improving writerpreneurship

Post Top Ad

Januari 13, 2020

Buku Baru Sajak-Sajak Nels

by , in
Buku Baru Sajak-Sajak Nels



karena belum sempat menyelesaikan novel #NeverEndingLoveStory, untuk sementara ini lahir #SajakSajakNels dulu ya. Versi digital alias ebooknya juga  dijual via GooglePlay.


Tadinya kepikiran biar cukup tebal, sajak-sajak nels juga akan dilengkapi dengan sketches. Tapi lalu setelah dikompilasi, tercapai enam puluh halaman sajak, sehingga ya sudahlah biar enam puluh halaman itu saja, biar bisa murah juga harga di GooglePlay dan GoogleBooksnya

Untuk beli #DNBooks versi digital, klik ini bit.ly/DianNafi



sajak-sajak nels berawal dari ekstrak perasan perasaan yang paling dalam, pengalaman trance yang didapatkan saat mengalami galau cinta, kepedihan, rindu, sakau dan aneka peristiwa ketuhanan yang sering tiba-tiba muncul saat menyerahkan diri sepenuhnya kepada cinta yang tak kunjung bertepi. never ending love story.

Jika teman-teman menginginkan versi cetaknya yang dilengkapi sketches, bisa klik bit.ly/orderhasfa atau sms/wa 081328767574, dengan format nama/kota/jumlah/judul buku yang dipesan


Untuk melihat koleksi karya Dian Nafi lainnya, serta membaca preview sinopsis, premis dst, bisa klik bit.ly/bukudiannafi

Ada 25 buku tunggal dan 86 antologinya yang diterbitlkan oleh 17 penerbit di Indonesia. 
Selamat membaca! 
Semoga terhibur dan terinspirasi :)

Januari 12, 2020

Proses Kreatif Penulisan Hybrid Paradox Dian Nafi

by , in
Proses Kreatif Penulisan Hybrid Paradox Dian Nafi




Kata serta istilah Paradox dan Hybrid lama-lama menjadi teman sepanjang perjalananku mengarungi kehidupan, termasuk dalam kepenulisan. Karena kita tahu, tulisan seringkali datang terinspirasi oleh pengalaman-pengalaman yang kita dapatkan. 

Akhir tahun kemarin tiba-tiba aku kepikiran untuk membuat buku Hybrid Paradox yang memuat tulisan dan pemikiran-pemikiranku terkait dan terhubung dengan dua istilah itu. Lalu teringat jaman dulu waktu masih fesbukan kok kayaknya aku punya catatan-catatan yang suka merangkum pengalaman-pengalaman dan ephipany-ephipany-ku dalam tulisan-tulisan yang khas aku ya. Suka menggabungkan dua, tiga sampai sekaligus empat pengalaman hidup serta pemaknaannya dalam satu tulisan. Semacam interkontekstual dan leap atau lompatan antar a-ha momen gitu. So...aku pun membuka-buka lagi catatan-catatan itu lalu mengkuratorinya sendiri, memilih mana yang layak untuk diangkut di buku Hybrid Paradox ini karena mungkin sedikit atau banyak relate dengan pembaca, dan mana yang bisa kusimpan sendiri dalam folderku karena terlalu personal. 

Dan taraaa....jadilah ada 60 tulisan dalam buku Hybrid Paradox ini. Beberapa di antaranya berasal dari versi diriku yang masih polos, belum terlukai dan pahit seperti sekarang ini. Hiks. Aku tak hendak menyalahkan siapa-siapa, tapi aku rindu diriku yang dulu, yang cerdas, murni dan tidak terkontaminasi. Hiks. 


Jadi, bagaimana sih biasanya prosesku menemukan ide lalu kepincut mengembangkannya menjadi tulisan (baik pendek ataupun panjang). Ini dia sedikit rangkumannya:

