improving writerpreneurship

Post Top Ad

November 07, 2015

101 Bisnis Online yang Paling Laris

by , in
101 Bisnis Online yang Paling Laris
Sinopsis:
Cara-cara mudah memulai dan menjalankan bisnis online dari rumah
Bisnis online adalah bisnis yang fleksibel. Risikonya relatif kecil, waktunya mudah diatur karena dapat dikontrol dari rumah, dan transaksi keuangan bisa dilakukan melalui internet banking. Selain itu, modal yang diperlukan relatif kecil, tapi jangkauannya hingga seluruh Nusantara, bahkan ke luar negeri. Banyak yang menjadikan bisnis ini sebagai usaha tambahan, bahkan ada yang menjadikannya bisnis utama.
Banyaknya pilihan bisnis online ini sering membuat para pemula bingung menentukan jenis bisnis yang akan ditekuni. Lalu, bagaimana memulai dan memasarkannya, serta berapa keuntungan yang akan diperoleh?
Buku ini mengupas 101 pilihan bisnis online yang paling laris dan disukai, mulai dari bisnis jasa, kerajinan tangan, kuliner, fashion, hingga “toko” online. Pembahasannya yang mudah dan sederhana bisa membuat semua keraguan pupus, dan Anda pun siap berbisnis. Setiap bisnis juga disertai dengan uraian dan analisis keuangan yang detail. Pilihlah bisnis yang sesuai dengan diri Anda, dan raihlah sukses bersama bisnis online!
* Ukuran : 13.5 x 20 cm
* Tebal : 354 halaman
* Harga : Rp. 60.000,-
* Cover : Softcover
* ISBN : 978-979-22-9005-9Image
November 07, 2015

segaris

by , in

segaris




aku berada satu garis dengan dia dan dengannya.  dia tak sadar ketika aku memperhatikan dia yang sedang memperhatikannya. dunia memang aneh, tapi di situlah letak asyiknya dunia.

aku bukan cemburu, bukan. sudah lama kutepikan rasa itu karena aku bebas. tapi mungkin juga iya, hanya aku tak mau mengakuinya.
dia bahkan bukan orang yang dipandang cukup pantas. tapi siapa aku, kenapa sombong?
yang jelas tertulis adalah lelaki tak bisa menutupi gejolaknya mengagumi perempuan cantik manapun. meski hati tadinya mungkin tertambat hati yang sebelumnya telah dia temui terlebih dulu.
tapi tentu saja tak ada hubungan antara hati, komitmen dan ketertarikan. ketiganya berbeda posisi meski berada dalam satu garis. seperti yang terjadi saat ini, antara aku, dia dan dia yang menarik perhatiannya.
lambaikan tangan dan ucapkan dag dag pada apa yang mungkin disebut cinta.  karena ternyata jatuh bisa di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja dan untuk alasan apa saja atau tanpa alasan.  mata bicara, bahasa tubuh berkata. lelaki tetaplah lelaki. dan untuk kesetaraan, perempuan (mungkin) semestinya boleh poliandri.
November 07, 2015

kemeja putih bergaris

by , in
kemeja putih bergaris




kemeja putih bergaris
rambut tersibak dan senyum manis

dua minggu sejak hari bersejarah
dua jiwa yang merekah

bertemu rindu tak sengaja 
bersama senyum sahaja

membawa hati yang berbunga
rongga kasih menganga

desir desir lembut
bagai bunga rumput
tertiup angin laut

November 07, 2015

di bawah langit biru

by , in
di bawah langit biru


sepanjang jalan hanya hijau
hamparan hijau yang menyejukkan
beradu dengan denyar dan geletar
lembut mengalun dari kedalaman

mungkin semacam ujian
di samping karunia
Dia-Nya menginginkan sebuah pelajaran
untuk dipetik
atau itukah tanda

setiap pertanyaan akan bertemu dengan jawaban sebagai pasangannya
hanya membutuhkan waktu
dan keberanian
November 07, 2015

Tak Ada Jalan Lain

by , in
Tak Ada Jalan Lain

1/ tak ada jalan lain

berada di antara seratusan anak - anak yang tengah mengisi ruhaniahnya dan tiga saudara tercinta pewaris darah biru itu, terngiang kembali apa yang pernah disampaikan seorang alim bijak. TIDAK ADA JALAN LAIN MENUJU KESUKSESAN DAN KEMULIAAN KECUALI ITTIBA' ROSUL.
selalu ada jalan kembali setelah kita pergi dan mungkin sedikit tersesat. selalu ada jalan kembali. mengundang diri sendiri untuk menempuhi jalan itu adalah pilihan terbaik. bersyukur karena mengenal jalan ini dan ingin mengajak sesiapa yg pernah menyentuh hati untuk bersama - sama menempuhi jalan ini. ya Rabb, semua cita akan tercapai hanya dengan bimbingan dan karuniaMu. faghfirlii maa madlo

