improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label amanat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label amanat. Tampilkan semua postingan
September 03, 2024

Dian Nafi Sharing Writerpreneurship di Festival Literasi UIN

by , in

Dian Nafi Sharing Writerpreneurship di  Festival Literasi UIN



Dian Nafi mendapatkan kesempatan istimewa untuk berbagi tentang dunia kepenulisan di Festival Literasi Amanat di UIN Walisongo Semarang. Acara yang dipenuhi oleh para mahasiswa, penulis muda, dan pegiat literasi ini menjadi wadah bertemunya para pencinta kata untuk saling berbagi inspirasi dan pengetahuan.

Di sesi pertama, Dian memulai dengan topik "Kepenulisan sebagai Jalan Hidup". Ia menceritakan perjalanannya sebagai penulis yang dimulai sejak masih belia, tentang bagaimana ia menjadikan menulis bukan sekadar hobi tetapi juga profesi yang menghidupi. Ia berbagi tips praktis, mulai dari bagaimana menemukan ide cerita, mengatasi writer's block, hingga cara membangun disiplin menulis di tengah kesibukan sehari-hari.

Dian juga menekankan pentingnya menulis dari hati. Menurutnya, tulisan yang baik bukan hanya sekadar rangkaian kata-kata yang indah, tetapi juga pesan yang tulus dan jujur. Para peserta terlihat antusias saat Dian berbicara tentang proses kreatifnya, terutama ketika ia mengungkapkan bahwa inspirasi sering datang dari hal-hal kecil di sekitar yang sering kali terlewatkan.

Pada sesi kedua, Dian mengangkat topik "Writerpreneurship: Mengubah Kata Menjadi Rupiah". Ia mengajak para peserta untuk melihat kepenulisan dari sisi yang lebih luas, yaitu sebagai peluang bisnis. Dian menjelaskan tentang writerpreneurship—bagaimana menjadi seorang penulis yang juga mampu menjalankan bisnis dengan baik. Mulai dari menerbitkan buku secara mandiri, menjadi ghostwriter, hingga memanfaatkan platform digital untuk monetisasi karya.

Dian juga menceritakan pengalamannya membangun personal branding sebagai penulis dan pembicara, serta pentingnya konsistensi dalam menghasilkan karya berkualitas yang dapat diterima pasar. Ia berbagi strategi untuk mempromosikan diri di era digital, termasuk memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk memperluas jangkauan pembaca.

Sesi tanya jawab pun berlangsung dengan hangat. Banyak peserta yang penasaran dengan tips sukses menjadi writerpreneur di tengah persaingan ketat. Dian menjawab dengan lugas, memberi dorongan untuk tidak mudah menyerah, dan selalu berani mencoba hal baru. Ia menyemangati para penulis muda untuk terus berkarya, karena dunia literasi selalu membutuhkan suara-suara segar dan perspektif baru.

Pengalaman berbagi di Festival Literasi Amanat menjadi momen berharga bagi Dian Nafi. Ia merasa senang dapat menginspirasi para peserta untuk menjadikan menulis sebagai lebih dari sekadar hobi, tetapi juga sebagai sarana berkarya dan berdaya. Dari semangat yang ditunjukkan para peserta, Dian yakin bahwa literasi di kalangan generasi muda masih sangat hidup dan penuh potensi.


Desember 19, 2019

Bincang Sastra Di UIN Walisongo Semarang

by , in
Bincang Sastra Di UIN Walisongo Semarang

Alhamdulillah tanggal 17 Desember 2019 sepulang dari Women Writers Conference di Cirebon, saya ketiban sampur untuk menjadi nara sumber di acara Bincang Sastra Di UIN Walisongo Semarang, bareng kang Puthu alias pak Gunawan Budi Susanto (sastrawan senior dan salah satu guru nulisku juga)


Panel-panel di Women Writers Conference antara lain:
  1. Musdah Mulia dan Muslimah Reformis
  2. Faqihuddin Abdul Kodir dan Muslimah Reformis
  3. Musriya dan Muslimah Reformis
  4. Husein Muhammad dan Muslimah Reformis
  5. Kajian Gender Islam Nur Rofiah
  6. Participant Reflection
  7. Perempuan dan Pesantren
  8. Merumuskan Hukum Keluarga Adil Gender
  9. Perjalanan Menuju Mubaadalah
  10. Writing Session

Acara bincang sastra yang  bertempat di auditorium 2 kampus 3 UIN Walisongo ini merupakan salah satu event dari rangkaian acara perhelatan ulang tahun SKM Amanat yang ke-35. Wow yach. Majalah kampus universitas  ini dulunya hanya dikerjakan secara single, lalu dengan beberapa volunteer yang waktu itu juga merupakan para aktifis kampus, dan kini makin banyak mahasiwa yang terlibat serta sudah menelurkan banyak karya serta kontribusi. 

Cerita ini kami dengar bersama malam itu dari para pelakunya langsung. Pak Ajang, pak Hasan Aoni, pak Djoko Litbang UIN, mbak Alfie aktifis perempuan, dan pak Muhsin Djamil yang kini menjadi Wakil Rektor I UIN Walisongo. 

Salah satu karya bersama sekaligus produk Amanat tahun ini adalah antologi puisi yang dilaunching saat bincang sastra malam itu. Dan buku ensiklopedia perjalanan Amanat selama 35 tahun yang berisi tulisan dan artikel jurnalistik, laporan-laporan juga esai dari beberapa jurnalis Amanat.

Membincang puisi saat ini menjadi tema bincang sastra malam itu. 

Berikut rangkumannya yang sudah tayang di media ayo semarang.

Saat ini fungsi akademisi sastra lebih banyak mencetak analis dan kritikus. Mereka menciptakan berbagai teori sastra yang digunakan sebagai kritik terhadap karya sastra. Namun banyak dari mereka yang justru tidak menciptakan karya apapun.
Hal itu disinggung oleh sastrawan asal Kota Semarang, Gunawan Budi Susanto yang akrab disapa Kang Putu dalam bincang sastra dan launching antologi puisi “Membaca Wajah Puisi Hari Ini” di Auditorium II kampus 3 UIN Walisongo, Selasa (17/12/19).
"Saya pribadi sudah kehilangan kepercayaan pada akademisi sastra, omong kosong aja mereka. Baca sastra aja gak pernah kok ngaku akademisi,” jelas Kang Putu.
Bincang sastra dan lauching Antologi puisi Soeket Teki tersebut digelar dalam rangka memeringati hari lahir (Harlah) ke-35  surat kabar mahasiswa (SKM) Amanat UIN Walisongo Semarang.
Turut hadir  penulis buku Dian Nafi, Wakil Rektor I Muhsin Jamil dan beberapa alumni SKM Amanat seperti Hasan Aoni Aziz, Joko Tri Haryanto, Zaenal Arif, Siti Alfijah dan sebagai moderator Nur Zaidi.

Mengenai tema yang diusung “Membaca Wajah Puisi Hari Ini”, Kang Putu mengatakan ia tidak dapat menjelaskan bagaimana bentuk wajah puisi pada hari ini.
“Saya tidak dapat berkata macam apa dan bagaimana wajah puisi hari ini, karena bagaimana mungkin anda semua bikin sajak yang begitu indah namun sampai hari ini ada kawan penyair yang kita tidak tahu di mana beliau dikuburkan, Wiji Tukhul," tuturnya.
Kang Putu juga mengatakan, dalam hal membuat puisi ada hal-hal yang perlu diperhatikan bukan hanya soal kata-kata yang indah yang bisa dibaca oleh semua orang, tetapi tentang nilai apa yang terkandung di dalamnya.
“Kalau buat puisi cobalah perhatikan kata-katanya. Pakai kata-kata yang anda kenal, pakai susunan kata yang sederhana, kalimat yang sederhana tapi kemudian jika anda pikirkan lagi kata-kata tersebut susah untuk diartikan,” katanya.
Dian Nafi membahkan, ilmu tentang cara menulis puisi, cara bagaimana seorang sastrawan mengajak kita merespons puisi, dan mampu menjadikan puisi bukan hanya sebagai ajang ekspresi dan eksistensi.
“Untuk menulis puisi, kita harus peka menangkap sesuatu yang langsung buat kita punya ide. Memang semestinya puisi kita itu diarahkan untuk membaca apa yang terjadi di sekitar kita sehingga kita itu dapat menyuarakan sesuatu dan kita mampu menjadikan sebuah puisi bukan hanya sebagai ekspresi, eksistensi tetapi juga sebagai sebuah solusi,” ujar Dian.


Acara tersebut dimeriahkan dengan musikalisasi puisi kolaborasi Teater Wadas dan Skm Amanat, dan di akhir acara, Wakil Rektor I UIN Walisongo, Muhsin Jamil dan beberapa alumni berkesempatan tampil membacakan puisi.

Saya juga berkesempatan membacakan satu  puisi yang ada di dalam buku antologi puisi yang diluncurkan malam itu.

Terima kasih SKM Amanat UIN Walisongo Semarang for having me.
Happy anniversary. Semoga makin sukses, berkah dan berjaya di darat, laut dan udara!

Post Top Ad