Nggak tahu gimana tiba-tiba saat browsing tips-tips menulis dari para sineas di Indonesia, kemudian bisa ketemu kiat-kiat yang dibagikan mbak Titien ini dalam beberapa kesempatan. Semoga suatu saat bisa benar-benar punya kesempatan untuk bertemu dan belajar langsung dari beliau. Aamiin.
Nama Titien Wattimena di industri perfilman Tanah Air memang sudah sangat tidak asing lagi. Mengawali karier sebagai asisten sutradara untuk video klip, iklan televisi dan profil video, Titien kemudian menjadi asisten sutradara Rudi Soedjarwo sekaligus untuk pertama kalinya menulis skenario lewat film Mengejar Matahari (2004). Setelah itu kariernya sebagai penulis skenario pun mulai berkembang sambil tetap menjadi asisten sutradara bahkan mulai mencoba duduk di kursi sutradara.
Beberapa proyek film besar pernah lahirkan dari tulisan Titien, diantaranya Love (2008), D'Bijis (2007), Minggu Pagi di Victoria Park (2010), Love in Perth (2010), ? (2011), Milli & Nathan (2011) dan Hello Goodbye (2012). Khusus di film Hello Goodbye, selain menulis Titien juga mencoba duduk di kursi sutradaranya.
Setelah hampir setahun tidak merilis karya terbaru, kini wanita
kelahiran Makasar, 8 Juni 1976 ini sebentar lagi siap memperkenalkan
film terbarunya yang berjudul Cahaya Kecil. Apa yang
membuat Titien kembali ke posisi penulis naskah setelah sebelumnya
menjajal kursi sutradara? Kenapa Titien seakan identik dengan film
drama? berikut hasil wawancara tim Cinema 21 bersama Titien di sebuah
cafe di kawasan Setia Budi.
Hallo mba, ceritain dong soal film terbarunya yang berjudul Cahaya Kecil?
"Awalnya sih aku di ajak ketemuan sama bu Andre (produser) dan
mba Lis juga. Ide awalnya sudah ada dari dia yaitu mengenai hubungan
ayah ke anak laki-laki, terus ingin libatkan profesi musik juga tapi
saat itu belum tau arahnya dan segala macamnya maka kita meetingin mau
ke arah mana, mau seklise ngetop lupa sama bapaknya atau agak di twist.
Setelah itu aku coba tulis sinopsis dan mereka suka."
Berapa lama pembuatan sinopsis dan skenario Cahaya Kecil?
"Kalau nggak salah 2 minggu hasil sinopsisnya sudah kelar.
Kalau skenario jadi, buatnya cukup lama sekitar 2-3 bulanan gitu. Selama
persiapan juga ada revisi-revisi sedikit sih.
Inspirasinya darimana saat nulis naskah film Cahaya Kecil?
"Inspirasi soal hubungan ayah dan anak bisa darimana aja sih
terlepas profesinya sebagai musisi. Ada juga dari pengalaman pribadi dan
teman-teman yang dua-duanya musisi. Intinya adalah cerita tentang
seorang anak yang tidak mencintai ayahnya, itu aja yang coba digali."
Ini kan film soal hubungan Ayah dan anak laki-lakinya, kira-kira bisa dinikmati oleh kaum perempuan juga nggak?
"Mudah-mudahan bisa sih, karena ini kan bisa kejadian ke anak
cewek juga, ya seharusny bisa dimengerti. Disini sosok ibu ada tapi
sedikit karena mau konsen ke ayah dan anak aja."
Mbak kan kemarin sempet duduk di kursi sutradara, kok sekarang balik lagi jadi penulis naskah?
"Menulis dan sutradara itu harus sejajar, jadi nggak ada
istilah balik lagi atau gimana. Pas jadi sutradara di film Hello Goodbye
aku memang lagi menunggu saat yang tepat aja, sekarang momentum itu
belum ada lagi."
Lebih enak mana mbak, jadi sutradara apa penulis naskah?
"Lebih enak nulis sambil direct sih. Bedanya kalau nulis itu
kita ketemu dengan tokoh-tokoh hayalan, kalau direct kita ketemu orang
benaran dengan karakter beda-beda."
