Whistle Blowing Series by Dian Nafi
It isn't 10,000 experiences that creates wisdom, its 10,000 reflections.
We want the invention without the iteration, wisdom without the wrinkles, the triceps without the try...
10,000 hours with the wrong approach is a vanity metric.
And what happens when you focus on the vanity metrics?
Observe this problem magnified on an institutional level. We value clicks, likes/retweets over privacy. President values ratings over public health.
We’re driven by lagging indicators & then debate if it’s the 🐓 or the 🥚
Agreed. It's a shame that likes ect are portrayed as being valuable. They reflect your reach but not your character.
Unfortunately it's reach and not character that institutions will typically reward with status, perpetuating a cycle of chasing and promoting vanity metrics
It isn't 10,000 books that creates knowledge, its 10,000 interpretations
you can have 10K experiences without that much reflection and that's the delta.
Reflection, crucially, is about observation before judgment.
It isn’t 10,000 hours or experiences, but 10,000 reflections iterated.
It’s both experiences and reflections. Stop saying things that sound profound but aren’t
Reflection is embodied.
"I fear not the man who has practiced 10,000 kicks once, but I fear the man who has 10,000 legs." - Bruce Lee
Mindless practice is time wasted.
Mindful practice is happy time.
As someone who has tried to learn music this way, I agree wholeheartedly. Without mindful and clear observation and practice, we don't complete the vital feedback loop required for effective learning.
Practice done for practice's sake is futile.
In order to learn from experience, two ingredients are necessary:
- Frequent practice
- Immediate feedback
Look for feedback loops to make adjustments and thus improve.
I see you make music:
- Put your ideas on the internet, even if they are not finished
- Ask for opinion
- Networking and send them your recordings
- Self edit and publish demos
...
It is not the hours of the work but the work in the hours.
Iterate, don't repeat.
What if you can find the answer in 5000 iterations, are you lucky?
No you're not. You learned fast
If there's only one answer, then no, you just learned faster.
If there's more than one answer, you are learning fast but keep going.
... Keep going anyway.
You probably know the answer! Genetics, quality of coaching, social support, and health habit factors.
Human performance is what I do.
You have to approach perfection to realize you cannot approach perfection.
Perfection is a resolution fallacy, and resolution is experience.
This is why visualizations are so powerful. Can conceive many of the iterations simply mentally.
Visual simulation
10,000 mindful iterations to mastery
Iteration >>>>> mere repetition
(Where iteration = repetition * feedback)
Once had a wrestling coach tell me, 'It's not practice that makes perfect, perfect practice makes perfect.' Not how I would put it, but it makes sense. You don't get points for showing up, you must apply yourself
Learning about some of the ways a system fails will help reveal the importance of foundational components within the way(s) it can succeed.
Hit. Fail.
Hit. Fail.
Hit. Fail.
... (9996 more times)
Hit." Eureka Eureka"
No luck.
Only work
'Isn't always 10,000 iterations. In Standup comedy we do the same set over and over for an extended period of time. In fact it's doing exactly the same thing over that installs it in our heads allows experiment and a new bit comes spontaneously the 101st time. More like 1000*10
It isn’t a number. It’s sustained, deliberate practice. Ericsson>Gladwell
SOME BOOKS ABOUT PRODUCTIVITY
Membaca Indonesia Hari Ini Lewat Buku-Buku Dian Nafi
Di tengah perubahan sosial, spiritual, dan budaya yang kian cepat, membaca bisa menjadi cara refleksi untuk memahami siapa kita dan ke mana arah bangsa ini. Menariknya, sejumlah karya terbaru dari Dian Nafi justru sangat relevan dengan situasi Indonesia saat ini.
📖 Kembali Pulang: Menemukan Nikmat Sholat yang Hilang
Buku ini hadir di saat banyak orang merasakan “jeda” spiritual dalam rutinitas sehari-hari. Ia menawarkan renungan dan panduan praktis agar sholat kembali menjadi ruang perjumpaan yang nikmat, bukan sekadar kewajiban.
📖 Jilbab dalam Lensa Hybrid Paradox
Fenomena jilbab di era digital sering jadi ruang tarik-menarik antara tradisi, modernitas, dan industri fashion. Buku ini membantu kita memahami identitas Muslimah Indonesia di tengah derasnya arus media sosial dan budaya populer.
📖 Sustainable Islamic Co-Living
Isu krisis hunian, keberlanjutan lingkungan, dan ekonomi komunitas menjadi salah satu tantangan besar Indonesia. Buku ini menawarkan gagasan segar tentang hunian Islami yang ramah lingkungan sekaligus memperkuat ikatan sosial.
📖 Ruang yang Mengantar Pulang: Reinterpretasi Masjid Agung Demak
Dalam suasana mencari jati diri bangsa, menengok kembali simbol-simbol peradaban seperti Masjid Agung Demak memberi kita pemahaman tentang akar budaya sekaligus arah spiritualitas.
✨ Melalui buku-buku ini, kita tidak hanya membaca kata-kata, tapi juga membaca Indonesia hari ini—dengan segala tantangan, harapan, dan kemungkinan masa depannya.
Dari Hobi Menulis ke Sumber Penghasilan: Perjalanan Menjadi Writerpreneur
Dari Hobi Menulis ke Sumber Penghasilan: Perjalanan Menjadi Writerpreneur
Beberapa tahun lalu, saya masih menulis hanya untuk diri sendiri. Tulisan saya bertebaran di buku catatan, draft blog yang tidak pernah dipublikasikan, atau status panjang di media sosial. Menulis terasa menyenangkan, seperti berbicara dengan diri sendiri—tapi saya tidak pernah membayangkan kalau aktivitas itu bisa menjadi sumber penghasilan.
Hingga suatu hari, seorang teman membaca artikel yang saya tulis di blog pribadi. Dia menyukainya, lalu bertanya, “Kamu bisa bikinkan artikel seperti ini untuk website kantor saya? Nanti saya bayar, ya.”
Sejujurnya saya kaget. Dibayar? Untuk menulis? Rasanya tidak nyata. Tapi dari situlah perjalanan writerpreneur saya dimulai.
Dari satu klien ke klien berikutnya, dari blog pribadi yang awalnya hanya punya segelintir pembaca hingga akhirnya mampu menarik ribuan pengunjung per bulan, saya belajar bahwa menulis bukan hanya soal kata-kata indah. Menulis adalah keterampilan yang bisa dibangun, dikembangkan, dan—ya—dimonetisasi.
Kini, saya ingin berbagi perjalanan itu dengan Anda. Karena saya percaya, setiap penulis punya kesempatan untuk menjadikan tulisannya bernilai lebih.
Itulah alasan saya membuat kursus Writerpreneur. Di sini, Anda tidak hanya belajar cara menulis yang efektif, tetapi juga strategi menjual tulisan, membangun personal branding, hingga mengubah keterampilan menulis menjadi bisnis yang berkelanjutan.
Bayangkan, jika tulisan Anda bisa menjadi pintu masuk menuju:
-
Freelance menulis yang dibayar klien.
-
Blog yang menghasilkan passive income.
-
Buku atau eBook yang diterbitkan dan dibaca banyak orang.
-
Jasa kepenulisan profesional yang dipercaya berbagai brand.
Menulis memang berangkat dari passion, tapi mengapa tidak sekaligus menjadikannya profesi?
🌱 Jika Anda merasa menulis adalah bagian dari hidup Anda, dan ingin menjadikannya lebih dari sekadar hobi, kursus ini ada untuk Anda. Mari belajar bersama bagaimana menjadi seorang Writerpreneur: penulis yang tidak hanya berkarya, tetapi juga berdaya.
Beli bukunya di sini >> https://books.google.com/books/about/Writerpreneurship.html?id=77CzEAAAQBAJ
Ikuti kursusnya di sini >> https://www.udemy.com/course/writerpreneurship/