improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label lirik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lirik. Tampilkan semua postingan
Juli 31, 2016

Dia Yang Datang Hanya Untuk Balas Dendam

by , in
Dia Yang Datang Hanya Untuk Balas Dendam

dan lagu kifak enta-nya Maryam ini pas banget. berikut arti liriknya

you are the one, who was harsh on me.
You are the one, who broke his heart.
Your heart doesn't care about me anymore.
What are you saying ?
Tell me, who made me cry?
And who left me alway sad?
What are you saying?
Say something your mind can take.
Now you want to get back to me …
Really? Perhaps...
 
How are you ? good ?!
Do you still remember me ?
Now you want me back,
I don’t want you back ..
 
You mean we're not coming back together
You mean you're not coming back to him
It's okay for you if I'm in pain
It's okay you don’t want to listen to him
Leave me alone and go away and don’t say a word
You're not a man
You're not a heart and a soul
Leave me alone and go away
I took you out of my mind and forgot the nights which were full of pain
 
How are you ? good ?!
Do you still remember me ?
Now you want me back,
I don’t want you back ..
 
Juli 29, 2016

tum hi ho

by , in

tum hi ho


barusan aku nemu sesuatu. ada satu lagu India yang musiknya apik, liriknya menyentuh banget.
kayaknya aku bakal muter lagu ini berulang-ulang. mungkin sampai ratusan kali atau lebih.
cekidot ya, dan coba cari lagunya. maybe it can be part of your play list too.



Hum tere bin ab reh nahin sakte
Tere bina kyaa wajood meraa (2x)

Aku tanpamu kini tak dapat hidup
tanpamu apalah artinya keberadaanku

Tujh se judaa gar ho jaayenge
To khud se hi ho jaayenge judaa

jika aku terpisah darimu
maka aku juga akan terpisah dari diriku

Kyonki tum hi ho
Ab tum hi ho
Zindagi, ab tum hi ho
Chain bhi, meraa dard bhi
Meri aashiqui ab tum hi ho


Karena hanya kamu
sekarang hanya kamu
kehidupanku kini hanya kamu seorang
ketenanganku juga rasa sakitku
cintaku sekarang adalah dirimu seorang

Teraa meraa rishtaa hai kaisaa
Ik pal door gawaaraa nahi
Tere liye har roz hain jeete
Tujh ko diyaa meraa waqt sabhi
Koi lamhaa meraa naa ho tere binaa
Har saans pe naam teraa


Bagaimana hubungan kita ini
aku tidak bisa jauh darimu walaupun untuk sesaat
untukmu setiap hari aku bertahan hidup
semua waktuku hanya untukmu
Tiada sedikitpun waktuku tanpa kehadiranmu
namamu ada di setiap hembusan nafasku

Kyonki tum hi ho
Ab tum hi ho
Zindagi, ab tum hi ho
Chain bhi, meraa dard bhi
Meri aashiqui ab tum hi ho

Karena hanya kamu
sekarang hanya kamu
kehidupanku kini hanya kamu seorang
ketenanganku juga rasa sakitku
cintaku sekarang adalah dirimu seorang

Tum Hi ho….Tum hi ho……
dirimu… dirimu….

Tere liye hi jiyaa main
Khud ko jo yoon de diya hai
Teri wafaa ne mujh ko sambhaalaa
Saare ghamon ko dil se nikaala
Tere saath mera hai naseeb juDaa
Tujhe paa ke adhoora naa raha


Hidupku hanya untukmu
aku telah memberikan hidupku untukmu
kesetiaanmulah yang telah menjagaku
menghapus seluruh duka dari dalam hatiku
bersamamu nasibku terjalin
setelah mendapatkanmu hidupku sempurna

Kyonki tum hi ho
Ab tum hi ho
Zindagi, ab tum hi ho
Chain bhi, meraa dard bhi
Meri aashiqui ab tum hi ho

Karena hanya kamu
sekarang hanya kamu
kehidupanku kini hanya kamu seorang
ketenanganku juga rasa sakitku
cintaku sekarang adalah dirimu seorang
Juni 29, 2016

Taufiq Ismail, Chrisye dan Ramadhan

by , in
Taufiq Ismail,  Chrisye dan Ramadhan




Penyair Taufiq Ismail menulis sebuah artikel tentang Krismansyah Rahadi (1949-2007) di majalah sastra HORISON:
Di tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, “Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas. Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?” Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah.
Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi relijius.
Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, “Chris, maaf ya, macet. Sori.” Saya akan kembalikan pita rekaman itu.
Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin. Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A’udzubillahiminasy syaithonirrojim. “Alyauma nakhtimu ’alaa afwahihim, wa tukallimuna aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun” saya berhenti. Maknanya, “Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan.” Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa!
Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke larik-larik lagi tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai. Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.
Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon, “Chris, alhamdulillah selesai.” Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut.
Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.

Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye–Sebuah Memoar Musikal, 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye:
Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis lagi. Yanti sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu. Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya.
“Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65…” kata Taufiq. Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya.
Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi. Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!
Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia, saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya.
Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai. Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari!
Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benar benar meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam selama menyanyi.
Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna Pengadilan Hari Akhir di hari kiamat kelak.
Mengenai menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut.
***
Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya. Chrisye terkejut. “Kenapa Bang, kurang?” Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya.
Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar. “Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun ’kan?”
Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya pun senang.
***
Pada subuh hari Jum’at, 30 Maret 2007, pukul 04.08, penyanyi legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura. Diagnosis yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat. Dia meninggalkan isteri, Yanti, dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan Masha, 9 album proyek, 4 album sountrack, 20 album solo dan 2 filem. Semoga penyanyi yang lembut hati dan pengunjung masjid setia ini, tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar baginya. Amin. #
Ketika Tangan dan Kaki Berkata
Lirik : Taufiq Ismail
Lagu : Chrisye
Akan datang hari mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita bila harinya
Tanggung jawab tiba
Rabbana…
Tangan kami…
Kaki kami…
Mulut kami…
Mata hati kami…
Luruskanlah…
Kukuhkanlah…
Di jalan cahaya….
sempurna
Robbana Taqobbal Minna
Ya Alloh terimalah dari kami (amalan kami), aamiin
Semoga Bermanfaat.
❤

Post Top Ad