improving writerpreneurship

Post Top Ad

Agustus 17, 2016

Kabur Ke Tanah Surga

by , in
Kabur Ke Tanah Surga

Cerpen

Kabur Ke Tanah Surga

by Dian Nafi





Etra melongokkan kepalanya ke luar jendela dan menangkap pemandangan gelap langit yang masih juga tak ada tanda-tanda akan segera terang. Wajahnya kembali tertekuk saat memandangi satu per satu temannya di dekatnya. Ruang duduk di messnya perusahaan tambang minyak dan gas ini terasa makin sesak saja rasanya.
“Kalian beneran masih akan tinggal di sini selama beberapa hari ini?” tanyanya retoris.
Dia sadar bahwa ketiga rekan di dekatnya ini sesungguhnya juga mulai muak dan bosan terkurung dalam mess. Cuaca buruk di luar sana menyebabkan jadual penerbangan mereka ke Halim tertunda. Sejak tiba dari rig offshore di tengah laut kepulauan Natuna kemarin lusa, hanya tidur makan dalam tempat persinggahan sementara di Matak ini yang mereka bisa lakukan.
“Tapi siapa yang berani minta ijin sama atasan?” Slem angkat bicara. Nama aslinya Slamet.
Sekawanan pekerja off-shore tambang minyak internasional itu saling menelisik, saling menunggu.
“Yach, bareng-bareng ayuk lah minta ijinnya,” Faisal bangkit dari tempat duduknya.
Langkah kakinya yang mantap menuju arah ruangan petugas traffic membuat ketiga temannya segera mengikuti. Sudah lama sekali mereka ingin pergi ke Tarempa, pulau Anambas. Olim kebetulan orang lokal Tarempa. Dialah biangnya yang mengompori gerombolan ini untuk punya mimpi ke tanah yang konon katanya salah satu surga di Indonesia. Tapi kesempatannya tak pernah ada. Setiap dua minggu mereka harus tinggal di tengah laut, di atas platform rig off-shore. Dua minggu sisa bulan itu harus kembali berada di rumah tinggal masing-masing, bersama, anak istri. Mau tak mau. Karena kalau yang jatah dua minggu untuk keluarga itupun mereka ambil buat jalan-jalan, bukan saja mereka akan kena complain dan marah, tetapi juga menghabiskan uang yang tidak sedikit.
Dan tiba-tiba kini mereka terdampar di Matak karena cuaca buruk, seperti membuka peluang bagi terwujudnya impian itu. Ya kan?
**
“Sialan nih orang traffic,” keluh Olim.
Teman-temannya yang lain hanya mengangkat bahu. Apa mau dikata, mimpi mungkin tinggal mimpi belaka. Ternyata permohonan ijin mereka tidak diterima.
“Ayolah, ngopi saja di ruang makan,” ajak Etra sambil memberi isyarat dengan tangannya.
“Ya yuk, ngopi ngopi biar nggak bete. Siapa tahu cuaca akan membaik, sehingga kita bisa segera ke Halim,” sahut Faisal, namun suara lemahnya menunjukkan kalau sebenarnya ia tak begitu bersemangat dengan ajakannya sendiri.
“Kalian nggak denger pengumumannya tadi. Menurut perkiraan, cuaca buruk ini akan berlangsung setidaknya tiga hari. Bisa lebih. Aku sih nggak mau lumutan di sini,” Olim mendengus kesal.
“Aku juga mau ngopi saja,” Slem menyahut, menghentikan omelan Olim.
Sesaat hening..
“......tapi ngopi di Tarempa,” lanjutan kalimat Slem membuat mata teman-temannya membelalak. Mereka semestinya tahu kepada siapa sesungguhnya Slem berpihak. Dua orang yang sekilas sangat berbeda itu sama-sama putra daerah Tarempa.
“So.....” Etra berusaha menebak jalan pikiran yang lainnya.
“Kabur lah. Ayo cepat, selagi masih pagi dan belum banyak yang bangun,” sahut Olim.
“Sekarang? Belum mandi, sarapan, packing....” cerocos Faisal terhenti karena mulutnya keburu dibekap dengan cepat oleh Slem.
Dengan pakaian apa adanya di badan, mereka mengendap-endap keluar dari mess. Olim berjalan paling depan memimpin rombongan pelarian.
“Yang penting padha bawa dompet dan ATM. Kalau nggak bawa, ntar aku traktir lah,” Olim memberi petunjuk perjalanan yang pertama dan utama.
Otomatis masing-masing mengecek dompet di celana. Namun dengan tekad tetap akan menagih traktiran. Semua masih dalam keadaan tegang dan baru cair ketika tubuh-tubuh bergelora oleh kenekatan itu duduk di dalam taksi. Bukan taksi juga sebenarnya. Angkutan umum yang dicarter menuju pantai.
“Apa tadi kata orang Traffic?” Olim memancing perbincangan dengan nada terdengar mengolok-olok orang traffic.
“Kalau mau ke sana ya resiko ditanggung sendiri, kalau ada kecelakaan atau apa company ndak tanggung jawab,” Etra menirukan kembali apa yang mereka sama-sama dengar tadi.
Olim tergelak-gelak. Yang lain ikut tertawa.
“Lha wong dipamitin baik-baik kok nggak kasih ijin.  Ya udah akhirnya main kabur saja,” timpal Slem.
Di antara keriuhan tawa, Olim dan Slem gantian merancang apa yang mereka akan lakukan selama beberapa hari di Tarempa nanti. Sehingga tak terasa mereka akhirnya sampai ke bibir pantai.
Untunglah saat itu sedang ada boat yang  siap untuk segera berangkat. Menggunakan  boat, mereka menempuh satu jam perjalanan menyeberang menuju pulau Tarempa. Biaya tujuh ratus lima puluh ribu rupiah pun  dibagi berempat. Nanti akan ada waktunya tersendiri untuk minta traktiran Si Olim yang sudah siap sedia jadi bos penraktir kali ini.
Pemandangan kepulauan Anambas dari kejauhan, laut dan langitnya benar-benar memukau mereka. Bahkan Olim dan Slem yang asli anak sana juga tak bisa menyembunyikan kekagumannya akan lukisan Sang Maha Pencipta keindahan ini.

Sesampai daratan pulau yang dituju, kaki-kaki yang terbiasa menapaki lantai-lantai dingin platform di tengah lautan itu menikmati pasir dan tanah Tarempa. Mereka sama-sama menggulung lengan baju seragam merah menyala andalan. Juga menggulung celana merahnya sampai ke lutut. Langit dan laut yang membiru, pepohonan hijau yang rapat, coklatnya warna tanah dan pasir berpadu dengan rumah-rumah sederhana yang sebagian besar menggunakan bahan alami.
“Nah! Itu dia orangnya,” seru Olim saat sebuah motor datang dengan dua orang berboncengan di atasnya. Dia mengenalkan keduanya kepada kelima rekan pelariannya.
“Kita akan butuh koki dalam hari-hari di Tarempa. Kenalin ini orang-orang yang masakannya bikin ketagihan,” seloroh Olim.
“Pinter ngaduk kopi juga mereka?” selidik Etra.
“Ntar rasain sendiri ya,” jawab Slem.
“Gila nih bawa sepeda motor plat nomernya sudah lewat masanya,” celetuk Faisal sembari memperhatikan kendaraan yang baru datang itu.
“Di Tarempa itu motor gak ada yang plat nomernya masih berlaku.  Gak ada plat nomernya juga banyak. Karena ya dipakai di situ-situ aja.  Motor hilang ya paling besoknya ketemu karena ndak bisa dibawa keluar pulau,” jelas Olim.
Dua koki lokal itu pun, Harun dan Rudi namanya, membawa mereka belanja ikan untuk dibakar di lokasi air terjun yang akan mereka datangi nanti. Tak lupa masing-masing merogoh dompet untuk belanja baju ganti karena mereka tidak mungkin memakai seragam merah itu selama tiga hari di sini. Untung ada ATM sehingga mereka yang uang cash-nya sedikit bisa mengambil uang sesuai kebutuhan.
Selepas belanja, mereka naik boat satu jam lamanya menuju air terjun. Benar kata orang maupun artikel-artikel di web-web maupun blog itu, ternyata pemandangan air terjun itu benar-benar mengagumkan. Surga di depan mata.
Selagi dua teman baru dari lokal yang ditunjuk sebagai koki itu memasak dan membakar ikan, mereka berangkat untuk mandi dan bermain air di seputaran air terjun.
“Argghh!!”  Teriakan Etra mengalihkan perhatian teman-temannya dari keasyikannya masing-masing. Karena itu lebih terdengar sebagai teriakan kesakitan.
“Ada apa, Tra?” Olim mencemaskan laki-laki yang perawakannya paling kecil dibandingkan mereka semua.
Etra meringis, mengaduh sembari mengangkat bagian tubuhnya dari dalam air. Tampak darah mengalir dari kakinya. Teman-teman langsung mengerubunginya.
“Kayaknya kena batu,” duga Etra. Wajahnya cemas karena darah yang keluar lumayan banyak.
Olim dengan cepat berlari mengambil sesuatu dari balik semak-semak dekat air terjun dan kembali menghampiri Etra. Dengan cekatan sebagaimana ia biasanya menangani mesin-mesin di rig off-shore, tangannya bergerak melakukan penanganan pada kaki Etra yang berdarah. Ia membalut kaki Etra dengan dedaunan tanaman. Wajah-wajah di sana melihat dengan penuh perhatian dan keingintahuan. Ajaib memang karena entah bagaimana, darah yang tadinya mengalir banyak lambat laun berhenti dan mampet. Decak kagum ditengahi penjelasan Olim dan rintihan Etra pun bersambung dengan acara bermain air yang sempat tertunda. Dan tentu saja berfoto dengan latar pemandangan air terjun yang seperti tampak dalam kalender-kalender.  Hari itu ditutup dengan acara makan-makan dan ngopi. Aroma kopi yang sangat menggoda membuat mereka sejenak melupakan peristiwa kaki Etra yang berdarah. Bahkan Etra sendiri pun mengabaikan kesakitannya. Mulut-mulut itupun sibuk menyeruput.
**

Malam itu selepas dari bermain air dan mandi di air terjun, mereka kembali naik boat menyeberang untuk menginap di Tarempa. Tubuh-tubuh yang lelah itu pun ambruk dalam penginapan, sudah tak terbalut seragam merah-merah sebab sudah berganti kaos dan celana yang baru saja mereka beli hari ini.
Pagi-pagi sekali bakda subuh, tubuh-tubuh yang kemarin letih itu telah bugar kembali dan duduk di kursi-kursi warung dekat penginapan. Akhirnya momen yang mereka idam-idamkan sejak lama itu terwujud juga. Ngopi di Tarempa. Hidung kembang kempis menghidu harum aroma kopi yang tersaji dalam cangkir-cangkir bergambar sulur dedaunan.  Bibir menyesap dan menyeruput kopi hitam nikmat itu bahkan sampai ke ampas-ampasnya. Berbagai penganan, jajanan juga menemani sarapan mereka di situ. Nasi lemak seperti yang biasa tersaji di Malaysia menjadi salah satu hidangan istimewa pagi ini.
Usai ngopi, sarapan dan mandi, mereka bergegas menuju destinasi selanjutnya. Memanjat, naik ke gunungnya juga. Kepayahan yang mereka harus tempuhi sepadan dengan pemandangan yang mereka bisa lihat dari atas. Keseluruhan pulau Tarempa  tampak semuanya.
Dan ada pula  air terjun yang sangat tinggi. Etra dan teman-teman asal Jakarta tidak berani naik ke batu-batuannya dari bawah. Ada satu temen yang dari Batak. Sepertinya dia sedari  kecilnya memang sudah terbiasa.  Dia naik ke atas sendiri sampai ke hulunya air. Jadi  sampai ke ujung.
Kalau orang lokal jangan ditanya, jelas saja mereka sangat berani. Termasuk Olim dan Slem.
Malamnya mereka kembali menikmati lezatnya ngopi di Tarempa dan makan ikan bakar yang sangat sedap. Tempat makannya ramai dan enak di pinggir pantai. Mereka takkan mungkin melupakan salah satu malam yang indah dan menyenangkan itu.