Pada mulanya adalah kata. Then one opening sentence that triggered by one moment from one muse. Terus dari situlah tulisan atau cerita mengalir. Kalau masih bisa bawa emosinya apalagi dapat ephipany dan kepikiran klimaks serta endingnya bakal lebih lancar menuangkannya. Yg kdg .luput lalu gak selesai ditulis itu kalau stroomnya mungkin gak terlalu kuat dan energinya tdk cukup besar jd dorongan menyelesaikannya macet di jalan. Atau krn pas kebetulan lagi sibuk jd gak sempat dan akhirnya plethikan yg tadinya sempat ditulis jd cuma sebaris ide saja. So..mmg kalau ada ide seharusnya segera dieksekusi, stlh itu bisa dipoles untuk penyempurnaannya. Akan lebih gampang spt itu drpd terpaksa membaca selarik ide yg ngendon di folder dr kapan lalu kepikiran mengembangkan tapi having no clue mau bicara apa or not enough energy utk...menggali lagi emosi, memori dan ephiphany2 saat kejadian aslinya yg memicu terplethiknya tulisan itu. Meski ada juga yg justru dg pengendapan2 diikuti kontemplasi2 mjdkan bahan lama ini bisa tersaji dg lbh apik dan epik,punya kedalaman,keluasan dan nuansa yg lbh kaya seiring...dg wawasan, ilmu, pengalaman yg lbh banyak dan luas.

Buku Hybrid Paradox bisa dibeli versi digital alias ebook-nya via GooglePlay dan GoogleBooks  bit.ly/hybridparadox
Kalau mau dapat versi cetaknya, bisa pesan ke bit.ly/orderhasfa tulis nama/kota/judul buku/jumlah yang dipesan.
Januari 07, 2020

Dian Nafi Books at Amazon & Kindle

by , in
Dian Nafi Books at Amazon & Kindle


Buku-buku Dian Nafi yang dijual di Amazon antara lain Novel Just In Love, Novel Mesir Suatu Waktu dan How To Reset Your life. 








Buku-buku Dian Nafi yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, dijual via Kindle Amazon,

baik di English, Deutsch, Français, Español, Italiano, Português, Nederlands

Ada versi paper back dan digitalnya. Bisa langsung beli di tautan ini. http://bit.ly/diannafi



Berikut beberapa judul dan sinopsisnya:

The Young Man and The Old City:

Radindra (17 years old) is an innocent Solo guy, laden / sinoman activist, has a crush on Ayla (19), her new neighbor who is smart, scientific, who likes to travel and is rather material. But this love is hindered by the age of the girl who is older than the boy, the blessing of his grandmother Ayla, Ayla's mother. Also Ayla herself who actually turned out to be a girl who really likes to spread charm, adventurous love and broken heart.

MAYASMARA
Mayasmara, proves that today's reality is the reality of the media, and that is the virtual universe whose existence is without primodial boundaries and strikes the dimensions of space and time. Limits become relative, perception becomes image-reality. While feeling will get its existence space too?



SARVATRAESA

What is more disturbing than curiosity.

What hurts more than feeling betrayed after giving trust.

What is more awaited except the reciprocation of love that has been fully given and requires at least acceptance.


MAN BEHIND THE MICROPHONE

DO YOU STILL REMEMBER WHAT COLOR OF MY EYES? If I honestly still remember how the color of your eyes. Sparkle. Twinkle. Like there are thousands of stars radiating from the depths of your eyes. And your thick eyebrows, half-opened lips. Your thunderous laughter. Who is not in love with your existence and warmth? Maybe I am someone who easily falls in love. But you are clearly a heart stealer. At least a thief of my heart.

I know what you might think. How could I sink you into my eyes? But that's all I can do. That's all my ability. I'm not pretty enough, not tall enough, not physically attractive enough, but intelligence and warmth sometimes radiate from my eyes



ANOTHER CHANCE

Just love me, and I'll break your heart.

Keep my promise :D

(Mayana)


Just break my heart, and I’ll always love you.

Again and again.


(Raho)



FIRST MAN FIRST LOVE



I wrote it down
as a sign that we have existed and existed.
Start from a happy ending
Before awakening the memory of the most wounded

After I Adore You Back

Do I lose your respect after I love you back?

Nude photo?

"How come I sent a nude photo like that, what does that mean?" May hissed inwardly. As usual. Since he and Raho had a big fight a semester ago and almost destroyed their relationship, May chose to think again whenever he would get angry.

"Mas," he wrote shortly on BBM.

"Yes, May," a short answer from Raho that May could feel a little tired and scared when Raho wrote it. Eventually they might be able to talk to each other and understand the language of the text along with the emotional content contained in it.

