What most scary things of writing?
Apa yang paling menakutkan dalam proses kita menulis?
HARUS JUJUR The obligation to tell the truth, being honest and vulnerable so we can reveal the core of the core.
Keharusan mengatakan kebenaran, menyampaikan sesuatu dengan jujur, apa adanya sehingga kita bisa mengungkap inti dari yang inti.
Saat kita menolak bicara jujur,mencegah diri sendiri dari menyampaikan yg sebenar-benarnya apa yg kita alami dan kita rasakan,maka tak akan lahir tulisan jernih.
Meskipun ada, mungkin hanya permukaan yang dangkal dan penuh kepalsuan, atau bertopeng dengan framing tertentu yang membuat diri sendiri bergidik
Baca juga tentang 15 Cara untuk Memperkuat Keberanian Penulis.
KHAWATIR DISADUR
Pernah merasa insecure? jangan-jangan benih ide yang kita yang kita cuitkan tahu-tahu diambil dan dikembangkan orang lain? Atau bahkan sudah mengalaminya? Aku sering.
Rasanya kayak ketikung gitu. Apalagi kalau yang mengambil dan mengeksekusi adalah orang yang terkenal, lalu jadi booming, jadi duit. hehehe...
Namun perlu kita sadari juga:
Kekhawatiran kalau-kalau ada orang-orang lain mencuplik ide-ide kita (yang sejatinya berasal dariNya) yang kita tebar saat ngecuit (lalu ia mengembangkan dan menjadi lebih sukses) tak sebanding dengan terbenamnya ide-ide itu di kepala saja sebab sembunyi. Just speak out and spread the ideas. Make them useful for the people and world.
Meski sebenih dzarrah pun, Allah sudah janjikan pahalanya.
Apa kita nggak yakin? Tinggal meluruskan niat saja, lillahi ta'ala. Jariyah jariyah. Anggap saja sebagai jariyah ide, yang ketika kita sudah meninggal dunia pun, pahalanya insya Allah tetap mengalir pada kita. Aamiin.
Toh kita pun kadang terinspirasi cuitan orang-orang lain.
Andai orang lain berterima kasih, terima.
Andai tidak, tetap berikan kasih.
**
ini salah satu bentuk tulisan yang hadir dari kejujuran dan apa adanya yang dirasa hari ini.
NGGAK PAKAI MASKER
Hari ini bareng 50 an saudara dr berbagai tempat yg jauh. Aku gak pakai masker sama sekali,peluk,cipika cipiki(ibu justru masih ketat pakai masker)di saat WHO umumkan virus covid tahan di udara 8 jam, dan penularan bisa lewat udara. Bukan krn tdk lagi peduli pandemi, kurasa, tapi ..mgkn lbh krn momennya persis stlh mengalami turbulance kmrn. So aku agak2 'trancendence'? Menyerahkn diri sepenuhnya pd kuasa takdir,membebaskn diri dr sgala kecemasan2 yg mungkin.
Simbol memerdekakan diri sepenuhnya stlh brtahun2 berada dlm bayangan menunggu harap yg tak pastiKalau kmrn2 aku suka mengingatkan anakku utk hati2, selalu pakai masker dst (sampai2 dia bilang aku over) tadi aku sendiri gak peduli. Stlhnya,kupikir2 tadi itu menyedihkan sekali sbnrnya. Kyk sdh siap mati aja(atau mmg pengin mati?) Tapi juga deliberating,semacam pembebasan diri
Mungkin kayak gitu kali ya yg dirasakan org2 nekat di luar sana (kita melihatnya begitu) They deliberate somethings,somehow,somewhy Smoga semua keluarga yg hadir haul hari ini sehat semua, meski langgar protokol covid kabeh:D *Tapi skrg asline awakku rodho nggreges2 ik
Bandingkan dg protesku bbrp hari lalu ttg rencana haul
keluarga besar ini ngotot tetap ngadain haul simbah spt biasanya, ngumpul byk orang. koyok gak percoyo wae yen doa buat ortu tetap akan sampai meski nggak ngumpul. dikasih pandemi covid, kan yo sakjane malah ngirit bbrp juta :D *semua akan muhammadiyah pd waktunya:D
Then suddenly sikapku sendiri berubah. Coz of that turbulence. Iya, patah hati bisa mengubah orang sedrastis itu. Iya, cinta kdg bikin orang tak lagi memperturutkan logika
**
NGGAK KUMANAN DOA KHATAMAN
Bisa jd kita seharian duduk nyimak alquran(tertegun menyadari betapa hebatnya bacaan agung itu, krn dg mendengarkannya saja hati tersirami dan mendapat obat yg ia butuhkan) tapi ternyata kita tak berkesempatan memperoleh gong momentum besarnya saat khataman sebab tiba2 hrs pergi
Ada byk pertanyaan dan kemungkinan atas ketdkoptimalan achievement ini - tdk hdrnya saat khataman,tdk lalu meng-cancel yg sblm2nya ia peroleh (saat sima'an)kan? - ultimate achievement/optimum prize(momentum doa khataman) belum lagi pantas utknya? - apakah mrk yg dtg justru pas...
..doa khataman lbh beruntung (dpt momentum besarnya) dibanding mrk yg simaan saja tp gak menangi/dapat doa khataman? - momentum optima ultima prize hy Dia berikan pd siapapun yg Dia mau beri - kealpaan/ketdkhadiran saat doa khataman, tdk berkorelasi dg asumsi apapun spt di atas?
**
Itu tadi 2 contohnya.
Andai saja memperturutkan ego karena malu memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan seperti itu, lalu kita tidak menangkap dan mengambil hikmahnya, justru kita yang rugi sih. IMO
**
Kalau kamu, apa yang paling menakutkan bagimu dalam proses menulis?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar