improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label seniman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label seniman. Tampilkan semua postingan
Februari 19, 2021

Obituary Sastrawan Budayawan Prie GS

by , in

Obituary Sastrawan Budayawan Pak Prie GS

Beberapa hari yang lalu Timeline twitter, fesbuk ama IG, juga WA isinya eulogy, kisah2 kesaksian2 atas kebaikan2 pak Prie GS

 Pelajaran pertama dr pak prie kudpt langsung pas ketemu di smart fm. Beliau baru saja turun stlh ngisi sharing, aku baru mau naik utk bedah buku. Pak Prie ngendhiko, deloken tapak tangan tiap2 org itu beda, krn msg2 punya peranan khusus dlm khdpn. Tugas kita adl cari tahu apa itu.


Hidup itu punya rencana utkmu.buat rencanamu sejalan dg rencana hidupmu -prie gs

Beliau paket komplit. Seniman, budayawan, jurnalis, agamis juga kyai lah, salah satu nahdliyin kebanggaan. Ketemu lagi pas beliau ngisi di IAIN bareng pak radhar panca dahana.

Tema seminarnya Membangun budaya unggul bangsa menyelamatkan Indonesia bareng @Prie_GS pak radhar panca dahana dan pak mohammad sobary

Pak Prie guru bangsa. Insya Allah husnul khotimah.

Selanjutnya pelajaran2 dan petuah2nya bisa kita dpt dg mudah dan menyenangkan lewat cuitan2nya di twitter. Beliau juga buka kelas gratis dan berbayar. Bukan cuma kepenulisan, tp juga merembet ke bgm menyiasati kehidupan

Sore itu tahu2 beliau melintas depan rumah bakda ziarah. Jadi takpinarakke ke rumah, ketemu ibu juga. Dan jd nambah ilmu langsung lagi dr beliau. Termasuk denger cerita2 lucu ttg pengalaman beliau menghadapi cah2 NU yg ya gitu deh,sakkarepe,msh perlu push them to be profesional.
Makjegagik, alhmdlh ketiban pulung. Sore2, ngaji raos dr gurunda @Prie_GS Matur suwun, suhu.

Beliau juga memberi endorse buku gus awy terbitan hasfa publishing.
Perjalanan spiritual itu tidak rumit. Ia rekreatif, menyenangkan dan jelas petanya. Setidaknya begitulah gaya buku ini bercerita-Prie GS,Budayawan. Buku Bengkel Jiwa & Undimensioned bisa dibeli via @GooglePlay & GoogleBooks. Versi cetaknya bisa dipesan via wa 081328767574.

Sempat juga aku ikut kelas beliau via zoom juga pas sdh pandemi ini. Di situlah curhat tuntas, dan beliau byk memberi masukan juga penguatan. Poin utamanya adlh pentingnya keikhlasan dan bersyukur. Kudu ikhlas. Ikhlas sing puol.

Kang prie gs buka kelas #cerpen 500rb gak laku, buka kelas 2,5 jt malah laris. #intermezo Kenali diri. Optimalkan semua indera. Kuatkan pendengaran. Pertajam mata. Eksperimen dg tubuh. Eksplorasi saat lapar. Bagian mana yg lapar, dst sampai tepar Sediakan diri utk kenali


Pak Prie GS juga sastrawan, karikatur, motivator, inspirator, begawan. Dan spt yg bbrp org bilang, beliau juga sufi. Lahul fatihah

Terakhir saut2an di twitter pas awal februari ini beliau mantu. 2 hari yg lalu pun beliau masih twitteran. Gak nyangka beliau kondhur secepat ini. 56 th. Kyk gak percaya. Kukira msh akan panjang jalannya, msh lama dan byk lagi kiprahnya. Ya Rabb. Kami padaMu.

Penting utk menjadi orang baik. Itu pelajaran pak prie gs hari wafatnya beliau ini. Sugeng kondhur. Lahul fatihah

ada satu quote pak Prie GS yang sangat bagus nih.
luka itu bukan hanya harus menyembuh, namun juga harus mengindah. setelah mengindah, ia akan memberkahi ~ prie GS.
Juni 29, 2016

Taufiq Ismail, Chrisye dan Ramadhan

by , in
Taufiq Ismail,  Chrisye dan Ramadhan




Penyair Taufiq Ismail menulis sebuah artikel tentang Krismansyah Rahadi (1949-2007) di majalah sastra HORISON:
Di tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, “Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas. Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?” Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah.
Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi relijius.
Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, “Chris, maaf ya, macet. Sori.” Saya akan kembalikan pita rekaman itu.
Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin. Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A’udzubillahiminasy syaithonirrojim. “Alyauma nakhtimu ’alaa afwahihim, wa tukallimuna aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun” saya berhenti. Maknanya, “Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan.” Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa!
Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke larik-larik lagi tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai. Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.
Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon, “Chris, alhamdulillah selesai.” Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut.
Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.

Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye–Sebuah Memoar Musikal, 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye:
Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis lagi. Yanti sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu. Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya.
“Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65…” kata Taufiq. Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya.
Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi. Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!
Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia, saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya.
Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai. Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari!
Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benar benar meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam selama menyanyi.
Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna Pengadilan Hari Akhir di hari kiamat kelak.
Mengenai menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut.
***
Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya. Chrisye terkejut. “Kenapa Bang, kurang?” Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya.
Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar. “Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun ’kan?”
Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya pun senang.
***
Pada subuh hari Jum’at, 30 Maret 2007, pukul 04.08, penyanyi legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura. Diagnosis yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat. Dia meninggalkan isteri, Yanti, dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan Masha, 9 album proyek, 4 album sountrack, 20 album solo dan 2 filem. Semoga penyanyi yang lembut hati dan pengunjung masjid setia ini, tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar baginya. Amin. #
Ketika Tangan dan Kaki Berkata
Lirik : Taufiq Ismail
Lagu : Chrisye
Akan datang hari mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita bila harinya
Tanggung jawab tiba
Rabbana…
Tangan kami…
Kaki kami…
Mulut kami…
Mata hati kami…
Luruskanlah…
Kukuhkanlah…
Di jalan cahaya….
sempurna
Robbana Taqobbal Minna
Ya Alloh terimalah dari kami (amalan kami), aamiin
Semoga Bermanfaat.
❤

Post Top Ad