2/ kata

Betapa besar dan penting serta krusialnya kata. Juga kalimat yang terlontar dari kita. Baik keluar lewat verbal atau tulisan. Apalagi jika itu menyangkut perasaan dan hubungan kita dengan orang lain. Sebuah rantai dan benang merah menjadi pelajaran penting hari ini. Seseorang mungkin merasakan hal yang sama dengan kita, mencintai. Tetapi dia cukup tahu diri dan menahan, baginya karena sesuatu itu suci dan sakral, tentu tak patut dipermainkan meski hanya kata – kata saja. Tapi kadang karena gejolak diri, justru kita yang terpancing untuk menggunakan kata yang itu bisa membangkitkan harapannya. Senyampang dengan itu, kita olehNya dihadirkan pada peristiwa seorang yang lain yang menggunakan kata-katanya dengan kurang bijaksana sehingga mungkin membangkitkan harapan orang lain. Saat itu kita tersadar bahwa yang demikian ini sungguh berbahaya sesungguhnya bagi mereka yang memasukkan permainan kata – kata dalam kotak kesungguhan dan keseriusan. Dan bahkan peristiwa ini membuka kembali kotak lama yang tersimpan lalu membuat tersadar, apakah waktu itu ketika kata itu diperdengarkan kepada kita ternyata hanya main – main  saja seperti yang saat ini barusan dilakukannya pada seorang lain yang bahkan tak masuk akal/tak mungkin masuk hitungan. Lalu kembali pada diri sendiri, ketika dengan impulsive kita menyampaikan kata pada seseorang, mungkin saja dia menanggapinya sangat serius sementara bagi kita itu bisa saja berlalu. Lingkaran peristiwa yang membuka mata dan kesadaran. Berhati – hati menggunakan kata dari sekarang.

3/ that’s dani
Gadis itu meski seolah berada dalam tempurung karena situasi dan keadaan yang diciptakan oleh orang yang bertugas melindunginya, ternyata tetap mampu mengembangkan dirinya sendiri menjadi seperti apa yang dia mau dan total menjadikan dirinya menjadi seperti apa yang dia bisa. Salut.

4/ basic insting
Pemandangan  dua orang saling mencinta dan bergandengan tangan selalu saja menjadi pemndangan indah. Cemburu ada di nomer sekian dan nahi munkar bahkan juga berada di nomer  sekian. Hanya terlintas di benak ketika pemandangan yang tidak lagi asing pada jaman sekarang itu kembali terpampang di depan mata saat ini. Kenapa Tuhan mencipt gelora di masa muda. sementara halal seharusnya dengan pernikahan. Sedangkan pernikahan  pantasnya bagi yang matang/dewasa dan siap. Nhah! Jadi apakah gelora masa muda itu ujian? Atau gelora itu sebenarnya untuk tujuan lain? Atau bagaimana?

5/ sambung
Mendiskusikan sesuatu dengan seseorang yang mungkin tidak pada frekuensi dan tingkat  kepahaman yang sama bisa bikin capek deh.

6/ beberes
Dengan berbagai carut marut dan kejernihan yang sekaligus didapat hari ini. Justru satu hal yang kemudian terlintas dan mengendap. Pilihan. Untuk beberes diri saja dulu sebelum memulai apapun itu.


November 07, 2015

Buku Tentang Hidup.... tentang rahasia-Nya

by , in

Buku Tentang Hidup.... tentang rahasia-Nya


Tuhan menentukan takdir. Manusia diberi kesempatan untuk meraih nasib terbaiknya. Dalam hidup ada hukum sebab dan akibat, tanpa menggeser satu senti pun kuasa -Nya sebagai pemberi keputusan akhir. Bagaimanapun, lakukanlah yang terbaik... karena kita tak tahu ada apa di depan sana.
         Sebelas kisah sejati tentang "Detik demi Detik" yang dilalui hamba-hamba-Nya dalam menghadapi satu kenyataan yang menguakkan satu kebenaran, bahwa kita hanya manusia biasa yang hendaknya selalu mempersiapkan diri menyongsong segala karunia maupun ujian dalam hidup, terekam dalam satu buku manis nan menggetarkan nurani pembacanya.
        Membacanya seakan menggiring kita untuk selalu melakukan yang terbaik, dan yang terbaik...
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Wow, luar biasa! saya tidak bisa menahan aliran emosi yang menguasai diri pada saat membaca. Kisah-kisah inspiratif yang menyadarkan keterbatasan kita sebagai manusia dan membangun kesadaran untuk senantiasa bersyukur. Buku ini sangat bermanfaat dan tidak akan bosan membaca. Dedi Setiadi (Sutradara senior)

Judul Buku: Detik demi Detik
Penulis       : Ayunin, Santi Nur, El Syifa, Haya Aliya Zaki, Wylvera W, Nelfi Syafrina,
                   Ella Sofa, Ugik Madyo, Dian Nafi, Yulia Dwi, Lala Perdana
Penerbit     : Pena Oren
ISBN          :  978-602-19516-1-3
Genre         : Nonfiksi (Kisah Sejati)

Bisa dibaca siapa saja, mulai remaja hingga kakek nenek, tersedia di Gramedia dan toko-toko buku lainnya....
November 06, 2015

Iqro bismi robbik : sulit untuk tak jatuh cinta

by , in

Iqro bismi robbik : sulit untuk tak jatuh cinta



Ketika melewati Malioboro kali ini, sensasi yang dirasakannya tidak seperti waktu dulu dia pernah beberapa kali menikmatinya. Ada apa, pikirnya. (belakangan dia paham karena menurut seseorang, ini mungkin karena spiritualitasnya meningkat sehingga tidak lagi mudah tergoda seperti dulu. oh ya? mungkin juga)

Meski begitu Jogja masih se-eksotis yang dia kenal dan rasai. Persinggungannya beberapa kali  dengan kota ini dalam misi jalan-jalan , budaya ataupun intelektual, masih menempatkannya sebagai salah satu kota yang sulit untuk tidak dijatuhcintai.

Seperti sama sulitnya untuk tidak jatuh cinta dengan seorang legenda yang ditemuinya hari ini. Bapak Ahmad Tohari penulis Ronggeng Dukuh Paruk. Betapa beruntungnya dia karena sempat secara personal duduk bersama, berbincang dan bapak berkenan membuka serta membaca sekilas salah satu buku perempuan itu. Serta membahasnya dengan antusiasme yang tidak dia perkirakan sebelumnya.

“ah, kamu bahkan sudah melampaui saya dalam hal ini. Belakangan ini saya baru mulai. Dan ini benar. Bahwa semua yang ada di sekitar kita ini, benda-benda ini, materi ini, yang kita lihat, sentuh, semuanya hanyalah maya. “ kata bapak sambil menyentuh benda –benda di sekitarnya. Dia, perempuan yang terkesima dengan uraian-uraian selanjutnya dari sang bapak, semakin jatuh cinta saja pada bapak yang satu ini. Dan cintanya semakin jatuh ketika bapak berkata,
“saya punya pesan khusus untuk kamu. Jaga dan terus pertahankan eksistensialisme-mu”
Jleb!

Ketika bapak berbicara di depan audience mengisi acara workshop hari itu, si perempuan kembali terkesima karena bapak kembali menotice dirinya (bahkan menyebut kotanya..ehm..) di sela –sela uraian sang bapak.
IQRO’ BISMI ROBBIK

Berikut secara lengkap uraian bapak yang ditulis kembali olehnya dengan bahasanya sendiri:
Satu tujuan saya menulis Ronggeng Dukuh Paruk (RDP) adalah melahirkan. Karena saya sudah hamil selama lima belas tahun.

Semua berawal di tahun 1964, ketika saya duduk di kelas 2 SMA. Hobi memburu burung membawa saya pada salah satu dataran agak tinggi. Yang suatu ketika, saya menyaksikan seorang perempuan tanpa busana sedang mandi di pancuran di bawah beringin.

Bayangan perempuan yang seorang ronggeng, istri simpanan seorang pejabat itu, terus menggelayut di kepala saya. Sehingga imajinasi saya liar ke mana-mana. Tahun 1965, perempuan yang saya gandrungi itu ditangkap dan ditahan. Ada gejolak luar biasa dalam diri saya karena tak mungkin seorang ronggeng bersinggungan dengan dunia politik. Bersamaan dengan itu, saya melihat secara langsung pembunuhan –pembunuhan yang dilakukan bangsa ini terhadap sesame saudara sebangsa sendiri. Rasa kemanusiaan saya bangkit, saya marah. Bullshit. Sejak itu saya kehilangan rasa hormat terhadap bangsa ini. Bangsa yang telah kehilangan rasa sopan dan kemanusiaan.

Selama bertahun-tahun saya menunggu. Tetapi para penulis senior seperti Gunawan Muhammad, Mochtar Lubis, Rosihan Anwar dll. Tidak ada yang menulis tentang peristiwa 1965 ini. Hanya ada satu cerpen tulisan Romo Mangun. Sampai tahun 1980, saya tunggu masih belum ada juga yang menuliskannya. Beratus wartawan dan puluhan penulis ini berhutang pada bangsa ini jika sampai tidak ada yang menuliskan dan mencatat peristiwa tersebut. Saya akhirnya menulis RDP yang semula saya rencanakan sebagai roman picisan menjadi sebuah novel yang penuh emosi dan pemberontakan. Novel RDP ini adalah novel penderitaan kita semua.  