**
Sayangnya suasana menyenangkan semalam jadi agak rusak pas mereka mau pulang. Pagi itu  jam  tujuh sesuai kesepakatan dan janjian semalam, seharusnya mereka sudah berkumpul di pantai bersama dua teman lokal. Sebab siang itu mereka serombongan harus  balik ke halim dan dua orang lokal ini akan turut serta sebab hendak mengikuti training.
Namun ditunggu sampai jam tujuh lebih, Rudi tak juga nampak. Telponnya  mati. Dicari ke rumahnya tidak tampak batang hidungnya. Dari orang rumahnya, mereka dapat info kalau Rudi  ke rumah orang tuanya ternyata dan agak jauh. Etra mengajak Harun untuk menjemput Rudi dengan naik ojek. Tapi Harun tidak mau.
“Bagaimana ini. Saat ini  susah lho di sini bahan bakarnya. Lagi mimim stock jadi nggak ada boat yang bisa jalan,” kejar Olim.
Infonya barusan membuat teman-teman yang ada di depannya yang tadinya sudah stress karena bisa kena warning, menjadi semakin stress saja.  
“Sekarang cuman ada satu boat akhirnya yang bisa,” lapor Harun.
Mereka kasak kusuk, takut terlambat juga di Mataknya. Akhirnya Rudi pun ditinggal, padahal dia yang sebenarnya guide mereka jalan-jalan dan banyak yang membayar-bayarkan ongkosnya.
Saat sudah mau sampai boatnya di Matak, Rudi  baru telpon dan marah-marah besar. Dia minta boatnya balik karena tidak ada boat lain yang bisa jalan. Dia bilang, “kalian ini tidak terima kasih ya. Aku gak kenal lagi sama kalian ya. Dia terus menyerocos lewat telpon.
Mereka tetap bersikeras sampai Matak karena takut habis juga solarnya nanti kalau balik lagi ke Tarempa. Sampai Matak mereka cari-cari boat yang menganggur.. Untungnya masih ada satu yang bisa. Itupun minim solar dan mereka pakai untuk menjemput. Uangnya dibayarkan dulu.
Mereka pun menunggu Rudi dijemput.
Begitu sampai Matak dia langsung marah-marah besar. Mereka berempat hanya diam aja dan berusaha menenangkannya dengan memberi tahu kisahnya tadi.
Rudi memukul  Harun, temennya yang  sama-sama dari Tarempa itu.  Dia tentu tidak berani memukul teman-teman yang dari Jakarta. Dengan mereka, dia cuma berani mengomel dan marah.
Etra mencoba memisahkan Rudi dan Harun, tapi malah dia dibentak-bentak. Lalu rombongan itu menyodorkan Olim yang paling senior siapa tahu dia bisa luluh. Eh dia tetap marah, sambil bilang,”gak kenal lagi sama bapak, karena bapak nggak tahu terima kasih.”
Akhirnya mereka membawa dua mobil ke bandara Matak. Rudi tidak mau ikut mobil sewaan teman-temannya.  Smenjak itu ramailah berita di off-shore. Sekitar dua bulanan dia tidak mau menyapa gerombolan itu. Tapi lama kelamaan mulai reda. Malahan marahannya dia jadi bahan ledekan di offshore. Kalau lagi padha ketemuan atau guyon, tahu-tahu ada yang  menyeletuk, “eh aku nggak kenal bapak ya. Siapa bapak. Aku gak kenal.” Dan gerrr semua jadi tertawa-tawa ingat kejadian itu. Jadi guyonan akhirnya. Rudi beruntung karena akhirnya dia lolos jadi anggota dewan daerahnya dan resign dari offshore.  
“Kalian beruntung lho bisa ngopi di Tarempa,” ujarnya suatu ketika saat ketemu lagi sama gerombolan pelarian itu.
“Iya, teman-teman yang sudah puluhan tahun kerja di offshore saja belum tentu bisa jalan-jalan kayak kita lho,” aku Etra.
“Yach memang rejeki,” sahut Olim.
“Dan butuh berani untuk nanggung risiko,” imbuh Slem.
“Kalau ketahuan  ada risiko siap-siap ditendang he he,” Faisal terkekeh.
“Kayaknya orang traffic tahu sih tapi kita cuek saja jadi tidak masalah,” kenang Olim.
“Haha, tapi kita tetap kena marahnya Harun,” Etra meringis.
“Eh yang jadi sasaran marah sebenarnya Harun kan, karena mereka sama-sama anak Tarempa yang  mau training bareng ke Jakarta waktu itu,” Faisal meraba-raba.
“Iya,” Rudi menyambar cepat.
“Eh bapak siapa. Saya tidak kenal bapak ya,” celetuk Etra.
Dan semua terbahak-bahak ingat kejadian itu.
“Oh, untungnya ngopinya enak banget ya di Tarempa. Aku sih nggak kapok. Masih ingin ke tanah surga itu,” Faisal menimpali.
Teman-temannya manggut-manggut setuju sembari pikiran mereka menerawang kembali keasyikan saat-saat ngopi di tepi pantai, di tanah Surga, Tarempa kepulauan Anambas.






