improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label upacara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label upacara. Tampilkan semua postingan
Maret 29, 2017

Porseni, Kajian Kitab, Pelantikan Fatayat Dan Seminar Parenting

by , in


Beruntun selama akhir pekan itu ada banyak sekali acara yang notabene anak-anak NU yang punya gawe. Ada Porseni alias pekan olah raga dan seni yang upacara pembukaannya dihadiri Menristek Bapak Mohammad Nasir yang dulunya juga santri.
 Kemudian kajian Fiqh Nisa di gedung NU yang diikuti para sahabat Fatayat dari banyak penjuru di kabupaten kami. Sudah mulai rutin dilaksanakan dan lumayan besar antusiasme para peserta. Semoga terus istiqomah dan berkah manfaat. Aamiin.



Lalu di hotel Semesta Semarang, acara pelantikan serta Rakerwil Fatayat NU Se-Jawa Tengah digelar dengan sukses dan menghijauuuu seperti biasanya.

Acara pelantikan disertai dengan aneka bazaar di lokasi juga beberapa agenda pelengkap. Termasuk Seminar Nasional dengan tema Digital Parenting yang bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan.

Semoga kepengurusan yang baru ini amanah dan dapat semakin memajukan organisasi. Aamiin. 



**

For reservation,  review and any other collaboration, please do not hesitate to contact at 085701591957 (sms/wa) 
DM twitter @ummihasfa
DM IG @diannafi
inbox FB Ummi Hasfa
Line diannafi57 
email kbcahaya@gmail.com
Februari 27, 2016

Hanya Dengan Cinta Dan Empati, Kita Bisa Memenangkan Hati

by , in

Hanya Dengan Cinta Dan Empati,  Kita Bisa Memenangkan Hati

Adikku yang baru saja lulus spesialis penyakit dalam berkunjung ke rumah kemarin saat aku sedang mencoret-coret sambil merenung apa budaya daerah kami yang bisa dieksplor agar menjadi inspirasi bagi lebih banyak orang. Kepikiran untuk mengangkat tentang Grebeg Besar tapi sepertinya sudah seringkali kuceritakan. Bahkan cerpen yang bersetting itupun memenangkan kompetisi menulis cerpen yang diadakan sebuah penerbit waktu itu. Sebagai sebuah destinasi wisata event dan seremonial juga festival pun pernah kuangkat dan menang dalam lomba menulis untuk 101 Travel Tips And Stories di penerbit Gramedia.

Tapi adikku itu bilang yach memang Grebeg Besar itu yang paling khas dari Demak.

Suro-nan ada banyak di tempat lain. Mauludan juga. Sekaten itu lebih identik untuk Solo dan Jogja. Kliwonan juga ada di tempat-tempat lain. likuran juga tidak hanya di sini.

Yang khas hanya ada di Demak ya Grebeg Besar itu.

Oh, okey. Tapi iseng aku bertanya padanya, apa kandungan dan nilai dari Grebeg Besar yang bisa menginspirasi banyak orang. Nah, jawaban adikku inilah yang ternyata sedikit berbeda dari yang selama ini aku ketahui dan aku pahami. Bukan sebagai sebuah negasi, tapi suatu pengayaan.

Grebeg besar berlangsung selama hampir sebulan. Sekitar dua minggu sebelum hari raya idul Adha (10/dzulhijjah) dan berakhir dua minggu setelah hari raya itu.

Ada pasar malamnya yang juga buka di pagi, siang dan sore hari sepanjang masa grebeg/festival itu. Dan puncaknya pada malam 10 dzulhijjah ada kirab tumpeng sembilan dari Pendopo Kabupaten Demak. Dilanjut kirab prajurit patang puluhan setelah sholat idul Adha, dari masjid Agung Demak menuju kompleks makam Sunan Kalijogo di Kadilangu.

Aku selalu menerjemahkan kirab tumpeng itu sebagai sedekah. Dan  jamas alias penyucian jimat pusaka kalimasada itu sebagai simbol keharusan pembersihan hati nurani kita. Serta pasar malam di grebeg besar sebagai upaya menarik hati masyarakat agar mendekat. Konon katanya dulu sebelum masuk ke arena Grebeg Besar, orang-orang diminta membaca kalimasada alias kalimah syahadat.

Adikku rupanya memiliki pandangan lain yang lebih dalam. Kirab prajurit patang puluhan yang mengenakan seragam kostum prajurit Majapahit dengan bendera dan tameng yang menggunakan lambang Suryo Wilwatikta, suryo Majapahit, merupakan simbol bahwa kerajaan Demak tidak meninggalkan begitu sejarah sebagai bagian dari keturunan Majapahit.

Ayah Raden Patah (penguasa pertama kerajaan Demak) adalah putra dari Raden Brawijaya V (raja Majapahit)

Di tengah perang persaudaraan dan serangan dari daerah-daerah bawahannya serta banyak pengkhianatan lainnya, Majapahit pun oleng dan ambruk. Saat itulah Demak lahir dan tampil. Bukan untuk semakin menjatuhkan Majapahit karena bagaimanapun ia adalah kerajaan milik sesepuhnya, tapi memberi warna baru. Sehingga kecenderungan yang waktu itu Jawa Hindu kemudian menjadi Jawa Islam.

Berbagai tradisi, budaya, upacara, seremoni yang sudah mendarah daging saat itu tidak serta merta dihilangkan. Tapi Sunan Kalijogo dan Wali Songo mengemas dakwahnya sedemikian rupa sehingga masyarakat tak sadar kalau telah disisipi dan pelan-pelan diajak masuk, bergeser dari kepercayaan dan menyembah benda-benda menjadi menyerahkan diri pada Yang Maha Esa dan Kuasa.

Inkulturasi, inklufisme, pendekatan dengan kasih sayang, empati dan penuh cinta. Tak ada keterpaksaan dan arogansi.

Peralihan dengan cara-cara empatik dan bijaksana yang dulu ditempuh Sunan Kalijaga dan wali songo inilah yang tampaknya saat ini jarang digunakan lagi.

Mungkin Grebeg Besar berikut rangkaian acara serta hikmah yang terkandung di dalamnya perlu lebih diblow up dan disebarluaskan lagi agar kita semua bisa mengambil pelajaran darinya.

Bahwa hanya dengan cinta dan empati, kita bisa memenangkan hati.

(Foto-foto dari berbagai sumber)

Post Top Ad