Saat itu saya menjadi redaktur di Jakarta. Ketika sampai halaman 80 dari novel tersebut, saya sadar novel ini tidak bisa dikerjakan sebagai sambilan. Sehingga kemudian saya mengundurkan diri dan mengerjakan novel ini selama tiga tahun. Alhamdulillah saat ini novel ini sudah berusia 31 tahun dan berkali –kali dicetak ulang. Mengentaskan kelima anak saya menjadi sarjana. Tiga di antaranya jadi doctor, satu dari Hokaido, satu dari Florida.

Saya terpaksa mengalah ketika pertama kali diterbitkan , 40 halaman pertama dari buku ketiga (trilogi RDP) ini dipotong karena situasi politik saat itu. Tantangan dan masalah lain datang dari dua kubu. Yang pertama, dari orang-orang muslim. Mereka menyayangkan saya yang lahir di bawah kubah masjid kampong dan notabene anak kyai kampong, kenapa menulis tentang ronggeng.  Saya jawab, kita ini dilahirkan untuk membaca alam semesta. Lahuu maa fissamawati wa maa fil ardhi. Dan ronggeng itu termasuk lahu maa fil ardhi, jadi wajib dibaca.

Sastro kang gumelar ini baik dan buruk harus dibaca, hanya saja harus dengan kondisi membaca atas nama tuhan (iqro bismi robbik). Kalau pembacaan kita lepas dari kondisi ini, tentu saja akan menjadi liar. Kalau pembacaannya dengan atas nama Tuhan, kita jadi menggunakan akal untuk memikirkan penciptaan.
Kalau membaca dengan dan atas nama Tuhan, maka kita akan sangat diperkaya. Sehingga kemudian hamil dan akhirnya melahirkan tulisan –tulisan yang bermakna.

Gugatan yang kedua datang dari militer. Jadi mereka tetap teriak padahal saya sudah bungkus RDP itu dengan kisah ronggeng yang asyik masyuk. Dan juga profesi Rasus sebagai tentara, untuk melunakkan hati militer. Tetap saja militer marah. Namun Alhamdulillah saat ini semuanya baik, bahkan saya berterima kasih karena mereka meloloskan adegan –adegan peristiwa 1965 dalam film RDP ini.
(Bapak berkali –kali mengusap air mata dan tampak emosional ketika menyampaikan uraiannya)

Pesan untuk para penulis yang hadir dalam workshop:
Libatkan emosi saat menulis. Dengan cara membawa otak kita dalam kesadaran yang dalam.  Rasakan bahwa semua kehadiran di alam ini terencana. Daun yang jatuh itu juga terencana. Ketika dalam kesadaran seperti itu, emosi kita terlibat sehingga aura-aura itu terasa dalam tulisan kita. Dengan begitu kita bertasbih, mensucikan penciptanya. Yang jika dilakukan dengan ikhlas, akan menggetarkan pembacanya. Ada sesuatu yang mengikat pembaca karena kesadaran yang dalam.
Untuk mencapai itu, kita harus punya kepekaan social, kepekaan alam dan kepekaan kosmis. Anak muda dan orang jaman sekarang terlalu banyak tersedot perhatiannya kepada informasi yang telah dikapitalisasi. Termasuk yang terjadi baru-baru ini. 30 orang termasuk Bupati berduyun datang ke stasiun TV di  Jakarta untuk mendukung salah seorang warganya yang menjadi finalis Idol. Padahal semua semestinya tahu bahwa ini adalah rekayasa pengusaha pulsa, kepentingan kapitalisme.  Banyak orang sekarang ini terpukau pada artifisial dan tidak memperhatikan yang hakiki.
Penulis punya SIM untuk menulis tentang apapun, selama bisa mempertanggungjawabkan tulisannya dan tidak menyebabkan dekadensi. Saya juga menulis tentang gowok dan bukak klambu, karena tidak mungkin menulis tentang ronggeng tanpa menuliskan kedua prosesi ini. Tetapi semata saya menulisnya secara jujur, dan bukan untuk dekadensi. Karena penulis bertanggung jawab untuk mempertinggi keadaban. Sastro kang gumelar wajib dibaca secara paripurna.

Sekali lagi bapak menekankan untuk iqro’ bismi robbik. Dengan kerendah hatian, idealisme dan caranya berbagi, sulit untuk tidak jatuh cinta pada bapak ini.

Sama sulitnya untuk tidak jatuh cinta pada sebuah senyum yang terus terukir pada sebuah wajah yang sore itu mengantarnya pulang.



Post Top Ad