improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label santri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label santri. Tampilkan semua postingan
Oktober 11, 2023

Menyempitkan Yang Luas Dan Melonggarkan Yang Ketat

by , in
Menyempitkan Yang Luas  Dan Melonggarkan Yang Ketat



Tentang Hari Santri dan Paradox Branding
tentang nilai-nilai yang makin longgar.

Honestly, this thought firstly come to my mind at last year hari santri. But I postpone to write the complete ideas. Then I lose my mind what it is all about. 

What do you think? 
Should I dig deeper to my last year memory and find what it is all about?


By the way, ngomongin luas, ketat, longgar kok jadi inget lagunya Agnes Monica terbaru ya. 
Get loose get loose get loose.

*wow, how weird!
gimana ceritanya dari hari santri bisa lari ke agnes monica? :D
September 18, 2022

Kumpul Diskusi Peneliti LIPI dan UI

by , in
Kumpul Diskusi Peneliti LIPI dan UI


Subhanallah alhamdulillah pada akhir November kemarin saya sempat hadir pada kumpul diskusi peneliti LIPI dan UI di Depok.

Berangkat dari daerah Jakarta Timur naik angkot oranye langsung ke daerah sekitaran Universitas Indonesia.

Pagi sampai sore itu di sebuah base camp yang memang sering menjadi tempat kumpul dan diskusi para aktifis, scholar, peneliti, saya bertemu dengan banyak orang hebat dan berdedikasi.

Ada pak Bisri Efendi, sahabat Gus Dur, seorang peneliti LIPI. Beliau alumni Leiden University, jurusan sastra. Jadi kami seolah nostalgia Leiden ketika bertemu. Saya bercerita pengalaman selama dua minggu di Holland Juni 2019 lalu, dan memang waktu yang paling banyak aku habiskan di Leiden. Pak Bisri Efendi bercerita pengalamannya selama menempuh master dan doktor di kota Indah itu.

Pak Alfin Siagian yang debat dengan editor novel Gus, tentang semestinya novel itu tidak perlu diedit. Hehehe.

Cak Tarno yang toko bukunya sering dijadikan tempat diskusi para dosen dan mahasiswa Universitas Indonesia.

Dan beberapa lagi lainnya yang datang hari itu untuk mendiskusikan follow up kegiatan workshop kepenulisan yang digelar beberapa waktu sebelumnya. Juga merancang kegiatan lanjutan serta rancangan strategi untuk pengadaan konten digital maupun buku fisik serta tentu saja riset penelitian yang harus dilakukan ke beberapa lokus sumber data yang mau dituliskan .

Dalam kesempatan itu, pak Bisri Efendi memberiku referensi dan meminjamiku buku miliknya,  yang bicara tentang sejarah Demak. Kamu harus baca ini, kata beliau.

Alhamdulillah kubaca bukunya dari awal sampai akhir, dan memang membukakan banyak insight serta wawasan baru.

Untuk jejaring santri yang mereka bangun dan kembangkan, aku janji mengirimkan lima tulisanku terkait pesantren milik keluarga, paklik, bulik, sepupu dan keponakanku.

Dan cita-citaku untuk menulis novel imajiner tentang perempuan-perempuan di masa kerajaan Demak mendapatkan sambutan baik serta dorongan dari mereka. Ayo lekas ditulis, ditunggu terbitnya.
Semoga bisa segera terwujud ya. Aamiin.

Senang sekali meràsakan ambience brainstorming, suasana diskusi ilmiah para intelektual yang mengalir dinamis dan seru ini. Very inspiring and shifting the paradigm.



September 11, 2022

Bengkel Jiwa

by , in
Bengkel Jiwa

Judul: Bengkel Jiwa
Penulis: Awy A Qolawun.
ISBN 978-602-98570-0-9
Penerbit: Hasfa Publishing

Endorsment:
“…Perjalanan spiritual itu tidak rumit. Ia rekreatif, menyenangkan dan jelas petanya. Setidaknya begitulah gaya buku ini bercerita…”
Prie GS –Budayawan




Sebuah buku yang sengaja dalam tutur bahasanya seolah mengajak pembaca untuk berimajinasi mengendarai mobil, terinspirasi dari sebuah hadits bahwa kita hidup di dunia ini adalah laksana musafir.
Berangkat dari kenyataan bahwa lembaran-lembaran kuno nan sakral terasa kian menjauh dari kita seiring dengan makin merenggangnya masa. Yang pada saat yang sama pula, membuat kita semakin terombang-ambing tak tentu arah karena terlalu sedikitnya petunjuk dan peta yang kita terima untuk menempuh jalan hidup yang kian berombak ganas.
Adalah "Qobasat Islamiyyah", tulisan Ustadz Ahmad Al-Qollash, pemikir Islam asal Syria. Buku itulah yang dengan deras mengguyur inspirasi pada Awy A Qolawun untuk menulis buku yang berbicara tentang konsep-konsep sederhana pembenahan jiwa untuk melanjutkan perjalanan menempuh kehidupan.




9 manfaat membeli Buku Inspiratif Bengkel Jiwa
1.Memperoleh tips bermanfaat untuk membenahi jiwa
2. Mengenali Medan Kehidupan, Visi Misi dan Kendalanya.
3. memperoleh peta dan cara rekreatif dan menyenangkan dalam menaiki tangga spiritual serta meraih kesuksesan dan kebahagiaan
4. Manajemen diri dan komunitas untuk sukses dalam pergaulan
5. Dilengkapi kisah-kisah bermakna serta tauladan dari Rasulullah dan para sahabat
6. Cara mencapai kebersihan hati danmemurnikan amal
7. Ada Tips Sukses dalam berumah tangga
8. Tasawuf untuk kecerdasan dan berpikir kritis untuk kebahagiaan hakiki. 
9. Mendapat bonus buku Undimensioned (21 pengalaman para penghafal Alqur'an) berisi kisah-kisah penghafal Alqur'an dan tips tips menghafal Alqur'an



Sila teman-teman dapatkan buku Bengkel Jiwa ini dengan order via sms/wa 085701591957
atau email hasfriends57@gmail.com subject: ORDER_BJ_Nama
Juli 23, 2016

Rembang Bumi Kartini, Pantai Dan Santri

by , in
Rembang Bumi Kartini, Pantai Dan Santri


Saat Ramadan usai, sudah pasti sederetan acara halal bihalal dan silaturahim kita lakoni. Dan tahun ini kayaknya kota-kota yang kami kunjungi tambah lebih banyak daripada sebelumnya. Setelah kemarin silaturahim ke Solo, halbil sekitaran Demak, ke Semarang, Magelang, eh masih nambah lagi ke Rembang nih.

Kali ini supaya refresh, ada tambahan acaranya yaitu...pikniiiiik....

Jadi setelah semalam menginap di rumah saudara, kami jalan-jalan ke wisata bahari pantai Karang Jahe. Pantainya beneran asyik. Macam yang ada di pantai Jepara yang berpasir itu. Jadi kita bisa main pasir, naik boat, berenang, naik perahu, naik delman dan kuda menyisir pantai, minum kelapa muda, makan jagung rebus dan cemilan lainnya. Sembari bercengkerama dan menikmati hari libur terakhir buat anak-anak. Karena hari Senin sudah harus masuk sekolah kembali.



Oh ya, sebelum ke pantai, kami tak lupa bersilaturahim ke rumah salah satu kyai di Rembang yang masih temannya ibu. Sayangnya kami tidak sempat sowan ke ndalem Gus Mus, padahal hanya tinggal menyeberang jalan raya saja sudah sampai lho. Maklum, akunya aja yang pengen ke Gus Mus, tapi yang lainnya kayaknya kurang minat, ya apa mau dikata. Apalagi waktunya memang tidak banyak.

Mudah-mudahan aku dan anak-anak punya kesempatan di lain waktu untuk sowan Gus Mus lagi. Karena yang tahun lalu saat kami ke Gus Mus, beliau sedang tindhak luar kota.

Terima kasih Rembang, sudah melengkapi keceriaan lebaran kami ya :)
April 21, 2016

Habis Gelap Terbitlah Terang

by , in
Habis Gelap Terbitlah Terang


Sudah lama baca dan dengar kalau Raden Ajeng Kartini dulu sempat ngaji dari mbah Yai Soleh Darat. Sebab dulu waktu film Kartini yang pertama itu, bulikku  sempat jadi figurannya. Bersama Kartini mengaji di Demak. Karenanya sempat kuusulkan juga dengan sutradara dan produser Film Kartini yang akan datang, akan dibintangi Dian Sastro, agar mereka tak lupa memasukkan adegan sangat super penting ini. Dan mereka say yes. Jadi kita tunggu saja kru film shooting di Demak ya. Asyiiik. 