Biasanya film yang mbak tulis itu punya kesan yang mendalam lho, rahasianya apa sih?
"Kalau menurut aku harus ada pengalaman pribadi sih. Mengenai
masalah kedalaman ya seorang penulis itu harus banyak 'luka', kalau
nggak punya luka kayaknya agak susah untuk menulis yang dalem-dalem dan
akan lurus-lurus aja."
Kenapa sih mbak Titien lebih sering menulis film drama, apa nggak bosen?
"Kalau soal drama bukan aku yang pilih, tapi drama yang pilih
saya. Sepertinya memang disitu rezeki aku, kalau sudah bicara drama
mereka pasti mencoba ke aku. Sempet bosen juga sih, sebelum film Hello
Goodbye itu aku lagi bosen banget sebenarnya, makanya aku coba menulis
sambil menyutradarai."
Apa genre lain yang pengen banget mbak tulis naskahnya?
"Drama musikal. Karena aku memang suka juga sama musik dan di film Cahaya Kecil aku nulis lirik sondtracknya."
Apa batas toleransi mbak terhadap naskah yang dirombak oleh sutradara?
"Yang penting pesan dari film itu bisa sampai, itu aja sih.
Pasti ada kebijakan di lapangan dimana naskah aku harus dirombak dan itu
memang ranah kekuasaaan sutradara. Yang terpenting jangan rubah pesan
serta esensinya. Kebetulan sutradara film Cahaya Kecil kan Benni
Setiawan yang juga seorang penulis, jadi aku menaruh kepercayaan besar
terhadap beliau mengenai naskah yang aku buat."
Ada ritual khusus nggak sih dari seorang Titien Wattimena ketika sedang menulis naskah film?
"Nggak ada sih. Paling kalau lagi ada mood ya harus langsung
ditulis mau itu di buku, di laptop, HP dan sebagainya, kalau sudah di
rumah takutnya mood aku bisa hilang."
Di film terbarunya nanti apa sih sebenarnya pesan yang ingin coba disampaikan?
"Intinya ya tentang cahaya yang kecil dimana filosofisnya
cahaya kecil itu lambang harapan. Sekecil apapun itu ya tetap ada
harapan, antara hubungan ayah dan anak nggak selalu yang menjadi cahaya
itu orang tuanya. Anak juga bisa kasih cahaya buat sang ayah."
sumber: http://www.21cineplex.com/exclusive/titien-wattimena-drama-yang-memilih-saya,157.htm
Mbak Titien menyampaikan tentang ide pokok, dan rumus cerita.
Setelah itu, kita menulis sinopsis dari ide pokok/ide cerita yang
dikembangkan bersama-sama.
Bagaimana mendapatkan ide pokok?
1. Mengembangkan dengan hal-hal yang sederhana
Contoh: Hidup adalah …. -> Hidup adalah kursi, ….
Kalau cinta adalah kopi ….
2. Hidup kita sendiri: ada titik-titik yang sudah dijalani, kesimpulan-kesimpulan dalam setiap waktu
3. Membaca buku : quotation, kata-kata bijaksana
Setelah dapat ide pokok, kita harus memikirkan kendaraan/bungkusnya -> tema
Contoh:
IDE POKOK
Orang yang tidak pernah berbuat salah adalah orang yang tidak pernah mencoba hal baru
PREMIS/TEMA
Ibu rumah tangga:
Seorang ibu rumah tangga yang menjalani hidupnya dengan monoton, sampai suatu titik ia ingin menjadi pembalap
Karakterisasi: dari lahir, kecilnya seperti apa dan seterusnya
Nama : Susana Wardoyo (Susan)
Umur : 35 tahun
Lahir di tengah keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas
Anak bungsu dari 3 bersaudara dengan kakak laki-laki semua
Hubungan dengan orang tua lebih dekat dengan ayah karena dia anak satu-satunya.
Sementara dengan ibunya, hubungannya biasa-biasa saja, karena ibunya lebih memperhatikan kedua kakak laki-lakinya.
