improving writerpreneurship

Post Top Ad

November 06, 2015

Iqro bismi robbik : sulit untuk tak jatuh cinta

by , in

Iqro bismi robbik : sulit untuk tak jatuh cinta



Ketika melewati Malioboro kali ini, sensasi yang dirasakannya tidak seperti waktu dulu dia pernah beberapa kali menikmatinya. Ada apa, pikirnya. (belakangan dia paham karena menurut seseorang, ini mungkin karena spiritualitasnya meningkat sehingga tidak lagi mudah tergoda seperti dulu. oh ya? mungkin juga)

Meski begitu Jogja masih se-eksotis yang dia kenal dan rasai. Persinggungannya beberapa kali  dengan kota ini dalam misi jalan-jalan , budaya ataupun intelektual, masih menempatkannya sebagai salah satu kota yang sulit untuk tidak dijatuhcintai.

Seperti sama sulitnya untuk tidak jatuh cinta dengan seorang legenda yang ditemuinya hari ini. Bapak Ahmad Tohari penulis Ronggeng Dukuh Paruk. Betapa beruntungnya dia karena sempat secara personal duduk bersama, berbincang dan bapak berkenan membuka serta membaca sekilas salah satu buku perempuan itu. Serta membahasnya dengan antusiasme yang tidak dia perkirakan sebelumnya.

“ah, kamu bahkan sudah melampaui saya dalam hal ini. Belakangan ini saya baru mulai. Dan ini benar. Bahwa semua yang ada di sekitar kita ini, benda-benda ini, materi ini, yang kita lihat, sentuh, semuanya hanyalah maya. “ kata bapak sambil menyentuh benda –benda di sekitarnya. Dia, perempuan yang terkesima dengan uraian-uraian selanjutnya dari sang bapak, semakin jatuh cinta saja pada bapak yang satu ini. Dan cintanya semakin jatuh ketika bapak berkata,
“saya punya pesan khusus untuk kamu. Jaga dan terus pertahankan eksistensialisme-mu”
Jleb!

Ketika bapak berbicara di depan audience mengisi acara workshop hari itu, si perempuan kembali terkesima karena bapak kembali menotice dirinya (bahkan menyebut kotanya..ehm..) di sela –sela uraian sang bapak.
IQRO’ BISMI ROBBIK

Berikut secara lengkap uraian bapak yang ditulis kembali olehnya dengan bahasanya sendiri:
Satu tujuan saya menulis Ronggeng Dukuh Paruk (RDP) adalah melahirkan. Karena saya sudah hamil selama lima belas tahun.

Semua berawal di tahun 1964, ketika saya duduk di kelas 2 SMA. Hobi memburu burung membawa saya pada salah satu dataran agak tinggi. Yang suatu ketika, saya menyaksikan seorang perempuan tanpa busana sedang mandi di pancuran di bawah beringin.

Bayangan perempuan yang seorang ronggeng, istri simpanan seorang pejabat itu, terus menggelayut di kepala saya. Sehingga imajinasi saya liar ke mana-mana. Tahun 1965, perempuan yang saya gandrungi itu ditangkap dan ditahan. Ada gejolak luar biasa dalam diri saya karena tak mungkin seorang ronggeng bersinggungan dengan dunia politik. Bersamaan dengan itu, saya melihat secara langsung pembunuhan –pembunuhan yang dilakukan bangsa ini terhadap sesame saudara sebangsa sendiri. Rasa kemanusiaan saya bangkit, saya marah. Bullshit. Sejak itu saya kehilangan rasa hormat terhadap bangsa ini. Bangsa yang telah kehilangan rasa sopan dan kemanusiaan.

Selama bertahun-tahun saya menunggu. Tetapi para penulis senior seperti Gunawan Muhammad, Mochtar Lubis, Rosihan Anwar dll. Tidak ada yang menulis tentang peristiwa 1965 ini. Hanya ada satu cerpen tulisan Romo Mangun. Sampai tahun 1980, saya tunggu masih belum ada juga yang menuliskannya. Beratus wartawan dan puluhan penulis ini berhutang pada bangsa ini jika sampai tidak ada yang menuliskan dan mencatat peristiwa tersebut. Saya akhirnya menulis RDP yang semula saya rencanakan sebagai roman picisan menjadi sebuah novel yang penuh emosi dan pemberontakan. Novel RDP ini adalah novel penderitaan kita semua.  

Saat itu saya menjadi redaktur di Jakarta. Ketika sampai halaman 80 dari novel tersebut, saya sadar novel ini tidak bisa dikerjakan sebagai sambilan. Sehingga kemudian saya mengundurkan diri dan mengerjakan novel ini selama tiga tahun. Alhamdulillah saat ini novel ini sudah berusia 31 tahun dan berkali –kali dicetak ulang. Mengentaskan kelima anak saya menjadi sarjana. Tiga di antaranya jadi doctor, satu dari Hokaido, satu dari Florida.

Saya terpaksa mengalah ketika pertama kali diterbitkan , 40 halaman pertama dari buku ketiga (trilogi RDP) ini dipotong karena situasi politik saat itu. Tantangan dan masalah lain datang dari dua kubu. Yang pertama, dari orang-orang muslim. Mereka menyayangkan saya yang lahir di bawah kubah masjid kampong dan notabene anak kyai kampong, kenapa menulis tentang ronggeng.  Saya jawab, kita ini dilahirkan untuk membaca alam semesta. Lahuu maa fissamawati wa maa fil ardhi. Dan ronggeng itu termasuk lahu maa fil ardhi, jadi wajib dibaca.

Sastro kang gumelar ini baik dan buruk harus dibaca, hanya saja harus dengan kondisi membaca atas nama tuhan (iqro bismi robbik). Kalau pembacaan kita lepas dari kondisi ini, tentu saja akan menjadi liar. Kalau pembacaannya dengan atas nama Tuhan, kita jadi menggunakan akal untuk memikirkan penciptaan.
Kalau membaca dengan dan atas nama Tuhan, maka kita akan sangat diperkaya. Sehingga kemudian hamil dan akhirnya melahirkan tulisan –tulisan yang bermakna.

Gugatan yang kedua datang dari militer. Jadi mereka tetap teriak padahal saya sudah bungkus RDP itu dengan kisah ronggeng yang asyik masyuk. Dan juga profesi Rasus sebagai tentara, untuk melunakkan hati militer. Tetap saja militer marah. Namun Alhamdulillah saat ini semuanya baik, bahkan saya berterima kasih karena mereka meloloskan adegan –adegan peristiwa 1965 dalam film RDP ini.
(Bapak berkali –kali mengusap air mata dan tampak emosional ketika menyampaikan uraiannya)

Pesan untuk para penulis yang hadir dalam workshop:
Libatkan emosi saat menulis. Dengan cara membawa otak kita dalam kesadaran yang dalam.  Rasakan bahwa semua kehadiran di alam ini terencana. Daun yang jatuh itu juga terencana. Ketika dalam kesadaran seperti itu, emosi kita terlibat sehingga aura-aura itu terasa dalam tulisan kita. Dengan begitu kita bertasbih, mensucikan penciptanya. Yang jika dilakukan dengan ikhlas, akan menggetarkan pembacanya. Ada sesuatu yang mengikat pembaca karena kesadaran yang dalam.
Untuk mencapai itu, kita harus punya kepekaan social, kepekaan alam dan kepekaan kosmis. Anak muda dan orang jaman sekarang terlalu banyak tersedot perhatiannya kepada informasi yang telah dikapitalisasi. Termasuk yang terjadi baru-baru ini. 30 orang termasuk Bupati berduyun datang ke stasiun TV di  Jakarta untuk mendukung salah seorang warganya yang menjadi finalis Idol. Padahal semua semestinya tahu bahwa ini adalah rekayasa pengusaha pulsa, kepentingan kapitalisme.  Banyak orang sekarang ini terpukau pada artifisial dan tidak memperhatikan yang hakiki.
Penulis punya SIM untuk menulis tentang apapun, selama bisa mempertanggungjawabkan tulisannya dan tidak menyebabkan dekadensi. Saya juga menulis tentang gowok dan bukak klambu, karena tidak mungkin menulis tentang ronggeng tanpa menuliskan kedua prosesi ini. Tetapi semata saya menulisnya secara jujur, dan bukan untuk dekadensi. Karena penulis bertanggung jawab untuk mempertinggi keadaban. Sastro kang gumelar wajib dibaca secara paripurna.

Sekali lagi bapak menekankan untuk iqro’ bismi robbik. Dengan kerendah hatian, idealisme dan caranya berbagi, sulit untuk tidak jatuh cinta pada bapak ini.

Sama sulitnya untuk tidak jatuh cinta pada sebuah senyum yang terus terukir pada sebuah wajah yang sore itu mengantarnya pulang.



November 05, 2015

alis, jaket merah, spion dan senyum malaikat

by , in

alis, jaket merah, spion dan senyum malaikat



1/ alis
di situ?
iya, di sini
mei itu
sekarang mei
waktu itu kerusuhan
sekarang juga.....


2/jaket merah
merah juga
jaket
ah, jaket jins-ku ketinggalan lagi!
iket aja tuh jaket, ketinggalan mulu

3/spion
jemari dan alur kokohnya
spion dan bayangannya
cermin bercermin

4/ senyum malaikat
malaikat bukan?
mungkin
bukan malaikat kan?
hampir
yang benar saja...
hmm..separuh malaikat, baiklah.
November 05, 2015

Novel GUS masuk nominasi Sampul Favorit Anugerah Pembaca Indonesia 2015

by , in
Novel GUS masuk nominasi Sampul Favorit Anugerah Pembaca Indonesia 2015


Yeay! Alhamdulillah. 

Beberapa waktu  lalu  diumumkan kalau Novel Matahari Mata Hati dan novel Gus by dian nafi masuk dalam long list Anugerah Pembaca Indonesia 2015

https://www.goodreads.com/topic/show/17525077-anugerah-pembaca-indonesia-2015



Pagi ini aku barusan dapat inbox di fesbuk dari seorang teman yang melihat kalau novel GUS menjadi 20 buku yang dipilih dari 432  buku lain yang masuk long list. Dinominasikan menjadi sampul buku fiksi terfavorit Anugerah Pembaca Indonesia 2015. Whoaaaaa.....

Sayang aku tahunya telat ya, jadi nggak sempat woro-woro lebih lama dan  lebih luas. Lha wis nggak nyangka. Hiks. Jadi cepetan vote ya teman-teman, soalnya Polling ditutup tanggal 7 November 2015 yang itu artinya besok. Nah lho! Ayo ayo buru-buru divote yuk :)


https://www.goodreads.com/poll/show/125747-api-2015-dari-sampul-buku-berikut-manakah-yang-kamu-pilih-untuk-menja


Let's vote!
November 05, 2015

Cinta Itu Seperti Musim

by , in
Cinta Itu Seperti Musim


1/ pola
dua acara haul di minggu ini. dua pola tata letak yang sama ternyata. letak makam di tanah yang lebih tinggi berada satu garis dengan pesantren yang diwariskan untuk anak cucu. 

2/dziba
Bacaan dziba yang berkelok – kelok membawa kenanganku di bawah jendela malam –malam itu. aku pernah punya guru privat yang mengajariku langsung sendiri di kamar yang bisu sekarang. mataku terpejam, dan pemandangan itu tampak jelas. Kami di sana, suaranya yang merdu, gaya mengajarnya yang penuh kasih, aku yang mati – matian berusaha agar berhasil, lampu yang tidak dinyalakan, akhir pelajaran yang menggemaskan. Lalu mataku terbuka, dan makin basah air mata. Lamat –lamat suara dalam hati seperti menunjukkan, bisa jadi memang dia. The true love. Mungkin memang dia. Jika demikian halnya, tidak perlu lagi aku mencari.

3/ ula
dia masih 2 tahun ketika aku datang ke rumah itu. dulu, kelahirannya ditunggui pamannya yang adalah ayah dari anak-anakku. gadis tomboy itu menemani kami selagi kami menunggu 3 tahun untuk buah hati hadir melengkapi. dia kawan sejati sejak anak-anak kami bayi. melipatkan popok-popoknya, menemani bermain, mengasuh, mengasihi. bersama - sama dalam perjalanan dan apa saja. seolah kakak asli mereka, seolah anak sulung kami adalah dia. 
sekarang dia tumbuh lebih tinggi dariku, kelas 2 sekolah menengah pertama. duduk dalam barisan santri yang diwisuda khatam alqur'an. lebih manis, ketomboiannya tertutup kecantikannya, kedewasaannya. dia kini dewasa, diwisuda. seharusnya kami melihatnya bersama di hari bahagia ini, tetapi hanya ada aku. aku yang bersimbah air mata. dia dan senyumnya membawaku dan airmataku ke masa - masa kami bersama. 
November 05, 2015

Lelaki, Kutunggu Lelakumu

by , in
Lelaki, Kutunggu Lelakumu



            Cinta datang pada setiap hati dengan cara yang sangat indah. Sesuatu yang kadang tak pernah mampu dinalar oleh kemanusiawian kita. Menyapa dalam rasa, mengetuk dalam bahasa yang  dimengerti oleh para perindu. Hanya saja tak semua hati memiliki keberanian yang cukup untuk mengungkapkan segenap anugerah itu. Seperti halnya Indra yang memilih untuk terpaku pada rasa yang dibingkai dalam impian-impian indahnya seorang diri. Kehadiran Mayana dalam segala pesona sempat menawannya pada sebuah titik balik, walau kemudian menguap untuk menyeretnya pada masa yang dia relakan menghilang begitu saja. Ia percaya apa yang telah disiapkan untuknya akan datang dalam sebuah kepastian.
            Esti dan Agung merasa perlu untuk mendekatkan keduanya. Mereka paham bagaimana Indra memperlakukan perasaannya sendiri. Dilema menyeruak ketika Arif juga menaruh rasa yang sama kepada Mayana. Sikap terbuka dan tangguh yang ada dalam diri Arif membuatnya memilih untuk melepaskan perasaan itu demi Indra. Sayang, semua menjadi sia-sia ketika Indra meninggalkan tanah air demi mengejar masa depan yang dipercayainya.
            Jarak bukan fatamorgana, masa juga bukan pedang yang merajam. Pergulatan kisah membuat Indra dan Mayana sekali lagi terdampar dalam dimensi waktu, walau pada kepingan detik yang tak lagi sama. Kepedulian menyatukan mereka atas nama cinta pada sesama. Perpisahan yang tak terelakkan pada akhirnya menjadi sebuah catatan panjang yang mengantarkan keduanya pada sebuah proses pendewasaan diri.
            Geliat ragu belum juga meninggalkan Indra. Sesaat rasanya berada pada pusaran yang pasti namun kemudian luruh pada tanya yang tak pernah terjawab. Lelah tak terelakkan, Mayana tunduk dalam bungkam. Membisu, keduanya berdansa dengan hatinya masing-masing. Kepergian orang-orang tercinta dari sisi keduanya, tetap saja belum mampu menggugah makna betapa kejujuran akan rasa menjadi hal penting. Saling bersikukuh bahwa cinta cukup dalam diam. Bahwa rasa cukup karena peka saja. Bahwa hati cukup dengan bahasa yang ia mengerti. Mereka tak sadar bahwa untuk sesuatu hal adakalanya butuh sebentuk ketegasan.
            Akankah Indra dan Mayana bertemu pada titian rasa terindah ? Atau segalanya justru sirna bersama kebisuan rasa.

Endorsement :

"Cinta selalu punya makna lebih. Tidak pernah membosankan untuk dinikmati. Cinta dalam novel kali ini bernuansa lain : sudut pandang baru, humor segar, juga hati yang merana. Lihatlah bagaimana tokoh cerita ini, Mayana, beranggapan bahwa mungkinkah lelaki sesungguhnya menunggu wanita mendatangi mereka, sebab para lelaki terlalu apatis dalam memulai kisah cinta?"
(Sinta Yudisia II - pegiat FLP, penulis, novelis)

"Jika anda setuju lelaki tidak sekedar bagian dari isi dunia atau pewarna setiap cerita cinta.... maka bacalah novel karya dua novelis wanita ini! temukan inspirasi dan hikmah terdalam dari seorang LELAKI dengan segala frasa indahnya ! bagus"
(Riyanto El-Harits, Novelis)


Judul : LELAKI : Kutunggu Lelakumu
Penulis: Dian Nafi dan Endang Ssn
Penerbit : Hasfa Publisher
ISBN : 978-602-7693-04-3
172 hal


bisa dibeli online. silakan  sms/wa 085701591957

November 05, 2015

parek

by , in

parek


iqomah sudah terdengar. sehingga dia akhirnya mengambil tempat terdekat dari dia keluar dari tempat wudlu. sebuah lokasi dekat jendela besar yang menghubungkan pandangan dari pawestren (tempat sholat putri) dengan tempat sholat yang ada di dalam. speaker di pawestren  yang mati dan riuhnya suara para pengunjung masjid yang bersliweran menuju tempat wudlu dan seputaran halaman masjid (maklum bulan ruwah) menyebabkan telinganya kesulitan menangkap suara imam. walhasil dia mengandalkan pandangan matanya yang bisa melirik gerak gerik para jamaah yang ada di dalam masjid.

sayangnya ketika ruku maupun sujud dan duduk setelah sujud, penglihatannya terhalang tembok/dinding yang memisahkan pawestren dan bagian ruang masjid. Sehingga gerakan sholatnya ada yang mendahului sang imam karena dia berdiri setelah sujud dengan hanya mengira – ngira saja waktunya, eh kecepetan.

Gini ini lho kalau jauh, tidak dekat/parek dari sumbernya langsung (sang imam). Jadi bisa sok tahu dan akhirnya keblinger, salah waktu salah gerakan. Demikian pula halnya untuk hal – hal lainnya. Bisa jadi kita melakukan sebuah amalan/laku dengan rasa/anggapan diri kalau yang kita lakukan oke – oke saja. Hmmm.... tapi apa iya? Kalau seperti kasus ini, kita ternyata cuma bisa meraba dan menduga –duga laku yang benar dan tepat padahal ternyata tidak ? hayo lhoh...

November 05, 2015

Keajaiban Rejeki

by , in

Keajaiban Rejeki




Kadang kala kebutuhan hidup memang tak dapat diukur. Banyak impian dan harapan yang ingin kita wujudkan, misalnya memiliki rumah dan kamera impian, menunaikan ibadah haji, melanjutkan kuliah di negeri impian, atau bahkan untuk sekadar memenuhi kebutuhan makan keluarga. Itu semua memerlukan biaya yang kadang tak terjangkau, bahkan meskipun sudah menyisihkan pendapatan setiap bulan selamabertahun-tahun.

Namun, kita tidak boleh berpangku tangan hanya menunggu keajaiban rezeki datang. Perlu perjuangan, kerja keras, serta ikhtiar tiada akhir untuk mengetuk pintu rezeki Allah Swt., mulai dari rezeki sederhana yang dapat dinalar manusia hingga rezeki nomplok tak terduga yang semata-mata karena keajaiban Allah.

Ada 37 kisah dalam buku ini yang akan menyalakan semangat kita untuk tetap percaya dengan ketetapan rezeki yang harus segera kita jemput. Kita tak pernah tahu kapan rezeki akan datang, tapi yang pasti kita harus siap menjemput ketika Keajaiban Rezeki menghampiri.


“Rezeki orang-orang yang imannya kuat akan datang dari arah yang tak terduga-duga. Jadi, bila masih bisa menebak rezeki yang datang kepada kita secara akurat, itu berarti kita perlu segera meng-upgrade keimanan kita.” - Profesor Didin Hafidhuddin

"Kisah-kisah ini adalah adonan cerita yang banyak khasiat. Bisa menggerakkan di kala lemah, membangkitkan di kala jatuh, menyadarkan di kala lupa, dan meyakinkan di kala ragu bahwa rezeki akan datang dengan usaha dan doa. Dengan terus berusaha dan berdoa, lalu dipuncaki dengan tawakal, Insya Allah jalan akan terbentang menuju impian." - Ahmad Fuadi; Penulis novel bestseller Negeri 5 Menara

Judul : Storycake Keajaiban Rejeki
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Tebal : 250 halaman
Harga : Rp. 55.000,-
Cover : Softcover
ISBN : 978-979-22-9955-7
Penulis: Dian Nafi dkk
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Post Top Ad