hanya belajar baca huruf arab saja (pengaruh ini masih dapat kita jumpai saat ini, di mana belajar Al-Quran dianggap selesai ketika telah mampu membaca Al-Quran dengan lancar sampai akhir, walaupun tidak paham maknanya –khataman-). Dan ini memang taktik Belanda agar orang-orang Indonesia tidak paham terhadap Al-quran dan akhirnya mereka tidak akan angkat senjata kepada penjajah kafir belanda.
Suatu ketika, Kartini berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak. Saat itu sedang berlangsung pengajian bulanan khusus untuk anggota keluarga. Kartini ikut mendengarkan pengajian bersama wanita lain dari balik tabir.
Kartini tertarik kepada materi yg sedang diberikan, tafsir Al Fatihah, oleh Kyai Shaleh Darat. Setelah selesai pengajian, Kartini mendesak pamannya agar bersedia untuk menemaninya menemui Kyai Shaleh Darat.
“Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?“
...
Pertanyaan ini diajukan Kartini kepada Kyai Haji Muhammad Sholeh bin Umar, atau lebih dikenal dengan Kyai Sholeh Darat, ketika berkunjung ke rumah pamannya Pangeran Ario Hadiningrat, Bupati Demak. Waktu itu sedang berlangsung pengajian bulanan khusus untuk anggota keluarga dan Kartini ikut mendengarkan bersama para raden ayu lainnya dari balik tabir. Karena tertarik pada materi pengajian tentang tafsir Al-Fatihah, setelah selesai Kartini mendesak pamannya agar bersedia menemaninya untuk menemui Kyai tersebut.
Tertegun mendengar pertanyaan Kartini, Kyai balik bertanya,
“Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?“
“Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama (Al-Fatihah), dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?“
Ibu Kartini muda yang di kala itu belajar Islam dari seorang guru mengaji, memang telah lama merasa tidak puas dengan cara mengajar guru itu karena bersifat dogmatis dan indoktrinatif. Walaupun kakeknya Kyai Haji Madirono dan neneknya Nyai Haji Aminah dari garis ibunya, M. A. Ngasirah adalah pasangan guru agama, Kartini merasa belum bisa mencintai agamanya. Betapa tidak? Beliau hanya diajar bagaimana membaca dan menghapal Al-Qurâ’an dan cara melakukan shalat, tapi tidak diajarkan terjemahan, apalagi tafsirnya. Pada waktu itu penjajah Belanda memang memperbolehkan orang mempelajari Al-Qurâ’an asal jangan diterjemahkan.
Kartini menceritakan bahwa selama hidupnya baru kali itulah dia sempat mengerti makna dan arti surat Al-Fatihah, yang isinya begitu indah menggetarkan hati. Kemudian atas permintaan Kartini, Kyai Shaleh diminta menerjemahkan Al Qur’an dalam bahasa Jawa di dalam sebuah buku berjudul Faidhur Rahman Fit Tafsiril Quran jilid pertama yang terdiri dari 13 juz, mulai surat Al Fatihah hingga surat Ibrahim. Buku itu dihadiahkan kepada Kartini saat dia (Kartini) menikah dengan R. M. Joyodiningrat, Bupati Rembang.
Kyai Shaleh meninggal saat baru menerjemahkan jilid pertama tersebut. Namun, hal ini sudah cukup membuka pikiran Kartini dalam mengenal Islam.
Tahu tidak? Sebenarnya ungkapan "Habis Gelap Terbitlah Terang" itu sebenarnya ditemukan Kartini dalam surat Al Baqarah ayat 257, yaitu firman Allah“ …minazh-zhulumaati ilan-nuur” yang artinya “dari kegelapan-kegelapan (kekufuran) menuju cahaya (Islam)”.
Oleh Kartini diungkapkan dalam bahasa Belanda "Door Duisternis Tot Licht". Dan kemudian, oleh Armien pane yang menerjemahkan kumpulan surat-surat Kartini diungkapkan menjadi "Habis Gelap Terbitlah Terang".
April 21, 2016

FGD Air, Perempuan Dan Kongres Sungai Indonesia

by , in
FGD Air, Perempuan Dan Kongres Sungai Indonesia



Bersamaan launch kongres sungai Indonesia II diestafetkan dr pak ke kmrn,kami FGD ttg air di wisma perdamaian gubernuran jawa tengah di semarang.
wakil2 perempuan dr daerah yg byk sungai,demak,Blora,Wonosobo, Salatiga,magelang dll FGD pemetaan permasalahan air&dampaknya bg perempuan.

FGD di wisma perdamaian juga diselenggarakan o/ kongres sungai indonesia,jd semacam event satelit ya:)


akses perempuan terhadap air semakin kecil karena proses privatisasi dan politisasi air dan pengelolaan pembangunan yang bias gender. Sementara itu air sebagai hal esensial dalam hidup, menguasai hajat hidup, menjadi kebutuhan pokok yang pada akhirnya menjadi beban bagi perempuan. 

pemberdayaan perempuan yang dilakukan harus dimulai dari kesadaran dulu, kesetaraan dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan. Untuk itu bagi perempuan perlu
a. dimulai dari belajar pengembangan diri, kepercayaan dan keberanian.
b. dimulai dari yang sudah ada termasuk potensi social, budaya, à kebanyakan mulai dari baru dan tidak sesuai dengan konteknya.
c. Didampingi dg program yang sustainable,

MDS telah melakukan berbagai kegiatan pengolahan air sehat à sehingga perlu diajarkan kepada ibu-ibu untuk menjual air sehat, langsung minum, juga diajarkan bagaimana untuk mencari air tanah. 
Rekomendasi kegiatan : pentingnya penguasaan isu ttg lingkungan utamanya air dan persoalan riil yang dihadapi perempuan. Sehingga harus ada penilaian atas potensi perempuan yang kontekstual, terutama terkait dengan air. 

Ada bbrp alternatif solusi dr hasil FGD yg mudah2an akan segera menemukan jalannya utk action. Di antaranya mgkn akan olah air minum sendiri



April 21, 2016

Sendiri Atau Bersama

by , in
Sendiri Atau Bersama



Kdg2 utk mencapai tujuan, tergantung juga dg kendaraan&cara yg kita pilih. Mau sendirian, barengan, patas, biasa, dll. Smua ada resiko msg2.

Knapa yg mulai duluan tdk selalu memimpin (selamanya)? Seringkali krn terlalu mdh cepat puas,atau bosan,atau lengah.Tdk memperbarui diri dst


The most awful thing is when you lose respect&love that you already have. It's easier to get love than maintain it.

Sadarilah bhw ada cinta(dan atau cinta yg sempat pergi) utk diperjuangkan (kembali). Speak up love to let him/her know.

Meski kalau ditrace ke blkg, meski ikut tumbuh bersama, sesungguhnya sejak awal mmg tak pernah dilibatkan sbg yg turut pegang akun etc

Sebabnya mgkn krn sejak awal mmg sdh tumbuh duluan sblm gabung. Menghindari ada dua A person dlm tubuh,shg mmg tdk kepasrahan admin&semcmnya

kecenderungan mjd advonturir&A person jd sebab tersisihkan saat kup&kekuasaan baru. Tapi bukan menikung juga namanya, hy meninggalkan

Saat jalan takdir menitahkan sbg org yg mmg musti solo,tak ada jalan lain kecuali melebur. Krn establishing a new one will make conflicts.
Di sinilah rupanya pilihan kesetiaan menemukan jalan. Petualang akan temukan kepuasannya, tp ada juga hal2 yg tak bs ia raih krn plhnnya itu
Jk org lain yg ada di tempatku kmrn,apakah yg akan ia lakukan. Cupukah aku krn apa adanya,atau apkh aku lulus krn mungkin yg kmrn adl test?
Jk kmrn test&aku lulus, apakah aku msh hrs tinggal ataukah menemukan strategi baru yg tdk berada dlm bayang2 lama? Atau just let it flow?

Dan setiap org py prioritas msg2. Apakah mjd lebih tulus&berbagi adl capaian utama? Atau being standout&rich become destination?atau imbang?

Is it because 'only love isn't enough' or 'just we don't love enough yet'?


Post Top Ad