Hubungan dengan
kakak-kakaknya, Susan lebih banyak dikerjai oleh kakak-kakaknya, sering
disuruh-suruh, dianggap tidak pintar dan sering diremehkan.
Sifat: cenderung tertutup, hanya terbuka pada ayahnya saja
Karakter itu panjangnya bisa 2-3 halaman
Rumus Cerita:
Susan -> tujuan: needs (isi) dan wants (bungkusan)
è Halangan (konflik)
Tujuan Susan : needs -> keluar dari kehidupan monoton
wants -> menjadi pembalap
Rumus Film komersil:
Needs harus terpenuhi, tetapi wants-nya tidak harus terpenuhi
Halangan: anaknya masih kecil, suami tidak setuju, tingkat kesulitan ekonomi, umur.
Tentukan apakah wants-nya akan terpenuhi.
è Ada halangan dan harus ada yang dilakukan
è Mencapai titik jenuh dan belajar balap
Susan:
- 10 tahun menikan
- Menjalani rutinitas
- Menonton balap lagi
- Bertemu dengan Budi
- Mulai belajar balap
- Sembunyi-sembunyi
- Jatuh cinta
- Situasi makin rumit
- Suaminya mencoba latihan juga
- Suaminya kecelakaan
- Suaminya ada perubahan
- Susan berhenti balap
SINOPSIS
- Sinopsis itu biasanya 2-3 halaman.
- Hanya ditulis titik-titik menariknya.
- Seperti menulis cerpen, ada kecenderungan menggunakan kata-kata yang berbunga-bunga dan puitis.
- Terdapat penutup (kesimpulan cerita).
- Sinopsis
itu harus jelas dari awal sampai akhir, karena sinopsis akan digunalan
untuk ‘jualan’ ke orang-orang yang akan ditawarkan seperti sutradara
atau produser
- Jika sinopsis diterima, maka fungsinya akan berkembang dan dibawa ke investor atau sponsor untuk pembiayaan
Berikut adalah sinopsis yang kita tulis dari pembahasan bersama:
SINOPSIS
Susan adalah
seorang ibu rumah tangga yang telah 10 tahun menikah, namun
pernikahannya berjalan hambar. Susan merasa tertekan dan bosan dengan
kehidupannya. Sementara hubungannya dengan suaminya bukanlah hubungan
suami-istri yang romantis.
Suatu hari
Susan menemukan foto lama ayahnya dan dirinya di arena balap. Susan dan
ayahnya dulu sangat senang menonton balapan bersama. Di hari itu Susan
pun memutuskan untuk pergi menonton balap sendirian.
Di situlah
Susan bertemu dengan Budi, seorang pembalap senior. Dari situlah Susan
berkeinginan belajar balap lagi dengan Budi. Dia pun mulai belajar balap
tanpa diketahui suaminya. Kebersamaan mereka berubah menjadi
benih-benih cinta. Situasi menjadi bertambah rumit, karena suaminya
mulai curiga dan anak-anaknya mulai bertanya-tanya mengapa Susan jarang
berada di rumah.
Sampai di suatu
titik, Wardoyo mengetahui apa yang Susan lakukan, bahwa Susan belajar
balap. Tetapi Wardoyo tidak mengetahui bahwa Susan telah jatuh cinta
dengan Budi. Setelah itu Wardoyo ingin memberi kejutan kepada Susan
dengan belajar membalap juga, tetapi ternyata Wardoyo mengalami
kecelakaan. Kejadian itu kemudian menyadarkan Susan bahwa ternyata
bagaimana pun Wardoyo ingin melakukan apapun untuk Susan.
Susan sadar dan
meninggalkan Budi dan dunia balap. Susan tidak pernah mewujudkan
keinginannya untuk menjadi pembalap, tetapi Susan berhasil keluar dari
kemonotonan hidupnya
Selesai
Jakarta, 21 Agustus 2010
-nama-
sumber: http://prillyiryati.com/kiat-sukses-jadi-penulis-skenario-profesional-bagian-2-sinopsis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar