improving writerpreneurship

Post Top Ad

April 10, 2020

Tips Menulis Novel: KLIMAKS

by , in
Tips Menulis Novel: KLIMAKS


Bolehkah setiap cerita punya lebih dari satu PUNCAK konflik?


Jawaban pertanyaan ini tidak sederhana, karena tergantung pada sampai mana DEFINISI SATU CERITA itu. Jawaban sementara: YA dan TIDAK

Sebelum bahas ini, ada satu keahlian yg buat saya WAJIB dikuasai oleh seorang penulis, yaitu: Mengambil JARAK dg cerita yg sedang ditulisnya. Jarak bisa bikin kita sadar klo PROTAGONIS tidak bergerak di ruang hampa. Protagonis berkelindan dg tokoh2 lain di sekitarnya.

Pernah tahu bahwa sinopsis novel ditulis HARUS pake 3rd Person Narrator (walaupun novelnya ditulis pake Narator Orang Pertama)? Seperti itu JARAK. Penulis melihat cerita dg bird eye view sehingga terlihat gmn smua sebab-akibat terhubung, & tiap tokoh punya jalan hidup masing2.

Jadi, sebenarnya, apa yang disebut SATU CERITA? Apa benar satu novel/cerpen berisi satu cerita? Sampai sini, kita bisa bilang: Kecuali satu tulisan hanya berisi satu TOKOH, tidak mungkin hanya berisi satu cerita. Kalau kita udh bisa liat utuhnya, pasti terlihat

Sebenarnya, kalau dilihat dari jarak jauh secara utuh, tiap tokoh punya tujuan masing2 yang perlu mereka capai. Alias: masing2 tokoh punya cerita mereka masing2 YANG tujuan dr kemunculannya dalam TULISAN adalah mendukung cerita yg sedang dijalani protagonis.

Artinya: Masing2 tokoh PUNYA konflik masing2 dan PUNCAK-nya masing2. Dalam kerangka pikir ini, artinya: dalam satu TULISAN fiksi berisi cerita(-cerita) sebenarnya ada beberapa PUNCAK KONFLIK untuk masing2 tokoh.

Perubahan yang dialami oleh SETIAP TOKOH dalam tulisan fiksi disebut sebagai CHARACTER ARC. Alias: Character Archetype. Sebenarnya, tiap tokoh mengalami perubahan karakter yang dalam satu tulisan fiksi perlu berhubungan dengan si Protagonis.

Makin dekat hubungan satu tokoh dengan si Protagonis, makin nyata konflik2 yang dia alami di dalam naskah, termasuk Puncak Konfliknya. Makin jauh, makin tidak terlihat konfliknya sampai di titik tidak ditulis di naskah krn bisa mengganggu KETERLIHATAN konflik si protagonis.

Apa itu konflik? Konflik adlh sebuah kejadian dalam plot yang kemudian dimunculkan sebagai adegan yang tujuannya adalah MENGHALANGI Tokoh mencapai TUJUAN. Setiap cerita punya bbrp konflik sebelum akhirnya tiba di PUNCAK. Apa itu Puncak Konflik? Puncak Konflik adalah Klimaks

Apa ciri2 sebuah Adegan Klimaks? Klimaks adlh adegan penghalang terakhir antara tokoh dan tujuannya. Setelah klimaks, TIDAK ADA konflik lain. Klimaks adlh pertanyaan yg jawabannya cuma dua. Apakah tokoh Gagal/Berhasil mencapai tujuan? Jawaban itu muncul di akhir sbg resolusi.

Dalam kerangka pemikiran bahwa satu tulisan fiksi adalah HANYA MILIK PROTAGONIS (tokoh lain cuma pendukung), adanya lebih dari satu KLIMAKS sama dengan membuat satu Protagonis memiliki lebih dari satu TUJUAN. Apa yg akan terjadi kalau protagonis punya lebih dari satu tujuan?

Sebenarnya TIDAK ADA LARANGAN buat protagonis utk memiliki lebih dari satu tujuan utama. Tapi, ini ada risikonya. Apa? Risikonya ada di tangan PEMBACA. Pembaca akan bertanya2: Ini cerita tentang apa?

Lalu bagaimana? Atur Skala Prioritas dari TUJUAN TOKOH. Mana yang utama, dan mana yang pendukung. Misal: Tokoh memiliki 2 tujuan: 1. Lulus Kuliah. 2. Punya Usaha. 2 Tujuan itu perlu DISATUKAN jadi satu tujuan. Misal: Membayar kuliah sendiri karena ayah yang meninggal.

Plot dalam cerita diatur agar Tujuan UTAMA itu yang menjadi KLIMAKS. Berhasilkan protagonis membayar kuliahnya sendiri? Artinya apa? TUJUAN UTAMA Protagonis dipecah2 jadi tujuan2 lain yang lebih kecil dan dijawab satu per satu dlm tiap konflik yg muncul.

Resolusinya jadi bisa diatur jadi begini: Tokoh berhasil lulus kuliah dan membiayai kuliahnya sendiri dengan bantuan Beasiswa Wirausaha dari Kampus. Kalau tidak ada TUJUAN UTAMA alias semua tujuan dibuat memiliki intensitas yang sama, Pbaca yang kena risiko tidak paham cerita.

Tokoh fiksi kalo tugasnya nggak signifikan: 1. Hilangkan; klo nggak bisa dihilangkan 2. Satukan tugasnya ke tokoh lain, lalu hilangkan; atau 3. Jangan dikasih nama, sebagus2nya cukup kasih sebutan: Pak Kepala Sekolah, Ibu Mentri, dsb.




Aturan dibuat untuk dilanggar
taken from wisnucuit
April 08, 2020

Fiksi atau Non Fiksi

by , in
Fiksi atau Non Fiksi




Menulis Pengalaman Pribadi apakah perlu unsur fiksi?

Well, ini tricky krn jawaban yg paling benar sbnrnya ada di tangan penulisnya sendiri. Pertanyaannya mendasarnya: Apa bentuk yg diinginkan penulisnya? Autobiografi? Fiksi murni?

Untuk pertanyaan yg ini, saya merekomendasi membaca BELL JAR novel karya Sylvia Plath. Novel ini DIDUGA sebenarnya berisi autobiografi dr penulisnya karena mengandung kesamaan2 dg jalan hidupnya. TOH, Bell Jar TETAP dianggap FIKSI dan bukan autobiografi.

Firstly, we need to realize that fiction & nonfiction are not two box where a book being thrown in. Fiksi dan nonfiksi adalah spektrum. Bell Jar adlh FIKSI yg memiliki unsur biografikal

coontoh satu paragraf (ini sy sdg mengetik ini).
Saya duduk di hadapan televisi yang makin lama makin sombong. Dia mengoceh tentang penyakit, tentang orang-orang yang mati satu per satu, tanpa pernah mendengar siapa pun berbicara. Ia cari mati. Berikutnya, aku membunuhnya.

adegan itu saya duduk dan mematikan televisi (pengalaman beneran), tapi saya menggunakan gaya bahasa FIKSI. Gaya bahasa fiksi yg metaforikal adalah KONTRASTANDAR-nya. Kontrastandar fiksi ini dipakai dalam rangka DRAMATISASI. BOLEH ada unsur fiksi di dlm Nonfiksi dalam KADAR.

Cerita pengalaman pribadi (biografikal) memperbolehkan masuknya unsur fiksi dalam rangka mencapai standar estetis tertentu. Sebaliknya, FIKSI juga. BELL JAR adalah contoh FIKSI yg menggunakan unsur nonfiksi. Unsur biografikal milik Plath jadi kontrastandar-nya.

Penulis sendiri yg mengatur perbandingan KADAR fiksi-nonfiksi yg muncul dlm naskah tergantung TUJUAN & keinginannya. Apakah tulisan pengalaman itu biografi? Akn seberapa kental unsur imajinasi & dramatisasinya? Makin banyak imajinasi, naskah itu semakin fiksi. Met nulis.


Aturan dibuat untuk dilanggar
taken from wisnucuit
April 08, 2020

Tips Menulis Novel: PERGERAKAN

by , in
Tips Menulis Novel: PERGERAKAN

Gw belajar nulis fiksi tidak mulai dr bikin cerita bagus, melainkan teknis. Teknis penceritaan adalah meta cerita. Bibit dr semua cerita di permukaan bumi. Isinya pola2. Pola2 yg terus muncul berulang2. Ikutin aja polanya. Mungkin, hasilnya gak langsung bagus, tapi jadi.


pola dasarnya cuma ini kan? >>> Ada tokoh mau sesuatu, dihalangi sesuatu, dia melawan, lalu dia berhasil/gagal dapet apa yg dia mau. Ubah aja variabel2 di situ pake apa pun, pasti jadi cerita. Bahkan klo asal2an.


Misal: Ada batu mau jadi burung, dihalangi sama sungai, dia minta tolong sama ahli pahat, akhirnya berhasil jd patung macan. Tetep jadi cerita, kan? Kalimat juga gitu. Ada pola2 dasar yg kalau dipenuhi pasti jadi kalimat (masalah dimengerti/tidak adalah perihal lain lagi).

Coba aja mulai dr tokoh tidak mau apa2. Bisa jd cerita, gak? Tokoh tidak mau jadi dokter. Trus? Ya ud, jgn jadi dokter. Kok repot? Cerita baru jadi kalo minimal ada 2 kekuatan berbeda arah, bertemu. <<< Ini Hukum Gerak Newton Tanpa ini, tidak ada cerita.

Hukum Gerak Newton berlaku di semua cerita. Kok bisa? Krn cerita sbnrnya ttg pergerakan. Unsur gerak harus ada. Gerak baru terjadi kalo resultan gaya tidak sama dengan nol. Selama resultan gaya sama dengan nol, objek tidak akan bergerak.

Hukum Newton Pertama: Setiap benda akan memiliki kecepatan yg konstan kecuali ada gaya yg resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut. Di cerita ini apa? Ini status quo tokoh sblm cerita mulai. Tokoh adalah dokter yg bahagia bersama istrinya, siang kerja, malam pulang.

Hukum Kedua: benda dg massa M mengalami gaya resultan sebesar F akan mengalami percepatan a yg arahnya sama dg arah gaya, & besarnya berbanding lurus terhadap F & berbanding terbalik terhadap M. atau F=Ma. Dlm cerita: Ini adalah persamaan yg melibatkan kemauan/ambisi tokoh.

Percepatan cerita (a) berbanding lurus dg Daya yg tokoh miliki (F), berbanding terbalik dg kemauan dia (M) a = F/M Makin besar keinginan (M) makin kecil percepatan yg dia lakukan, plot makin panjang. Makin besar kmampuan tokoh (F) makin tinggi percepatan, plot makin pendek.

Tokoh yg sangat kuat (dibanding masalah) akan membuat plot cerita makin pendek. Jadi perkirakan perbandingan kekuatan tokoh dan keinginan dia. Klo kekuatan (trmasuk dorongan luar) terlalu kecil, cerita bisa nggak masuk akal klo tokoh berhasil, atau bisa pakai deus ex machina.

Apa yg terjadi kalo cuma pake 2 hukum itu? Ceritanya cuma akan lurus. Kenapa? Krn arah gerakan pasti searah sama resultannya Dokter 4 tahun nikah n mau punya anak. Lalu? Ya, bikin anak, lah. Ngapain lagi?
🤷🏻‍♂️
Baru jd cerita KALAU ada gaya lain yg bekerja ke tokoh: Hukum Ketiga.

Hukum Ketiga: gaya aksi & reaksi dua benda memiliki besar yg sama, dg arah terbalik, & segaris. Artinya jika ada benda A yg memberi gaya sebesar F pd benda B, maka benda B akan memberi gaya sebesar –F kepada benda A. Intinya: Benturan menimbulkan aksi-reaksi.

Kalau dokter tadi kena masalah dr suatu arah, dia akn melawan ke arah masalah, & KALAU ada sisa F (kemampuan), dia akan terus bergerak dg arah berbeda. Ke mana? Tergantung benturannya dr arah mana.

Cerita itu begini: Dokter nikah 4 tahun ingin punya anak, dan dihalangi (bandingkan): 1. Salah satu/dua dr pasangan itu tidak subur/mandul. 2. Kebijakan Pemerintah yg melarang punya anak krn negara overpopulasi. Arah benturan menentukan ke mana berikutnya tokoh bergerak.

Skrg kita bisa bayangkan ke mana arah tokoh bergerak setelah terjadi benturan, misal: 1. Utk benturan 1: Bayi Tabung atau Adopsi 2. Utk benturan 2: Pergi ke negara yg gak overpopulasi, pindah WN, n punya anak di sana.

Nah! Cerita jadi panjang krn benturannya gak cuma satu. Skrg gw ambil premis kedua: Halangan tokoh adalah larangan Negara. Maka? Tokoh diam2 keluar negeri. Muncullah benturan kedua: Negara mengetahui akalnya. Dia dianggap mbelot & diburu. Maka? Arah berubah lagi

Masalah tokoh adalah apapun yg TIDAK searah dg tujuan tokoh. Tokoh mau ke barat, benturan datang dr arah barat menuju timur. Memaksa tokoh utk mengubah keputusan dan arah geraknya. Benturan berbeda arah adalah apa yg membuat tokoh makin lemah n makin sulit dpt keinginannya.

Apa syarat tokoh bisa terus gerak & cerita gak berhenti? Tokoh masih punya kemampuan melawan. Klo dia sama sekali gak punya kemampuan, cerita selesai. Tokoh yg sangat lemah bisa lanjut KALAU tokoh dpt bantuan. Ada kekuatan lain yg searah dg tokoh. Inilah benturan yg searah.

Benturan yg searah (mbantu tokoh) biasanya hadir berupa tokoh2 baru. Misal: si Dokter ketemu anggota organisasi perlawanan yg bantu menyelundupkan dia keluar & bikin identitas palsu. Udh, terus begitu. Tokoh dipingpong ke sana kemari sampai penulis memutuskan cerita selesai.


Sampai di sini, ini cuma gambaran sedikit bahwa sebenrnya ada pola2 serupa yg muncul di berbagai bidang yg tampak berbeda. Nulis dan Fisika, misalnya. Atau nulis dan masak. Nulis dan fashion. Dsb.

Jadi alangkah baiknya utk nggak melulu baca sastra n bahasa. Kita bisa belajar nulis fiksi dari mana pun, selama mau sedikit teliti melihat pola2 di banyak fenomena di dunia. Bnyk hal yg keliatan beda, sesungguhnya serupa.





Aturan dibuat untuk dilanggar
taken from wisnucuit
April 07, 2020

Tips Menulis Novel: REALITAS FIKSI

by , in
Tips Menulis Novel: REALITAS FIKSI



Kalaupun suatu fenomena cuma dialami oleh satu orang di dunia, atau bahkan sama sekali tidak mewakili realitas, suatu cerita tetap layak diceritakan. TIDAK ADA kewajiban fiksi untuk mewakili apa yang ada di realitas, juga tidak perlu dituntut utk harus melakukan itu.

Cuma satu alasan penting kenapa suatu cerita perlu ditulis: Penulisnya mau.

Fiksi dibatasi oleh dunia fiksi itu sendiri. Kalaupun ada nama2 yg serupa dg dunia nyata, itu bukan kenyataan faktual. "Jakarta" di sebuah naskah fiksi BUKAN Jakarta yg kota 'itu'. Karena? Karena itu fiksi—hasil imajinasi. Imajinasi ya menghasilkan imaji (di kepala).

Sy bukan ahli lukisan. Tapi, sy rasa, Lukisan ini bisa menggambarkan juga bagaimana fiksi bekerja. Lukisan karya Rene Magritte - The Treachery of Images. Tulisan bahasa Prancis itu artinya "This is not a pipe". Dan itu benar. Itu bukan pipa cangklong. Itu IMAJI pipa cangklong

Otak kita sendiri yg mempersepsi bahwa GAMBAR itu adalah pipa cangklong, padahal JELAS: dalam bentuk lukisan itu adalah CAT; di layar hape kita itu adalah pixel2. BUKAN pipa. Fiksi bekerja seperti itu dg menggunakan kata2. Ide ttg Jakarta dlm fiksi, BUKAN Jakarta.

Sekarang, bayangkan sebuah naskah fiksi yg menggambarkan kota "Jakarta". Sekarang ganti seluruh kata "Jakarta" dg "Paris". Imaji dalam kepala kita bisa ikut berubah dlm satu cara atau cara lainnya. Ini baru perubahan satu kata saja. Bayangkan klo perubahannya nama2 tokoh, dsb.

Ada nama 2 tokoh fiksi: Claudia dan Supariyem. Apa yg Anda bayangkan ttg penyosokan keduanya? Biasanya, langsung mengarah pd konsep tertentu yg Anda ANGGAP nyata. Claudia begini dan Supariyem begitu. Persepsi kita dibatasi oleh ingatan dan keyakinan kita sendiri ttg realitas.

Lagi2, apa pun bayangan kita ttg Claudia dan Supariyem adalah Imaji dalam kepala yg tidak benar2 nyata. Apalagi asalnya adalah FIKSI (yg juga hasil imajinasi). Jadi, hati2 saat membaca fiksi dan menghubung2kannya dg kenyataan. Kita ttp perlu ingat bahwa statusnya tetap FIKSI.

Kerja terbesar fiksi BUKAN di naskahnya, melainkan di dalam kepala pembacanya. Ketika membaca fiksi, hal yang perlu kita pikirkan (atau ragukan) kali pertama adalah isi kepala kita sendiri. Seperti, ketika kita memandang lukisan Magritte. This is Not A Pipe.

TIDAK ADA naskah fiksi yg provokatif, yg ada adalah pembaca yg isi kepalanya mampu memprovokasi dirinya sendiri.

Aturan dibuat untuk dilanggar
taken from wisnucuit
April 07, 2020

Tips Menulis Novel: POV

by , in
Tips Menulis Novel: POV



TIDAK ADA POV DUA "Mitos Kau dan Kamu sbg POV" Cara Kerja POV dan Narator dlm Cerita. Ada perbedaan mendasar antara POV (Point of View) dan Pronomina (kata ganti) yang digunakan Penulis untuk Naratornya. Namun, berhubungan. Dasar dari penggunaan Kata Ganti Narator adalah POV yang digunakan oleh penulis. Gmn cara kerja POV di naskah?


Sifat dari kata "View" dalam Point Of View fiksi adalah Pars Pro Toto (sebagian mewakili seluruh). Maksudnya: Walaupun VIEW pada dasarnya adalah tentang MATA, namun dlm konteks POV, "View" mewakili CARA NARATOR menginternalisasi dan mem-persepsi kejadian dlm fiksi selaku SAKSI.

Artinya POV adalah cara pandang yang digunakan NARATOR menggunakan ALAT INDRA FIKSIONALNYA (penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dsb) untuk memahami dan menilai KEJADIAN FIKSIONAL yang dia saksikan untuk kemudian disampaikan ke pembaca.

Lebih jauh, artinya: POV BUKAN tentang pronomina (kata ganti) yang digunakan oleh penulis untuk naratornya, MELAINKAN totalitas cara pandang narator atas kejadian. Sampai di sini, semoga dpt dipahami bhw berikutnya sy akan mnggunakan istilah MATA sbg totalitas indrawi.

POV bekerja sebagai MATA BEBAS tanpa tubuh. Penulis meletakkan mata itu di sebuah jarak relatif dengan TOKOH(-tokoh) di dalam cerita. POV menentukan SIKAP narator. NARATOR yang memandang DIRINYA SENDIRI lewat kata ganti AKU adalah Narator AKU.

Bisakah Narator memandang dirinya sendiri lewat kata ganti DIA? BISA. Misal: Narator AKU hidup di tahun 2019. Dan menceritakan dirinya sendiri di tahun 2015 sebagai sosok DIA. Kok, bisa? Krn ada JARAK lokasi dan waktu yang dikenakan penulis antara Narator dan Tokoh.


SIKAP Narator ke cerita tergantung TEMPAT yang DIPILIH pnulis utk POVnya. Makin jauh POV dr MATA TOKOH, Narator makin objektif. Sebaliknya, makin dekat dg mata tokoh, narator makin subjektif. Ini menimbulkan konsep NARASI SAMPING (istilah sy aj)


Inilah cara kerja Narator. Pd dasarnya POV & Narator terkait struktur ruang & realitas dunia (diegesis) dlm fiksi. Pnulis mndekatkan & menjauhkan MATA BEBAS itu ke & dari tokoh2 dan SETTING. Dalam film, MATA BEBAS itu >>> KAMERA. Penonton HARUS mengikuti cerita lewat kamera.

Tanpa kamera, tidak akan pernah ada film. Tanpa NARATOR, tidak akan pernah ada naratif/cerita tertulis. Narator adalah KUNCI dari semua cerita, sehingga bidang ilmu yg membahas disebut Narratology dan bukan characterology, plotology atau settingology.

Fungsi Narator dlm fiksi tertulis serupa dengan Sinematografi dalam film. Sbgmna kamera dalam film, Narator menyusun gerak POV untuk memberi gambaran kepada pembaca ttg DUNIA FIKSI yang sedang dibangun.

Penulis mengatur jarak POV yg dibawa Narator dg cerita & karakter2 yg sdg disampaikan kepada pembaca. Jarak itu mulai dari memasukkan MATA Narator ke dalam mata salah satu tokoh sampai menerbangkan MATA BEBAS itu ke langit fiksional sehingga Narator bisa melihat SEMUA kejadian.

Contoh PELANGGARAN POV (walau, bukan berarti salah): "Aku naik motor dan debu masuk ke mata. Mataku MEMERAH." Kalimat itu seharusnya: "Aku naik motor dan debu masuk ke mata. Mataku PERIH"; atau: "DIA naik motor dan debu masuk ke mata. Matanya memerah.'

Sampai di sini semoga terbayang gmn POV & Narator berpengaruh ke semuaaaaaa unsur dlm fiksi. Bahkan, diksi dan pilihan kata yang digunakan, subteks, makna, setting, karakter, dsb. Cerita adalah HASIL dari penghakiman NARATOR atas kejadian2 yg dialami Karakter di settingnya.

Pernah nyoba pakai Narator yang BUTA WARNA dan TIDAK BOLEH menggunakan semuaaaaa kata yang mengandung unsur warna? Atau malah buta beneran? Sila dicoba dan rasakan apa susahnya. Gagal di POV dan Narator, cerita akan gagal logika. Ini adlh seburuk2nya cerita.

Bagaimana menguji sebuah POV? Pengujian POV dilakukan dengan mempertanyakan: Kalimat ini milik siapa? Apakah pengetahuan dalam kalimat itu SEJALAN dan MASUK AKAL untuk diketahui sumber? Baca contoh di atas: Pengetahuan "Mata memerah" tidak masuk akal utk dimiliki AKU.

Well, skrg bagaimana dengan cerita yang diaku-aku pakai POV DUA??? Contoh: "Kamu menangis karena putus cinta dan matamu memerah." Kalau Anda sudah baca uraian di atas, insyaaAllah ngeh bahwa POV DUA di atas adalah MITOS.

Apa bedanya kalimat di atas dengan: "Dia menangis karena putus cinta, dan matanya memerah"? NYARIS TIDAK ADA BEDANYA. KECUALI: Jarak antara tokoh dengan NARATOR selaku SAKSI kejadian. Ada perbedaan jarak fiksional antara AKU dan DIA.

Saya ubah sedikit kalimatnya: "(Aku melihat) Kamu menangis karena putus cinta dan (aku juga melihat) matamu memerah." Apa bedanya? BENAR-BENAR TIDAK ADA BEDANYA. Karena: kalimat di atas diproduksi oleh NARATOR yang berjarak SAMA dg kejadian dalam sebuah ruang fiksional.

Kata KAMU adalah kata yang TIDAK BISA berdiri sendiri di dalam kerangka logis. Kata KAMU secara semantik selalu diikat pada satu sosok yang mengaku sebagai AKU. KAMU tidak mungkin dipisah dr AKU karena yg bisa mengucapkan "kamu" PASTI "aku".

Jadi, POV DUA itu apa???? 1. POV DUA adalah MITOS yg katanya keren; padahal 2. Mitos POV DUA sebenarnya TIDAK LEBIH dari POV SATU (yg pakai pronomina AKU) tapi pronomina AKU itu TIDAK DITULIS di naskah. Apakah lebih sulit menggunakannya? TIDAK, karena sama saja, asal teliti.

Jangankan untuk disebut POV, untuk disebut Narator saja "KAMU" tidak memenuhi syarat. "KAMU" tidak lebih dari salah satu TOKOH (non-narator) yg sedang diceritakan oleh Narator AKU. POV ya POV. Yg ada: 1st Person NARRATOR 3rd Person Narator.

Narator adalah Saksi dari kejadian fiksi yang kemudian bercerita kepada pembaca (artinya, dalam fiksi, penulis TIDAK PERNAH terhubung langsung ke pembaca). POV adalah totalitas cara pandang dan pengetahuan NARATOR (dan tokoh2) atas kejadian yg terjadi itu.

Narator yg MASUK ke dlm mata Protagonis akan pakai KATA GANTI Aku. Narator pakai POV Protagonis utk bercerita. Ada tokoh yg disebut sbg Aku yaitu si Protagonis. Narator yg KELUAR dr mata Protagonis akn pakai KATA GANTI DIA utk semua tokoh. Tidak ada yg disebut Aku oleh Narator.

POV dimiliki oleh semuaaaaa tokoh dalam fiksi. Bukan cuma Narator dan/atau Protagonis. Masing2 narator/tokoh punya POV terhadap kejadian fiksi tempat mereka terlibat. POV-nya Narator dan SIKAP-nya ke Protagonis yg menentukan bgmn cerita diceritakan.
Cerita perampokan yg melibatkan Perampok, Pemilik Toko, & Polisi. Di luar mereka ada Narator. Masing2 punya POV. Penulis punya pilihan: 1. Meletakkan Mata Narator ke dalam salah satu tokoh. Tokoh ini jadi Narator Aku; 2. Membiarkannya jadi Saksi tidak terlibat.

Masing2 tokoh punya pengetahuan, kan? Bayangkan: 1. Cerita dg Narator Aku yg masuk ke mata Perampok akan jd beda kalau masuk ke mata Pemilik Toko, atau Polisi; 2. Cerita dg Narator DIA yg MENDAMPINGI mata Perampok scr ketat akan beda dg mendampingi Polisi/Pemilik Toko; 3. ...
3. Narator yg terbang bebas mengawasi mereka dari kejauhan akan menghasilkan bentuk cerita yg beda lagi. Ini contoh cara penulis membangun jarak antara NARATOR dg cerita yg sedang dia bangun. Hasilnya nanti beda. Efeknya ke pembaca jd beda. Walau ceritanya sama.
krg kita bayangin, kalau kita mengambil POV Perampok sbg Protagonis & Narator Aku, kita butuh pengetahuan apa? Kita jadi butuh pengetahuan cara merampok, jaringan perampok, cara hidup perampok, dsb. Kalo Polisi/Pemilik Toko? Sama logikanya. POV menyeret semua unsur cerita.
Ini makanya namanya POINT OF VIEW (Titik Pandang) Titik pandang Narator/Tokoh menentukan apa yang dia lihat dan tahu. Walau dlm ruangan yg sama tiap tokoh/narator akan melihat/memperhatikan/mengetahui hal yg berbeda. Inilah POV.


Aturan dibuat untuk dilanggar
taken from wisnucuit
April 07, 2020

Tips Menulis Novel: WRITER'S BLOCK

by , in
Tips Menulis Novel: WRITER'S BLOCK



Tindakan manusia selalu terkait motif. Pun, ketika kita tidak bisa meneruskan tulisan. Apa yg disebut writer's block ada kemiripan dg malas. Bedanya: dlm posisi so-called 'writer's block' seorang penulis melakukan perlawanan. Karena? Karena dia merasa dirinya penulis.
Penulis adalah label. Pekerjaan menulis adalah apa yang direpresentasikan oleh label. Inilah yang menimbulkan Disonansi Kognitif. Otak jadi bingung sama fakta "Saya penulis tapi nggak nulis". Apa yg disebut writer's block sbnrnya adalah usaha otak utk keluar dr situasi disonan.

Disonansi itulah yg kemudian disebut sbg writer's block. Kita bertindak berdasarkan self-identity alias cara mengindentifikasi diri. Saat perilaku bertentangan sama identitas, otak akan pusing sendiri. Lalu, menganggap bahwa masalahnya adalah "Tidak bisa nulis'. Pdhl bukan

Mistifikasi yang terjadi dalam kata 'writer's block' malah membuat penulis semakin bingung karena otak jadi gak liat masalahnya ada di mana, kecuali dia sedang tidak bisa menulis. Tidak mampu menulis adalah hal yg nyaris tidak mungkin terjadi pada penulis, karena?

Karena bahasa seperti program yg diinstall n sifatnya menetap kecuali ada kejadian khusus (benturan, stroke, n berbagai trauma otak yg lain). Kemampuan berbahasa terinstall di otak seperti cara naik sepeda. Shingga, bhkn stlh 10 tahun gak nulis, kalau balik lagi, ya bisa lagi

Ada bagian otak yg mengatur ini. Memori ttg bahasa (jg ttg cara naik sepeda) diingat otak dg cara yg berbeda dg cara kita mengingat kejadian. Ada bbrp bagian otak yg bekerja. Risetnya ada

Artinya? Sesungguhnya, writer's block (kalaupun fenomena ini ada) TIDAK TERKAIT dengan kemampuan berbahasa (to be precised, menulis). Ada faktor lain yang lebih nyata. Apa? Buat saya MOTIF. Kita sedang kehilangan motif menulis krn satu atau hal lain.

Kita MAU melakukan sesuatu sesungguhnya karena otak kita yang ngomong kalo sesuatu itu MUNGKIN dilakukan. Kita tidak akan melakukan sesuatu yang kita sendiri merasa tidak mungkin melakukan itu (masalah, orng lain melihatnya gmn, lain perkara).

Jadi? Ada SUATU MASALAH yg bikin otak menganggap kita (sedang) tidak mungkin menulis. Nah! Masalah itu tidak tunggal. Menyatukan masalah ke dalam satu terminologi "writer's block" jadi berpotensi mengaburkan masalah. Pdhl, masalahnya yg harus dipecahkan. BUKAN writer's block.

Kalopun ada, "writer's block' adalah semacam DEMAM—gejala akibat infeksi lain. Demam perlu diturunkan, TAPI tidak akn sembuh sbelum INFEKSI-nya disembuhkan. Cari apa motif yg bikin kita merasa tidak mungkin meneruskan menulis. So-called writer's block akan hilang dg sendirinya.

Duduk di depan laptop sambil menatap nanar ke layar BUKAN cara yang efektif utk menyembuhkan "writer's block" sbg gejala infeksi kehilangan motif. Kalau diteruskan ini jdi kek Denial. Lakukan refleksi dan pemeriksaan, baik atas materi tulisan maupun kondisi mental kita.

Otak cuma ingin merasa konsonan. Alias, keluar dari "penulis yang gak nulis" menuju ke "penulis yang tetap terus menulis". Bisa jadi, so-called writer's block ini malah bagus. Ini bukti bahwa kita memang punya dorongan utk terus menulis.

Btw, saya BUKAN sedang bilang bahwa balik menulis adalah hal yg mudah, ya. Bahkan, ini adalah bagian dr evolusi kita sbg penulis. Kita berkembang bersama segala keraguan2 dan permasalahan yang berhasil dijawab. Buat sy penting: bikin semua permasalahan jadi jelas dan logis

Salah satu langkah saya adalah menghapus kata "writer's block" dr kamus karena kata ini TIDAK operasional untuk bisa diselesaikan. Buat saya: ini mitos.

Lapar >>> Makan Haus >>> Minum Ngantuk >>> Tidur Gatau maucerita k mana >>> Perbaiki plot. Capek nulis >>> Istirahat Takut karya jelek >>> Belajar biar gajelek Writer's Block >>> ?????? Jadi, gak usah heran klo abis melabeli diri kena writer's block, malah mkin gak bisa nulis.

Laper bisa bikin so-called writer's block? BISA. Coba aja nulis pas lagi lapar2nya. Solusinya: Makan dulu

Ada sih penulis yang malah bikin "lapar" jadi motivasi nulis. Bahkan, menjadikan nulis sebagai "penahan lapar".
Wajah menangis kencang
Tapi, percaya, butuh determinasi sangat kuat utk melakukan itu. Kalau kehidupan kita masih baik2 saja, jgn lakukan itu.

Dan jangan lupakan bahwa ada penulis2 yg harus berjuang keras karena tidak berada dalam situasi senyaman kita.


Aturan dibuat untuk dilanggar
taken from wisnucuit
April 06, 2020

Tanya Dokter Kandungan Saat Trimester Ketiga dan Hal yang Luput dari Perhatian

by , in
Tanya Dokter Kandungan Saat Trimester Ketiga dan Hal yang Luput dari Perhatian

Wanita yang sedang hamil atau sudah menikah dengan program kehamilan dan dokter kandungan berperan selama program kehamilan, masa kehamilan hingga persiapan persalinan dan kesehatan. Dokter kandungan adalah seorang dokter yang mendalami ilmu kesehatan pada sistem reproduksi wanita dan dokter ini disebut juga sebagai spesialis obstetri dan ginekologi. SpOG merupakan gelar yang disandangnya, seorang dokter kandungan memiliki peran untuk membantu pasien dalam menjaga serta mendeteksi kesehatan seputar sistem reproduksi, menangani penyakit, infeksi kanker maupun menjalankan operasi di area panggul. Tanya dokter kandungan spesialis hanya dapat dilakukan melalui Halodoc tanpa harus menemui dokter.

Ketika memilih dokter kandungan maka sebaiknya mencari berbagai referensi terutama dokter kandungan akan menyentuh berbagai organ tubuh pribadi oleh karena itu jika lebih nyaman maka pilih dokter wanita. Perhatikan juga riwayat kesehatan ibu hamil sebelumnya apakah pernah memiliki tekanan darah tinggi, gangguan jantung, maupun komplikasi lainnya sehingga akan membantu dokter dalam menangani berbagai hal. perhatikan setiap keputusan dan cara dokter dalam menangani masalah kehamilan dan pilih dokter maka tentu memilih rumah sakit untuk menjalankan berbagai pemeriksaan laboratorium hingga memperoleh berbagai prosedur. Untuk pemeriksaan dokter kandungan dapat dimulai ketika berada di usia 13 hingga 15 tahun.

Berikut adalah hal yang perlu di periksakan pada trimester ketiga:

Tanyakan tentang kondisi yang dirasakan dan dokter akan bertanya mengenai sakit kepala, bengkak, kontraksi hingga keluhan lainnya, konsultasikan terkait hal yang selama ini dirasakan.
Tanyakan mengenai gerakan bayi, dokter akan bertanya kapan bayi terlihat tidak aktif dari waktu biasanya dan sarankan untuk mendapatkan gerakan bayi dengan menghitung banyaknya gerakan bayi pada periode tertentu.
Lakukan pemeriksaan fisik dengan USG, sehingga akan diketahui jumlah dari cairan ketuban, dokter akan memberitahu posisi kepada turun di minggu ke 36 dan jika berada di posisi sungsang maka periksakan kondisi bayi sehingga akan menawarkan external cephalic version untuk dapat memutar bayi.
Jika Rh negatif dan ayah tidak maka perlu menjalani status Rh serta mengetahui antibodi pada tubuh bayi yang memungkinkan adanya Rh positif, tes ini dilakukan ketika menuju trimester kedua dengan glucose screening test.

Selain itu, ketika di minggu 35 dan 37 dokter akan menyeka bagian rektum dan vagina untuk memperhatikan infeksi yang biasanya terjadi, yaitu group B strep. Apabila tesnya positif maka akan diberikan antibiotik selama masa persalinan sehingga membantu penghalang penyakit yang dapat ditularkan pada bayi. Jenis tes lain dilakukan ketika memasuki minggu ke 42 dan biasanya dokter akan melakukan konseling jika persalinan preeclampsia yang ditandai perdarahan pada vagina.

Berikut adalah hal-hal yang biasanya luput dari perhatikan dokter:

Ibu hamilah yang berwenang dan dokter menjadi pemandu untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya.
Sebaiknya ketika telat haid maka periksa menggunakan tes kehamilan sebelum ke dokter untuk mengetahui usia kehamilan.
Kehamilan merupakan hal yang normal dan buka dalam penyakit yang terkadang cukup menakutkan.

Berdasarkan tanya dokter kandungan maka kehamilan normal lebih baik memilih bidan dibandingkan dengan dokter. Hal ini dikarenakan bidan melihat suatu kehamilan sebagai hal yang normal dan tidak perlu membuat khawatir semua orang. Ibu hamil hanya perlu melakukan dua kali USG, dilakukan pada minggu ke 11 hingga 12 serta 18 hingga 21. USG pertama untuk melihat perkembangan bayi serta perkiraan kelahiran dan USG kedua untuk melihat jenis kelamin.

Post Top Ad