Ketika RA KARTINI bertanya kepada KYAI SHALEH DARAT gurunya pendiri NU dan Muhammadiyah...
" Hukum seorang yg berilmu namun menyembunyikan ilmunya"
“Bagaimana aku dapat mencintai agamaku kalau aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya. Al Qur’an terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apapun. Di sini tidak ada yang mengerti bahasa Arab. Orang-orang di sini belajar membaca Al Qur’an tapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tidak mengerti apa yg dibacanya.”
Perlu diketahui, pada waktu pemerintahan Hindia Belanda, umat muslim memang dibolehkan mengajarkan Al-Qur’an dengan syarat tidak diterjemahkan alias hanya belajar baca huruf arab saja (pengaruh ini masih dapat kita jumpai saat ini, di mana belajar Al-Quran dianggap selesai ketika telah mampu membaca Al-Quran dengan lancar sampai akhir, walaupun tidak paham maknanya –khataman-). Dan ini memang taktik Belanda agar orang-orang Indonesia tidak paham terhadap Al-quran dan akhirnya mereka tidak akan angkat senjata kepada penjajah kafir belanda.
Suatu ketika, Kartini berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak. Saat itu sedang berlangsung pengajian bulanan khusus untuk anggota keluarga. Kartini ikut mendengarkan pengajian bersama wanita lain dari balik tabir.
Kartini tertarik kepada materi yg sedang diberikan, tafsir Al Fatihah, oleh Kyai Shaleh Darat. Setelah selesai pengajian, Kartini mendesak pamannya agar bersedia untuk menemaninya menemui Kyai Shaleh Darat.
“Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?“
...
Pertanyaan ini diajukan Kartini kepada Kyai Haji Muhammad Sholeh bin Umar, atau lebih dikenal dengan Kyai Sholeh Darat, ketika berkunjung ke rumah pamannya Pangeran Ario Hadiningrat, Bupati Demak. Waktu itu sedang berlangsung pengajian bulanan khusus untuk anggota keluarga dan Kartini ikut mendengarkan bersama para raden ayu lainnya dari balik tabir. Karena tertarik pada materi pengajian tentang tafsir Al-Fatihah, setelah selesai Kartini mendesak pamannya agar bersedia menemaninya untuk menemui Kyai tersebut.
Tertegun mendengar pertanyaan Kartini, Kyai balik bertanya,
“Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?“
“Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama (Al-Fatihah), dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?“
Ibu Kartini muda yang di kala itu belajar Islam dari seorang guru mengaji, memang telah lama merasa tidak puas dengan cara mengajar guru itu karena bersifat dogmatis dan indoktrinatif. Walaupun kakeknya Kyai Haji Madirono dan neneknya Nyai Haji Aminah dari garis ibunya, M. A. Ngasirah adalah pasangan guru agama, Kartini merasa belum bisa mencintai agamanya. Betapa tidak? Beliau hanya diajar bagaimana membaca dan menghapal Al-Qurâ’an dan cara melakukan shalat, tapi tidak diajarkan terjemahan, apalagi tafsirnya. Pada waktu itu penjajah Belanda memang memperbolehkan orang mempelajari Al-Qurâ’an asal jangan diterjemahkan.
Kartini menceritakan bahwa selama hidupnya baru kali itulah dia sempat mengerti makna dan arti surat Al-Fatihah, yang isinya begitu indah menggetarkan hati. Kemudian atas permintaan Kartini, Kyai Shaleh diminta menerjemahkan Al Qur’an dalam bahasa Jawa di dalam sebuah buku berjudul Faidhur Rahman Fit Tafsiril Quran jilid pertama yang terdiri dari 13 juz, mulai surat Al Fatihah hingga surat Ibrahim. Buku itu dihadiahkan kepada Kartini saat dia (Kartini) menikah dengan R. M. Joyodiningrat, Bupati Rembang.
Kyai Shaleh meninggal saat baru menerjemahkan jilid pertama tersebut. Namun, hal ini sudah cukup membuka pikiran Kartini dalam mengenal Islam.
Tahu tidak? Sebenarnya ungkapan "Habis Gelap Terbitlah Terang" itu sebenarnya ditemukan Kartini dalam surat Al Baqarah ayat 257, yaitu firman Allah“ …minazh-zhulumaati ilan-nuur” yang artinya “dari kegelapan-kegelapan (kekufuran) menuju cahaya (Islam)”.
Oleh Kartini diungkapkan dalam bahasa Belanda "Door Duisternis Tot Licht". Dan kemudian, oleh Armien pane yang menerjemahkan kumpulan surat-surat Kartini diungkapkan menjadi "Habis Gelap Terbitlah Terang".

Post Top Ad