**

Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti
Kompetisi Menulis Cerpen #MyCupOfStory Diselenggarakan oleh GIORDANO dan
Nulisbuku.com
Agustus 15, 2016

Novel Sarvatraesa Sang Petualang

by , in
Novel Sarvatraesa Sang Petualang




Check it out : Teaser & Sneak Peek-nya di twitter @sarvatraesa01book trailer


Apa yang lebih mengganggu daripada rasa kepenasaran. Apa yang lebih melukai ketimbang rasa dikhianati setelah memberi kepercayaan. Apa yang lebih ditunggu kecuali balasan rasa cinta yang telah penuh diberikan dan membutuhkan setidaknya penerimaan.


Dia yg berasal dr keluarga sederhana, merasa tertohok harga dirinya ktk keluarga profesor mengungkit kembali latar belakangnya.Meskipun benar Sarva tampan dan cerdas, dia bukanlah siapa-siapa jika bukan keluarga sang profesor yang mengangkat derajatnya.Dia berusaha mencari kehormatan bagi dirinya sendiri dengan melepaskan bayang-bayang mertuanya.Dia pergi ke Aceh,juga ke Ambon.Mengabdikan diri sbg dokter tentara di daerah yg penuh silang sengkarut itu. Istri dan anaknya di Jakarta sesekali ditengoknya.Di Aceh maupun di Ambon, Sarvatraesa terlibat cinta dengan perempuan lain. Dan byk tempat lagi utk memuaskan petualangannya. Istrinya-Davina- meradang dan berharap jika Sarva hendak menikah lagi, dia rela berbagi tetapi hanya dengan Mayana.Krn dia tahu Mayanalah cinta pertama #Sarvatraesa. Yg menghabiskn seluruh rasa lelaki itu shg tak bersisa utk siapapun,kecuali petualangan2Apakah Mayana menerima permintaan gila ini? #sarvatraesa


lihat sneak peek-nya di fb page: https://t.co/lIoY6UeJS2ikuti di twitter @sarvatraesa01


Novel #Sarvatraesa sdh hadir dan bisa dibeli di toko buku @gramediabooks @TokoGunungAgung Karisma dll. Selamat membaca ya.Novel #sarvatraesa juga bisa dibeli di >> http://t.co/DTsrkMaWdMNovel Sarvatraesa http://t.co/mCyspoK5Ny … @gramediabooksNovel Sarvatraesa Sang Petualang - Toko Buku Online:http://t.co/4AlaB40ep6 @bukukitaNovel #sarvatraesa #series #mayasmara juga bisa dibeli online >> http://t.co/iONijXulwn

Agustus 15, 2016

Tips Menulis Titien Wattimena

by , in
Tips Menulis Titien Wattimena



Nggak tahu gimana tiba-tiba saat browsing tips-tips menulis dari para sineas di Indonesia, kemudian bisa ketemu kiat-kiat yang dibagikan mbak Titien ini dalam beberapa kesempatan. Semoga suatu saat bisa benar-benar punya kesempatan untuk bertemu dan belajar langsung dari beliau. Aamiin.


Nama Titien Wattimena di industri perfilman Tanah Air memang sudah sangat tidak asing lagi. Mengawali karier sebagai asisten sutradara untuk video klip, iklan televisi dan profil video, Titien kemudian menjadi asisten sutradara Rudi Soedjarwo sekaligus untuk pertama kalinya menulis skenario lewat film Mengejar Matahari (2004). Setelah itu kariernya sebagai penulis skenario pun mulai berkembang sambil tetap menjadi asisten sutradara bahkan mulai mencoba duduk di kursi sutradara.
 
Beberapa proyek film besar pernah lahirkan dari tulisan Titien, diantaranya Love (2008), D'Bijis (2007), Minggu Pagi di Victoria Park (2010), Love in Perth (2010), ? (2011), Milli & Nathan (2011) dan Hello Goodbye (2012). Khusus di film Hello Goodbye, selain menulis Titien juga mencoba duduk di kursi sutradaranya.
 
Setelah hampir setahun tidak merilis karya terbaru, kini wanita kelahiran Makasar, 8 Juni 1976 ini sebentar lagi siap memperkenalkan film terbarunya yang berjudul Cahaya Kecil. Apa yang membuat Titien kembali ke posisi penulis naskah setelah sebelumnya menjajal kursi sutradara? Kenapa Titien seakan identik dengan film drama? berikut hasil wawancara tim Cinema 21 bersama Titien di sebuah cafe di kawasan Setia Budi.
 
Hallo mba, ceritain dong soal film terbarunya yang berjudul Cahaya Kecil?
"Awalnya sih aku di ajak ketemuan sama bu Andre (produser) dan mba Lis juga. Ide awalnya sudah ada dari dia yaitu mengenai hubungan ayah ke anak laki-laki, terus ingin libatkan profesi musik juga tapi saat itu belum tau arahnya dan segala macamnya maka kita meetingin mau ke arah mana, mau seklise ngetop lupa sama bapaknya atau agak di twist. Setelah itu aku coba tulis sinopsis dan mereka suka."
 
Berapa lama pembuatan sinopsis dan skenario Cahaya Kecil?
"Kalau nggak salah 2 minggu hasil sinopsisnya sudah kelar. Kalau skenario jadi, buatnya cukup lama sekitar 2-3 bulanan gitu. Selama persiapan juga ada revisi-revisi sedikit sih.
 
Inspirasinya darimana saat nulis naskah film Cahaya Kecil?
"Inspirasi soal hubungan ayah dan anak bisa darimana aja sih terlepas profesinya sebagai musisi. Ada juga dari pengalaman pribadi dan teman-teman yang dua-duanya musisi. Intinya adalah cerita tentang seorang anak yang tidak mencintai ayahnya, itu aja yang coba digali." 
 
Ini kan film soal hubungan Ayah dan anak laki-lakinya, kira-kira bisa dinikmati oleh kaum perempuan juga nggak?
"Mudah-mudahan bisa sih, karena ini kan bisa kejadian ke anak cewek juga, ya seharusny bisa dimengerti. Disini sosok ibu ada tapi sedikit karena mau konsen ke ayah dan anak aja."
 
Mbak kan kemarin sempet duduk di kursi sutradara, kok sekarang balik lagi jadi penulis naskah?
"Menulis dan sutradara itu harus sejajar, jadi nggak ada istilah balik lagi atau gimana. Pas jadi sutradara di film Hello Goodbye aku memang lagi menunggu saat yang tepat aja, sekarang momentum itu belum ada lagi." 
 
Lebih enak mana mbak, jadi sutradara apa penulis naskah?
"Lebih enak nulis sambil direct sih. Bedanya kalau nulis itu kita ketemu dengan tokoh-tokoh hayalan, kalau direct kita ketemu orang benaran dengan karakter beda-beda."
 
Biasanya film yang mbak tulis itu punya kesan yang mendalam lho, rahasianya apa sih?
"Kalau menurut aku harus ada pengalaman pribadi sih. Mengenai masalah kedalaman ya seorang penulis itu harus banyak 'luka', kalau nggak punya luka kayaknya agak susah untuk menulis yang dalem-dalem dan akan lurus-lurus aja."
 
Kenapa sih mbak Titien lebih sering menulis film drama, apa nggak bosen?
"Kalau soal drama bukan aku yang pilih, tapi drama yang pilih saya. Sepertinya memang disitu rezeki aku, kalau sudah bicara drama mereka pasti mencoba ke aku. Sempet bosen juga sih, sebelum film Hello Goodbye itu aku lagi bosen banget sebenarnya, makanya aku coba menulis sambil menyutradarai."
 
Apa genre lain yang pengen banget mbak tulis naskahnya?
"Drama musikal. Karena aku memang suka juga sama musik dan di film Cahaya Kecil aku nulis lirik sondtracknya."
 
Apa batas toleransi mbak terhadap naskah yang dirombak oleh sutradara?
"Yang penting pesan dari film itu bisa sampai, itu aja sih. Pasti ada kebijakan di lapangan dimana naskah aku harus dirombak dan itu memang ranah kekuasaaan sutradara. Yang terpenting jangan rubah pesan serta esensinya. Kebetulan sutradara film Cahaya Kecil kan Benni Setiawan yang juga seorang penulis, jadi aku menaruh kepercayaan besar terhadap beliau mengenai naskah yang aku buat."
 
Ada ritual khusus nggak sih dari seorang Titien Wattimena ketika sedang menulis naskah film?
"Nggak ada sih. Paling kalau lagi ada mood ya harus langsung ditulis mau itu di buku, di laptop, HP dan sebagainya, kalau sudah di rumah takutnya mood aku bisa hilang."
 
Di film terbarunya nanti apa sih sebenarnya pesan yang ingin coba disampaikan?
"Intinya ya tentang cahaya yang kecil dimana filosofisnya cahaya kecil itu lambang harapan. Sekecil apapun itu ya tetap ada harapan, antara hubungan ayah dan anak nggak selalu yang menjadi cahaya itu orang tuanya. Anak juga bisa kasih cahaya buat sang ayah."
 
sumber: http://www.21cineplex.com/exclusive/titien-wattimena-drama-yang-memilih-saya,157.htm

Mbak Titien menyampaikan tentang ide pokok, dan rumus cerita. Setelah itu, kita menulis sinopsis dari ide pokok/ide cerita yang dikembangkan bersama-sama.
Bagaimana mendapatkan ide pokok?
1.       Mengembangkan dengan hal-hal yang sederhana
Contoh:                   Hidup adalah …. -> Hidup adalah kursi, ….
                                Kalau cinta adalah kopi ….
2.     Hidup kita sendiri: ada titik-titik yang sudah dijalani, kesimpulan-kesimpulan dalam setiap waktu
3.       Membaca buku : quotation, kata-kata bijaksana
Setelah dapat ide pokok, kita harus memikirkan kendaraan/bungkusnya -> tema

Contoh:

IDE POKOK
Orang yang tidak pernah berbuat salah adalah orang yang tidak pernah mencoba hal baru

PREMIS/TEMA
Ibu rumah tangga:
Seorang ibu rumah tangga yang menjalani hidupnya dengan monoton, sampai suatu titik ia ingin menjadi pembalap

Karakterisasi: dari lahir, kecilnya seperti apa dan seterusnya

Nama    : Susana Wardoyo (Susan)
Umur    : 35 tahun
Lahir di tengah keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas
Anak bungsu dari 3 bersaudara dengan kakak laki-laki semua
Hubungan dengan orang tua lebih dekat dengan ayah karena dia anak satu-satunya.
Sementara dengan ibunya, hubungannya biasa-biasa saja, karena ibunya lebih memperhatikan kedua kakak laki-lakinya.
Hubungan dengan kakak-kakaknya, Susan lebih banyak dikerjai oleh kakak-kakaknya, sering disuruh-suruh, dianggap tidak pintar dan sering diremehkan.
Sifat: cenderung tertutup, hanya terbuka pada ayahnya saja

Karakter itu panjangnya bisa 2-3 halaman

Rumus Cerita:

Susan   -> tujuan: needs (isi) dan wants (bungkusan)
è Halangan (konflik)
Tujuan Susan     : needs -> keluar dari kehidupan monoton
                             wants -> menjadi pembalap
Rumus Film komersil:
Needs harus terpenuhi, tetapi wants-nya tidak harus terpenuhi
Halangan: anaknya masih kecil, suami tidak setuju, tingkat kesulitan ekonomi, umur.
Tentukan apakah wants-nya akan terpenuhi.
è Ada halangan dan harus ada yang dilakukan
è Mencapai titik jenuh dan belajar balap
Susan:
-          10 tahun menikan
-          Menjalani rutinitas
-          Menonton balap lagi
-          Bertemu dengan Budi
-          Mulai belajar balap
-          Sembunyi-sembunyi
-          Jatuh cinta
-          Situasi makin rumit
-          Suaminya mencoba latihan juga
-          Suaminya kecelakaan
-          Suaminya ada perubahan
-          Susan berhenti balap
SINOPSIS

-         Sinopsis itu biasanya 2-3 halaman.
-          Hanya ditulis titik-titik menariknya.
-         Seperti menulis cerpen, ada kecenderungan menggunakan kata-kata yang berbunga-bunga dan puitis.
-          Terdapat penutup (kesimpulan cerita).
-         Sinopsis itu harus jelas dari awal sampai akhir, karena sinopsis akan digunalan untuk ‘jualan’ ke orang-orang yang akan ditawarkan seperti sutradara atau produser
-         Jika sinopsis diterima, maka fungsinya akan berkembang dan dibawa ke investor atau sponsor untuk pembiayaan
Berikut adalah sinopsis yang kita tulis dari pembahasan bersama: 
SINOPSIS
               
Susan adalah seorang ibu rumah tangga yang telah 10 tahun menikah, namun pernikahannya berjalan hambar. Susan merasa tertekan dan bosan dengan kehidupannya. Sementara hubungannya dengan suaminya bukanlah hubungan suami-istri yang romantis.

Suatu hari Susan menemukan foto lama ayahnya dan dirinya di arena balap. Susan dan ayahnya dulu sangat senang menonton balapan bersama. Di hari itu Susan pun memutuskan untuk pergi menonton balap sendirian.

Di situlah Susan bertemu dengan Budi, seorang pembalap senior. Dari situlah Susan berkeinginan belajar balap lagi dengan Budi. Dia pun mulai belajar balap tanpa diketahui suaminya. Kebersamaan mereka berubah menjadi benih-benih cinta. Situasi menjadi bertambah rumit, karena suaminya mulai curiga dan anak-anaknya mulai bertanya-tanya mengapa Susan jarang berada di rumah.

Sampai di suatu titik, Wardoyo mengetahui apa yang Susan lakukan, bahwa Susan belajar balap. Tetapi Wardoyo tidak mengetahui bahwa Susan telah jatuh cinta dengan Budi. Setelah itu Wardoyo ingin memberi kejutan kepada Susan dengan belajar membalap juga, tetapi ternyata Wardoyo mengalami kecelakaan. Kejadian itu kemudian menyadarkan Susan bahwa ternyata bagaimana pun Wardoyo ingin melakukan apapun untuk Susan.

Susan sadar dan meninggalkan Budi dan dunia balap. Susan tidak pernah mewujudkan keinginannya untuk menjadi pembalap, tetapi Susan berhasil keluar dari kemonotonan hidupnya

Selesai

Jakarta, 21 Agustus 2010
-nama-

sumber: http://prillyiryati.com/kiat-sukses-jadi-penulis-skenario-profesional-bagian-2-sinopsis/
Agustus 13, 2016

Halal Bihalal KBIH Alfattah

by , in

 Halal Bihalal KBIH Alfattah



 Alhamdulillah sejak turut KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) Alfattah saat ziyaroh haromain di tahun 2019, akhirnya otomatis tergabung dalam Jamaah KBIH ini. Perkumpulannya rajin mengadakan silaturahim setiap semester sekali dan halal bihalal bihalal setahun sekali.

KBIH Alfattah termasuk KBIH yang paling awal hadir dan lahir di kota Demak. 

 Adalah mula-mula almarhum ayah yang dulu sering menjadi pembimbing ibadah haji dan umroh para pejabat dan pengusaha di Semarang, membawa kebisaan, kemampuan dan kebiasaannya membimbing para jamaah haji ini ke Demak.

Beliau menularkan pengetahuan, strategi, kiat-kiat juga bahkan alat-alat serta fasilitas untuk manasik haji pada adik perempuan dan iparnya. Dan mereka berdua inilah yang kemudian mengembangkan KBIH ini sampai dengan sekarang.

Hari itu saat halal bihalal sejak dari pembukaan acara.hingga acara berakhir, para jamaah ini khusyu mengikuti semua rangkain acara. Saat kami semua berdiri mahallul qiyam ketika pembacaan maulid, langsung bulu kuduk merinding, dada haru, mata mengembun. Teringat saat-saat kami berdiri berjajar di lorong maktab Makkah membaca maulid dan burdah juga. Kegiatan rutin tiap malam Jumat yang diselenggarakan di antara padat jadual acara dan kegiatan lainnya.

Allahumma sholli ala sayyidinaa Muhammad.
Dan kami rindu Rasul.
Rindu Masjidil Haram, rindu Makkah.
Rindu Masjid Nabawi, Raudhah, rindu Madinah. 
Agustus 13, 2016

Halbil Dan Raker Majelis Ulama Indonesia

by , in
Halbil Dan Raker Majelis Ulama Indonesia









Halbil dan raker Majelis Ulama Indonesia (MUIkota Demak 2016 ini diselenggarkan di Gedung graha bina praja.

Berikut beberapa kutipan dari pembukaan acara. Antara lain disampaikan tentang 5 peran MUI: warotsatul anbiya, pemberi fatwa, pembimbing pelayan umat, islah wa tajdid, Amar Maruf nahi Munkar.