"Do I lose your respect after I love you back?" May could not help but convey the contents of her mind.
Januari 04, 2020

Manfaat Kemampuan Fotografi Bagi Penulis

by , in
 Manfaat Kemampuan Fotografi Bagi Penulis
Banyak orang bertanya kenapa aku yang lulusan arsitektur Universitas Diponegoro bisa terjun ke dunia penulisan, bahkan menulis fiksi cerpen, novel, memoir, kisah inspiratif, puisi, buku-buku motivasi pengembangan diri dan lainnya.
Waktu itu aku juga heran sendiri. Apa kaitannya ya antara arsitektur dan sastra serta kepenulisan. Sampai kemudian aku mendengar penjelasan dari beberapa guru fan mentor, bahwa memang pada dasarnya hal-hal prinsipil dalam arsitektur juga dipakai dalam kepenulisan. Seperti perencanaan alias planning, perancangan  alias desain, komposisi, proporsi, balance dan tentu saja fungsional serta estetis keindahan.
Salah satu guru menulisku juga mengatakan, yang sebenarnya ada banyak hal atau bidang lain yang harus kita kuasai demi mendukung kerja otak, pikiran dan perasaan kita sebagai penulis.
Orang-orang yang pandai memasak, alias bisa meramu dan memadupadankan berbagai bahan masakan serta bumbunya menjadi sebuah hidangan yang lezat juga menarik, cenderung memiliki kemampuan inttinsik dalam dirinya dalam memadukan berbagai unsur dalam kepenulisan lalu meramunya menjadi sebuah tulisan yang sedap.
Begitu juga seorang penulis yang memiliki kemampuan fotografi, ia akan cenderung lebih canggih dalam melihat segala sesuatu. Fia pandai mengambil titik di mana oa seharusnya berdiri dan melihat permasalahan atau peristiwa itu, sehingga memiliki sudut pandang perspektif yang lebih unik.

Seorang fotografer yang canggih bisa dengan secara otomatis dan cepat juga secara alam bawah sadar dalam menangkap sebuah momen. Momentum. Yang bagi kebanyakan mata biasa, dia akan melewatkan hal krusial tersebut. Dalam hal ini pulalah kemampuan tersebut berguna  bagi penulis.
Kemampuan menampilkan detail, fokus, menjaga komposisi, balance, proporsi, dan keindahan lainnya dalam fotografi mengasah kepekaan seorang penulis. Sehingga saat menulis, ia akan mempunyai keindahan dan kejelian mengeksplor sesuatu, menampilkannya dengan cara terbaik yang bisa menghanyutkan dan menyihir pembaca.
Kita tahu bahwa pekerjaan rumah paling  erat bagi penulis adalah how to deliver and convey the message after catching them from this universe.

(Foto dari berbagai sumber)

Setuju nggak nih dengan pendapat ini?
Yuk belajar fotografi juga.
Desember 29, 2019

Rencana Penulisan Buku Arsitektur

by , in
Rencana Penulisan Buku Arsitektur


Gambar
Insya Allah ada 16 kontributor ahli yang terdiri para dosen, doktor, profesor yang akan menulis bersama bunga rampai arsitektur ini.

Berikut salah satu tulisannya.

Lawang Yang Hilang
Oleh Dian Nafi

Ada yang hilang siang itu saat kami datang.
Ia iconic. Menjadi menarik karena warna merahnya yang dominan, bentuk kepala naga melintang dengan gigi-gigi menakutkan bagi anak-anak yang memperhatikannya, setidaknya aku waktu kecil dulu. Cerukan, tonjolan, lengkungan yang terbentuk oleh ukiran, paduan sulur-sulur stilisasi tumbuhan ala jawa dan nusantara yang kaya, bokor jambangan ala gujarat india dan hindu budha, mahkota ala majapahit, kepala naga ala china.
Bersama-sama dengan ciri khas atap tajug tumpang tiga sebagai adaptasi meru hindu, piring campa, gentong khong cina, tiang majapahit, lawang bledheg menjadi simbol inkulturasi. Suatu upaya strategi walisongo dan Raden Fatah dalam memadupadankan berbagai unsur di sekitarnya, menyatukan berbagai perbedaan. Wujud adaptasi dan toleransi. Spiritnya mungkin bisa ditiru arsitek mana saja untuk tujuan serupa. Entah itu apa bentuk dan interpretasinya.
Saat aku akhirnya bisa melihat lagi versi asli lawang bledhegnya di museum Masjid Agung Demak, tiba-tiba justru melintas dalam kepalaku Quran surat Ali imran ayat 133-136 yang menerangkan sifat orang-orang yang bertakwa. Bagi mereka yang segera bertobat, menyesali dosa, balasannya adalah terampuni dan masuk surga. PINTU itu, pintu bledheg itu, pintu menuju sorga.