Dan juga dilemparkan ke audience, pertanyaan kontemplatif: Apa sekiranya engkau jadi pemimpin, justru kerusakan yang kamu buat? Ditulikan telinganya dan dibutakan matanya?


Halal bihalal dan Rapat Kerja MUI ini merupakan rangkaian dari kegiatan yang telah diadakan sebelumnya, pemilihan kepengurusan baru dan seminar.

KH Moh Asyiq akhirnya terpilih menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Demak periode 2011-2016 dalam Musyawarah Daerah (Musda) yang berlangsung pada Rabu, 29 Juni 2011, di pendopo kabupaten Demak.

Menurut panitia penyelenggara, H Abdurrahman Kasdi Lc, M.Si, forum ini selain memilih ketua dan pengurus harian, juga memilih formatur guna melengkapi kepengurusan yaitu komisi/bidang.

Dalam kesempatan Musda ini juga diadakan seminar yang dibuka langsung oleh ketua MUI Jawa Tengah KH Rofiq Anwar, dengan mengambil tema “Meneguhkan Ajaran Islam Rahmatan lil Alamiin untuk Bangsa dan Negera“ dengan pemateri, Bupati, Kapolres, dan Kakan Kemenag Kabupaten Demak.

MUI merasa prihatin dengan merebaknya ajaran menyimpang, radikalisasi ajaran, banyaknya kekerasan yang mengatasnamakan agama, seperti kekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah, bom bunuh diri dan kekerasan lainnya yang mengancam perpecahan umat Islam dan mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Agustus 13, 2016

Review Buku Generasi Copy Paste

by , in

Review Buku Generasi Copy Paste



Teknologi semakin berkembang, banyak lahirnya media sosial dengan aneka pilihan sesuai kebutuhan. Dari friendster, Yahoo Messanger, Facebook, twitter, Whatsapp, Instagram, Path, Line, Kakaotalk, dsb.  Ditunjang dengan telepon genggam super pintar yang membuat orang-orang dapat meng-update status dengan cepat, mencari artikel atau apapun dengan akses internet di genggaman tangan. Komunikasi pun semakin hidup dua puluh empat jam penuh tanpa batas dan bisa bebas berkomunikasi dengan orang-orang yang berada di belahan bumi yang berbeda. Pergerakan informasi yang semakin cepat lewat broadcast di medsos atau chat online yang mudah tinggal di copy paste, membuat orang jarang sekali menilik apakah informasi yang disebar itu bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.


Orang yang berakal adalah mereka yang mau mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya, dan yang menggali serta merenungi hikmah dari apa yang didengarnya. Istilah kata mutiara bahasa Arabnya, “al-aqil, man i’tabaroo bi maa ro-a, wa itta’adzo bi maa sami’a”. Bahwa orang yang mau berpikir adalah yang mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya, dan memetik pesan dari apa yang didengarnya. (halaman 5).
Dengan membaca buku, “GENERASI COPY PASTE”, karya Awy A. Qolawun. Buku ini ditujukan untuk setiap muslim yang ingin belajar dan memperbaiki kualitas keislamannya, menjaga keistiqomahan dan dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain serta sebagai kado yang penuh manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Buku ini berisikan; Bab I tentang pelajaran dari cerita lucu, Bab II tentang pelajaran dari kekonyolan diri, Bab III tentang  lebih dekat mengenal Islam.
Pada Bab 1 tentang pelajaran dari cerita lucu, dalam buku ini dijelaskan mengenai kisah-kisah lucu dan tentu ada hikmah yang bisa dipetik. Pada momen 4; Pak Kyai dan Rok Noni Belanda, dikutip pendapat Imam Ali yang menggariskan sebuah kaidah kehidupan yang sangat besar, bahwa lihatlah apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang mengatakan (Halaman 18).
Bab II tentang pelajaran dari kekonyolan diri. Pada momen 17;  Kalau  makan suka pakai sendok apa Tangan? Penulis menceritakan kisahnya dan mengambil kisah nyata yang dialami Hasan Al-Banna, saat sedang wisata kuliner di sebuah resto mewah di Perancis (Hal : 65). Tentu dengan ulasan yang sangat menarik dan jawaban dari sudut pandang islam dan dari segi kedokteran.
Bab III tentang  lebih dekat mengenal Islam. Pada momen 24,  doa Bahasa Jawa. Lah kok bahasa Jawa? Nggak bahasa Arab? Pakai bahasa sansekerta sekalipun tak jadi soal, bukan sebuah kewajiban berdoa dalam bahasa Arab, karena Allah Ta’ala adalah Pencipta bahasa dan tentu saja paham semua bahasa (Hal : 95).
Pada momen penutup: Merenungi Kebodohan.
Dalam ilmu ushul fiqh dijelaskan, bahwa bodoh itu ada dua jenis:
1. Bodoh sederhana (Jahl Basith)
2. Bodoh Bertumpuk, bodoh kuadrat (Jahl Murokkab).
Penjelasannya, Jahl Basith adalah semisal kebodohan yang dialami orang-orang pedesaan yang lugu, atau anak-anak kecil yang baru belajar, belum tahu apa-apa.
Sedangkan Jahl Murokkab, adalah bodohnya orang pintar orang berilmu, yang tak pandai menerapkan ilmu sesuai dengan apa yang diketahuinya.
Hal yang tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh ustadz, kyai, guru, doktor bahkan professor sekalipun.
Jadi, jangan mudah mengkultuskan seseorang. Sampai jika salah tetap dibenar-benarkan, dicarikan penafsiran, diinterpretasikan yang macam-macam. Ini juga jenis kebodohan. Manusia, selama bukan Nabi, maka tak ada garansi selamat dari kesalahan dan kebodohan (Halaman 135-136).
Secara umum buku ini berisi kisah-kisah penuh makna, yang bisa diambil hikmahnya. Banyak ilmu yang disisipkan, gaya penyampaian yang penulis tuturkan sederhana dan mudah dicerna. Buku ini menambah wawasan pembacanya.
Resensi Buku
Judul             : GENERASI COPY PASTE
Penulis          : Awy  A. Qolawun
Penerbit             : Hasfa Publishing
Tahun terbit     : 2014
Jumlah Halaman : 140 Halaman
Harga             : Rp. 35. 000,00
ISBN             : 978-602-7693-12-8
Peresensi              : Ernawati Lilys, Bekasi.

sumber:  http://www.bekasimedia.com/buku-generasi-copy-paste-baca-dulu-petik-pelajaran-baru-sebarkan/



Cara Pembelian online:
silakan pesan via sms atau wa 085701591957. Sertakan nama, alamat lengkap, kode pos, no telpon & buku pesanan apa saja. Setelah itu kami akan mengirimkan rincian harga yang akan anda transfer ke rekening kami. terima kasih
Agustus 13, 2016

Mantra Asmara : Energi Yang Melahirkan Puisi

by , in

Mantra Asmara : Energi Yang Melahirkan Puisi









Judul: Mantra Asmara
Penerbit: Hasfa Publishing
ISBN: 978-602-7693-10-4
168 halaman
Rp 35 ribu
 



Usman Arrumy menulis dengan kata hati ketika ia berpuisi. Membebaskan diri dari rumus berekspresi, dari kesederhanaannya hadir puisi yang prosaik dan prosa yang puitik.
--- Candra MalikSufi, Penulis Buku dan Lagu.

Penyair ini produktif menulis puisi. Usman Arrumy hampir berhasil memilah sekaligus menempatkan diksi-diksi menjadi semacam medium kontemplasi . Puisi-puisinya sebagian besar menyentuh ruang-ruang percintaan. Tema yang memang digemari banyak orang. Namun, terlampau khusyuk mengumbar mutiara, seringkali dapat menjebak siapa saja. Menjerumuskan seseorang kehilangan daya kepekaan terhadap dinamika sosial dan kadangkala pula luput menyampaikan pesan substansial. Padahal, membedah ragam-tema cinta ke dalam puisi; semestinya juga mengasah sekaligus menajamkan panca indera. Senjata penyair untuk membaca semesta.
--- Baequni Mohammad Hariri,  Pegiat Komunitas Seniman Santri

Cinta adalah sumber tenaga yang tak henti melahirkan puisi, bahasa ajaib yang selalu memuncaki peradaban manusia. Begitu selalu, dari waktu ke waktu, cinta dan puisi seolah tak terpisah. “Mantra Asmara” Usman Arrumy sekali lagi membuktikan kebenaran ungkapan ini. Meski jalan panjang masih harus ditempuh; namun, sebagai awal, kumpulan puisi yang terasa kuyup dengan kekelaman ini cukup menjanjikan dan layak diapresiasi.
--- Habib Anis Sholeh Ba'asyin, Ketua Orkes Puisi Sampak GusUran

Usai membaca kumpulan puisi Usman Arrumy ini saya menemukan Jalal al-Din Rumi, Hafizh, al-Jami dan Sanai dalam Diwan-diwan mereka. Para Begawan dan sufi penyair itu bercerita tentang misteri manusia yang tak pernah henti dan selesai mencari diri dalam ruang dan waktunya masing-masing. Ia adalah cinta, karena cinta adalah hasrat mencari kegembiraan dan keindahan bagi diri. Penulis adalah santri, dan saya selalu berharap banyak santri yang tekun seperti dia; menulis puisi dan sastra profetik yang manis dan menggerakkan.
--- KH. Husein MuhammadPengasuh Pesantren di Cirebon

Cara Pembelian online:
silakan pesan via sms atau wa 085701591957. Sertakan nama, alamat lengkap , kode pos, no telpon & buku pesanan apa saja. Setelah itu kami akan mengirimkan rincian harga yang akan anda transfer ke rekening kami. terima kasih 
Agustus 12, 2016

Pekan Jurnalistik Nasional

by , in


Pekan Jurnalistik Nasional



PJN (Pekan Jurnalistik Nasional) adalah suatu acara nasional untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran bertema Jurnalistik yang diselenggarakan setiap tahun sekali oleh BPN ISMKI (Badan Pers Nasional ISMKI), di mana tanggung jawab penyelenggaraan acara diberikan melalui Tender tahunan yang dilaksanakan saat IMSS (Indonesian Medical Student Summit). Untuk tender tahun ini, PJN diberikan kepada UNISSULA sebagai Tuan Rumah, dan  dilaksanakan di kota Semarang.



 IMSS Sendiri bertujuan untuk menambah informasi tentang perkembangan trend jurnalistik nasional, meningkatkan ketrampilan peserta dalam bidang jurnalistik, serta mengembangkan kreativitas dalam bidang jurnalistik.

Berbagai kegiatan terdapat dalam PJN termasuk pemberian materi Jurnalistik oleh berbagai narasumber, Workshop dalam berbagai bidang, seperti Fotografi. Berbagai macam lomba, serta City Tour.






Terdapat  juga beberapa kompetisi yang diselenggarakan, antara lain  lomba fotografi, lomba poster dan lomba menulis cerpen. Kontributor hybridwriterpreneur diminta menjadi salah satu juri dalam lomba menulis cerpen tersebut.



Ada beberapa acara yang diadakan sepanjang akhir pekan tersebut, di antaranya adalah talkshow dan seminar juga pelatihan, hospital visit, ramah tamah serta farewell party sekaligus pengumuman pemenang lomba dan penyerahan hadiah di akhir rangkaian acara.


Sukses untuk Fakultas Kedokteran UNISSULA dengan perhelatan acara PJN 2016 nya.
Keep good work and enthusiasm!

Post Top Ad