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (١٣٥)أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
Terjemah Surat Ali Imran Ayat 133-136:
133. Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit[1], dan orang-orang yang menahan amarahnya[2] dan mema'afkan (kesalahan) orang lain[3]. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan[4].
135. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri[5], segera mengingat Allah[6], lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya[7], dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.
136. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.
Mahkota itu gambaran dari orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit. Kepala naga atau apapun makhluk bergigi runcing itu adalah gambaran dari orang-orang yang menahan amarahnya. Jambangan adalah gambaran dari mema'afkan (kesalahan) orang lain. Dan sulur-sulur dedaunan itu gambaran dari orang-orang yang berbuat kebaikan, orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, segera mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya.
Adakah interpretasi ini mengada-ada? Mungkin iya. Tapi itulah yang terlintas dalam benakku saat raga dan rasaku bersinggungan dengan raga dan rasa pintu bledheg itu. Wallahu a’lam bishshowab.
Ornamen dan detail, bagaimanapun, adalah salah satu komponen pembentuk arsitektur yang signifikan. Seperti halnya dalam cerita. Kita mendapatkan kedalaman, nuansa, tone, warna, aura, ambience, kesan tertentu. Pintu bledheg ini dengan segala ornamen dan detailnya adalah bagian dari Masterpiece.
Kenapa bukan kaligrafi? Bukankah ini masjid? Inilah kekuatan kurator dan kreatornya. Sunan Kalijogo diamini Wali Songo dan Raden Fatah, orang-orang di balik masterpiece ini tentu saja geng kuratornya. Kreatornya, Ki Ageng Selo. Tapi ini versi rekaanku tentu saja. Sedangkan versi lainnya ada banyak sekali.
Cerita rakyat Lawang Bledeg mengisahkan pemberontakan yang dilakukan oleh Ki Ageng Selo kepada Sultan Trenggana, sebab sebagai keturunan asli Prabu Brawijaya walaupun tidak diakui, Ki Ageng Selo merasa berhak atas tahta Demak. Sunan Kalijaga tidak menggunakan kekerasan untuk melawan Ki Ageng Selo, melainkan menggunakan jalur diplomasi. Sunan Kalijaga mengatakan bahwa esok yang akan menjadi raja Demak bukanlah Ki Ageng, melainkan keturunannya maupun orang yang sangat dekat dengannya, jika Sunan Kalijaga berbohong, maka keturunannya akan hidup sengsara. Ki Ageng Selo pun takluk dan diampuni oleh Sultan Trenggana. Lalu Ki Ageng Selo membuat pintu bledheg dengan cara menangkap petir kemudian dibuatnya sebuah pintu dan dipersembahkan sebagai permintaan maaf.
Versi lainnya, dalam tradisi lisan di beberapa daerah di Jawa Tengah, Ki Ageng Selo merupakan tokoh yang terkenal bisa menangkap petir. Diceritakan, suatu hari Ki Ageng Selo sedang mencangkul di sawah. Langit mendung lalu turun hujan dan tiba-tiba petir menyambarnya. Namun, dengan kesaktiannya, dia berhasil menangkap petir itu. Petir tersebut berwujud naga. Ki Ageng Selo mengikatnya ke sebuah pohon Gandrik.
Ketika dibawa kepada Sultan Demak, naga tersebut berubah menjadi seorang kakek. Kakek itu kemudian dikerangkeng oleh Sultan dan menjadi tontonan di alun-alun. Kemudian datanglah seorang nenek mendekat, lalu menyiram air dari sebuah kendhi ke arah kakek tersebut. Tiba-tiba, terdengar suara petir menggelegar dan kakek nenek tersebut menghilang.
Dari kisah tersebut berkembang mitos kalimat, “Gandrik, aku iki putune Ki Ageng Selo” yang artinya, “Gandrik, saya ini cucunya Ki Ageng Selo.” Kalimat itu, bagi sebagian penduduk daerah Gunung Merapi dan Gunung Merbabu misalnya, dipercaya dapat menghindarkan mereka dari sambaran petir ketika hujan datang. Sigit Prawoto, dosen Antropologi Sosial dan Etnologi Universitas Brawijaya, dalam bukunya Hegemoni Wacana Politik menyebut, “pernyataan klaim kekeluargaan ini mengandung keyakinan kultural bahwa seseorang yang berasal dari keturunan orang yang memiliki kualitas (kasekten) tertentu akan mewarisi kualitas tersebut.”
Kisah Ki Ageng Selo menangkap petir diabadikan dalam ukiran pada Lawang Bledheg atau pintu petir di Masjid Agung Demak. Ukiran pada daun pintu itu memperlihatkan motif tumbuh-tumbuhan, suluran (lung), jambangan, mahkota mirip stupa, tumpal, camara, dan dua kepala naga yang menyemburkan api.
Menurut Soetardi dalam Pepali Ki Ageng Selo, Ki Ageng Selo merupakan keturunan Brawijaya, raja terakhir Majapahit, dari istrinya yang paling muda yang berasal dari Wandan atau Bandan atau Pulau Banda Neira.
Dalam kitab Babad Tanah Jawi disebutkan, Ki Ageng Selo adalah keturunan Raja Majapahit, Brawijaya V. Pernikahan Brawijaya V dengan Putri Wandan Kuning melahirkan Bondan Kejawen atau Lembu Peteng. Lembu Peteng yang menikah dengan Dewi Nawangsih, putri Ki Ageng Tarub, menurunkan Ki Ageng Getas Pendawa. Dari Ki Ageng Getas Pendawa lahirlah Bogus Sogom alias Syekh Abdurrahman alias Ki Ageng Selo.
Hidup di masa kekuasaan Sultan Trenggana, awal abad ke-16,  Ki Ageng Selo pernah ditolak menjadi anggota Prajurit Tamtama Pasukan Penggempur Kerajaan Demak. Sebab dalam ujian mengalahkan banteng, dia memalingkan kepala saat melihat darah yang menyembur dari kepala banteng setelah pukulannya kena mata sang musuh. Karena memalingkan kepalanya itu, dia dipandang tidak tahan melihat darah, dan karena itu tidak memenuhi syarat.
Penolakan itu membuat Ki Ageng Selo berkeinginan mendirikan kerajaan sendiri. Bila cita-cita ini tidak dapat tercapai olehnya sendiri, maka dia mengharapkan keturunannyalah yang akan mencapainya.
Ki Ageng Selo kemudian pergi ke sebuah desa di sebelah timur Tawangharjo, Kabupaten Purwodadi. Dia hidup sebagai petani dan memperdalam ilmu agama, filsafat serta ilmu untuk memperluas pengaruh kepada rakyat.
Riwayat Ki Ageng Selo juga menyebut kalau beliau mempunyai putra bernama Ki Ageng Enis, yang selanjutnya mempunyai putra bernama Ki Ageng Pamanahan. Cucu Ki Ageng Selo ini menikah dengan putri sulung Kiai Ageng Wanasaba, dan dianugerahi putera bernama Mas Ngabehi Loring Pasar atau Sultan Sutawijaya. Keinginan Ki Ageng Selo  mendirikan kerajaan sendiri terwujud oleh cicitnya ini. Sutawijaya merupakan pendiri Kerajaan Mataram kedua atau Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada 1587-1601 M.
Sebelumnya, Ki Ageng Enis juga sempat berguru pada Sunan Kalijaga—satu angkatan dengan muridnya yang termasyhur yakni Jaka Tingkir. Ki Ageng Enis lalu diminta bertempat tinggal di Dusun Lawiyan guna mengajarkan agama Islam. Maka dari itu, putra terakhir Ki Ageng Selo ini akhirnya lebih dikenal sebagai Ki Ageng Lawiyan.
Itulah salah satu cerita yang membuktikan betapa berpengaruhnya keturunan Ki Ageng Selo dalam persebaran Islam di Pulau Jawa. Garis keturunan Ki Ageng Selo diakui sebagai cikal bakal yang menurunkan raja atau pimpinan. Bukan hanya raja di Kesultanan Demak, Pajang, Mataram, Yogyakarta, atau Surakarta, namun konon katanya, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur juga jadi salah seorang keturunan Ki Ageng Selo. Banyaknya keturunan Ki Ageng Selo yang menjadi orang besar, membuktikan bahwa tirakat yang beliau lakukan demi anak dan cucunya menjelma berkah bagi semesta alam.
Ki Ageng Selo menanamkan pengaruh kepada masyarakat lewat syair yang ditulis sebagai Pepali. Pepali ini kemudian diwariskan kepada keturunannya sebagai kitab yang berisikan didikan kesusilaan, kebatinan dan keagamaan.
Aja sira ngagungkeun akal. Wong akal ilang baguse. (Jangan kamu menyombongkan akalmu. Orang berakal hilang bagusnya.) Itu adalah salah satu ajarannya.
Semasa hidup, beliau dikenal memiliki kemampuan menabuh
alat musik ganjur yang bisa menarik penduduk—dan di saat momen itulah Ki Ageng
Selo melakukan dakwah Islamnya. Selain itu, Ki Ageng Selo juga mendirikan
madrasah untuk mendidik masyarakat agar paham dan taat terhadap ajaran Islam.
Muridnya datang dari berbagai daerah dan macam-macam kalangan. Salah satunya Mas
Karebet—yang kelak menjadi Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya.
Filsafat hidup yang diajarkan Ki Ageng Selo merupakan perpaduan dari unsur-unsur keagamaan Islam dan Hindu. Pengaruh yang disebarkan sang filsuf ini mampu manjadikan desanya bernama Selo. Selow. Slow. Situs makam Ki Ageng Selo yang terletak di belakang Masjid Ageng Selo kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobongan, Jawa Tengah masih ramai dikunjungi peziarah.
Ukiran bergambar naga yang berada di pintu Bledeg merupakan perwujudan petir yang pernah dipersembahkan Ki Ageng Solo kepada Kerajaan Demak pada zaman Sultan Trenggono. Namun, ada juga yang menyatakan bahwa kesaktian Ki Ageng Selo menangkap petir hanyalah kiasan alias metafora.
Versi lainnya mengatakan bahwa pintu bledheg itu menyimpan rajah agar Demak tidak mudah diserang. Versi lainnya lagi menyampaikan pintu bledheg menjadi daya tarik yang sengaja disebarkan kepada rakyat/masyarakat kala itu, agar mereka pergi ke masjid Agung demi bisa melihat pintu ini. Ada pula versi yang mengisahkan bahwa pintu ini simbol bahwa saat masuk ke dalam masjid agung Demak, orang-orang harus melepaskan kebanggaan mahkotanya, menahan emosi amarahnya, kekayaannya (yang biasanya disimpan dalam bokor jambangan) tak lagi ada artinya.
Mau tahu versi lainnya lagi? Ada yang bilang Sultan Trenggono agak salah strategi, karena justru menyuruh Ki Ageng Selo yang menangkap petir. Sehingga justru keturunan ki Ageng Selo-lah yang kemudian menjadi raja-raja yang berjaya di tanah Jawa.

What's next
Batik lawang bledheg dengan segala keindahan kreasinya, baik pilihan dan muasal ornamen, perpaduan juga gradasi warna merah hijau emasnya, legenda dan mitos yang membersamainya, serta tentu saja beribu interpretasinya ini sangat potensial menjadi ciri khas demak.yang bisa dibawa ke kancah internasional.
Nilai-nilai adaptif, inkulturasi, akulturasi, enkulturasi, toleransi dari lawang bledheg semestinya menjadi inspirasi terus menerus demi menjaga kebhinekaan di nusantara, bahkan menyatukan perbedaan dan keragaman di seluruh dunia dan alam semesta.
Ingat film Gundala (2019) garapan sutradara Joko Anwar yang tayang di bioskop beberapa waktu lalu? Penciptaan Gundala oleh komikus Harya Suraminata disebut-sebut terinspirasi oleh Ki Ageng Selo, tokoh legenda yang diceritakan bisa menangkap petir. Nama Gundala sendiri berasal dari kata "gundolo" yang artinya petir. Dan menakjubkan, bahwa film Gundala akhirnya diputar juga di kancah festival internasional. So proud! Ki Ageng Selo memang maestro. Dan pintu bledheg memanglah masterpiece.
Aku tak pernah bisa membayangkan seperti apakah masjid agung Demak tanpa lawang bledeg. Tapi siang itu benar terasa ada yang hilang saat lawang bledhegku tertutup backdrop acara sosialisasi pilkada di serambi masjid yang akan berlangsung malamnya. Semoga bukan perlambang bahwa yang profan menutupi yang sakral. Alangkah eloknya jika lawang bledheg justru tetap ditampilkan saat ada acara-acara di serambi. Ia adalah ciri khas sekaligus sumber inspirasi. Ialah pintu sorga.




Desember 19, 2019

Bincang Sastra Di UIN Walisongo Semarang

by , in
Bincang Sastra Di UIN Walisongo Semarang

Alhamdulillah tanggal 17 Desember 2019 sepulang dari Women Writers Conference di Cirebon, saya ketiban sampur untuk menjadi nara sumber di acara Bincang Sastra Di UIN Walisongo Semarang, bareng kang Puthu alias pak Gunawan Budi Susanto (sastrawan senior dan salah satu guru nulisku juga)


Panel-panel di Women Writers Conference antara lain:
  1. Musdah Mulia dan Muslimah Reformis
  2. Faqihuddin Abdul Kodir dan Muslimah Reformis
  3. Musriya dan Muslimah Reformis
  4. Husein Muhammad dan Muslimah Reformis
  5. Kajian Gender Islam Nur Rofiah
  6. Participant Reflection
  7. Perempuan dan Pesantren
  8. Merumuskan Hukum Keluarga Adil Gender
  9. Perjalanan Menuju Mubaadalah
  10. Writing Session

Acara bincang sastra yang  bertempat di auditorium 2 kampus 3 UIN Walisongo ini merupakan salah satu event dari rangkaian acara perhelatan ulang tahun SKM Amanat yang ke-35. Wow yach. Majalah kampus universitas  ini dulunya hanya dikerjakan secara single, lalu dengan beberapa volunteer yang waktu itu juga merupakan para aktifis kampus, dan kini makin banyak mahasiwa yang terlibat serta sudah menelurkan banyak karya serta kontribusi. 

Cerita ini kami dengar bersama malam itu dari para pelakunya langsung. Pak Ajang, pak Hasan Aoni, pak Djoko Litbang UIN, mbak Alfie aktifis perempuan, dan pak Muhsin Djamil yang kini menjadi Wakil Rektor I UIN Walisongo. 

Salah satu karya bersama sekaligus produk Amanat tahun ini adalah antologi puisi yang dilaunching saat bincang sastra malam itu. Dan buku ensiklopedia perjalanan Amanat selama 35 tahun yang berisi tulisan dan artikel jurnalistik, laporan-laporan juga esai dari beberapa jurnalis Amanat.

Membincang puisi saat ini menjadi tema bincang sastra malam itu. 

Berikut rangkumannya yang sudah tayang di media ayo semarang.

Saat ini fungsi akademisi sastra lebih banyak mencetak analis dan kritikus. Mereka menciptakan berbagai teori sastra yang digunakan sebagai kritik terhadap karya sastra. Namun banyak dari mereka yang justru tidak menciptakan karya apapun.
Hal itu disinggung oleh sastrawan asal Kota Semarang, Gunawan Budi Susanto yang akrab disapa Kang Putu dalam bincang sastra dan launching antologi puisi “Membaca Wajah Puisi Hari Ini” di Auditorium II kampus 3 UIN Walisongo, Selasa (17/12/19).
"Saya pribadi sudah kehilangan kepercayaan pada akademisi sastra, omong kosong aja mereka. Baca sastra aja gak pernah kok ngaku akademisi,” jelas Kang Putu.
Bincang sastra dan lauching Antologi puisi Soeket Teki tersebut digelar dalam rangka memeringati hari lahir (Harlah) ke-35  surat kabar mahasiswa (SKM) Amanat UIN Walisongo Semarang.
Turut hadir  penulis buku Dian Nafi, Wakil Rektor I Muhsin Jamil dan beberapa alumni SKM Amanat seperti Hasan Aoni Aziz, Joko Tri Haryanto, Zaenal Arif, Siti Alfijah dan sebagai moderator Nur Zaidi.

Mengenai tema yang diusung “Membaca Wajah Puisi Hari Ini”, Kang Putu mengatakan ia tidak dapat menjelaskan bagaimana bentuk wajah puisi pada hari ini.
“Saya tidak dapat berkata macam apa dan bagaimana wajah puisi hari ini, karena bagaimana mungkin anda semua bikin sajak yang begitu indah namun sampai hari ini ada kawan penyair yang kita tidak tahu di mana beliau dikuburkan, Wiji Tukhul," tuturnya.
Kang Putu juga mengatakan, dalam hal membuat puisi ada hal-hal yang perlu diperhatikan bukan hanya soal kata-kata yang indah yang bisa dibaca oleh semua orang, tetapi tentang nilai apa yang terkandung di dalamnya.
“Kalau buat puisi cobalah perhatikan kata-katanya. Pakai kata-kata yang anda kenal, pakai susunan kata yang sederhana, kalimat yang sederhana tapi kemudian jika anda pikirkan lagi kata-kata tersebut susah untuk diartikan,” katanya.
Dian Nafi membahkan, ilmu tentang cara menulis puisi, cara bagaimana seorang sastrawan mengajak kita merespons puisi, dan mampu menjadikan puisi bukan hanya sebagai ajang ekspresi dan eksistensi.
“Untuk menulis puisi, kita harus peka menangkap sesuatu yang langsung buat kita punya ide. Memang semestinya puisi kita itu diarahkan untuk membaca apa yang terjadi di sekitar kita sehingga kita itu dapat menyuarakan sesuatu dan kita mampu menjadikan sebuah puisi bukan hanya sebagai ekspresi, eksistensi tetapi juga sebagai sebuah solusi,” ujar Dian.


Acara tersebut dimeriahkan dengan musikalisasi puisi kolaborasi Teater Wadas dan Skm Amanat, dan di akhir acara, Wakil Rektor I UIN Walisongo, Muhsin Jamil dan beberapa alumni berkesempatan tampil membacakan puisi.

Saya juga berkesempatan membacakan satu  puisi yang ada di dalam buku antologi puisi yang diluncurkan malam itu.

Terima kasih SKM Amanat UIN Walisongo Semarang for having me.
Happy anniversary. Semoga makin sukses, berkah dan berjaya di darat, laut dan udara!

Desember 12, 2019

Faqihuddin AK dan Muslimah Reformis

by , in
Faqihuddin AK dan Muslimah Reformis

Gambar




Panel lainnya di Muslimah Writers Conference:
Musdah Mulia dan Muslimah Reformis
Faqihuddin Abdul Kodir dan Muslimah Reformis
Musriva dan Muslimah Reformis
Husein Muhammad dan Muslimah Reformis


Kyai faqihudin Riset info, interpretasi dan aksi. Isu2 kontemporer utk dikritik, dilanjutkembangkan. Komprehensif Isu lansia. Th 2020 ada 40 jt lansia. Pasti dilalui Perlu diperjuangkan hak2nya dr skrg Jd lansia yg dihormati Jd awannya samudra utk mengantar rintik2 hujan

Mari tulis dan bahasakan spy makin byk org yg paham Hadits arbainnawawi Abi ruqoyah qoola rasul yaquulu Addienunnasihah Irodatul khoir. Usaha kuat utk mewujudkan kebaikan Kpd dan utk Allah Iman pd Allah, kitab, rasul, pemimpin, org2 awam

Ktk tahu mnrt norma umum masy, kyknya Allah gak akan suka, tp kt doa pdNya agar menghadirkan kebaikan pd manusia. Sptnya kritis, gugat, tp utk memberi kebaikan pd mnsia Menasihati quran artinya: Kalau baca alquran, cari makna yg sesuai kemanusiaan. Mana yg terbaik

Menasihati rasul artinya mencari makna hadits yg semangatnya kebaikan Menasihati pemimpin, artinya kritik. Jk sdh jd, mk memaknai agar tdk mendzalimi Kedamaian, persaudaraan. Bersama2 mencari makarimul akhlaq, rahmatan lil alamiin

Ada byk hadits yg menawarkan kulliyatul khomsah Tsalasun man jamaa 3 hal yg dimiliki mk sdh iman penuh Adil sekalipun diri kena Berbagi walau tdk py Menebarkan kedamaian utk seluruh alam Melihat tdk pd perbedaan tp utk mensejahterakan Laa yuminu ahadukum hatta yuhibbu liakhiihi

Saudara itu ada 3 Seagama Sebangsa Saudara sesama manusia

Damai itu jk mabusia dpt hasic neednya. Menghargai unsur yg beda Muslimah dr kt aslama. Kata aktif, transitif Seorg disebut muslimah jk aktif menyebarkan Salam, damai Jgm diam thd eksploitasi pd mnsia, lingkungan, alam Tdk mdh menegakkan kbnrn Byk org yg resisten

Byk yg menikmati ketdksetaraan krn py privilege ART hrs dilindungi UU ART blum selesai. Byk yg gak mau krn khawatir akan jd sulit jk ART dilindungi Pikirkan kepentingan orla, jgn diri sendiri. Ada ART yg gak py jam kerja, kyk slavery Mari hijrah pd kesetaraan Islam yg sejati

Muslimah artinya mjd org yg aktif, dinamis Ketdkadilan justru menyenangkan jk py kekuasaan, py ego Tdk ada after feminism, krm akan jd perjuangan terus sepanjang hidup. Sdh dimulao sejak jaman Rasulullah. Tdk boleh ada perbudakan Tp tetap sj tjd dominasi, diskriminasi

Muslim adl org yg kehadirannya membuat org lain nyaman, aman dr gangguannya Udkhuluu fissilmi kaffah Masuklah dln proses kedamaian scr total Ahibba kulla insani takuunu daiman dst

Post Top Ad