improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label kampus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kampus. Tampilkan semua postingan
Mei 15, 2025

Menulis untuk Mencerahkan: Dian Nafi Hadir di Expo Buku dan Talkshow Kepenulisan UIN Walisongo

by , in

 Menulis untuk Mencerahkan: Dian Nafi Hadir di Expo Buku dan Talkshow Kepenulisan UIN Walisongo

Hari yang penuh semangat literasi di Auditorium UIN Walisongo Semarang terasa istimewa. Dalam gelaran Expo Buku dan Talkshow Kepenulisan, kampus ini menjadi ruang pertemuan ide, semangat berkarya, dan jejaring para penulis muda. Hasfa Publishing, sebagai sponsor utama acara, menghadirkan pengalaman literasi yang tak hanya inspiratif tetapi juga membumi.

Salah satu tamu undangan kehormatan yang turut memeriahkan acara adalah Dian Nafi—penulis produktif, arsitek, dan pegiat literasi yang telah melahirkan banyak karya berbasis nilai-nilai budaya, spiritualitas, dan kemanusiaan. Kehadiran Dian membawa nuansa hangat dan reflektif, mengingat rekam jejaknya yang tak hanya menulis, tetapi juga membimbing banyak penulis pemula di berbagai daerah.

Dalam acara yang diselenggarakan oleh mahasiswa dan komunitas literasi kampus, para peserta disuguhi talkshow inspiratif seputar dunia kepenulisan, pameran buku dengan beragam genre, hingga sesi diskusi ringan yang membuka ruang pertukaran ide. Hasfa Publishing, sebagai penerbit yang telah mendampingi banyak penulis muda, menyediakan booth interaktif dan koleksi buku-buku pilihan yang menarik perhatian pengunjung.

Dian Nafi menyempatkan diri menyapa peserta, berbincang dengan para pegiat literasi, serta memberi dorongan moral bagi para penulis muda yang sedang merintis jalan. “Literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tapi tentang membentuk cara kita memandang dunia dan merawat nurani,” ungkapnya.

Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa ekosistem literasi bisa tumbuh subur bila didukung oleh kolaborasi semua pihak—kampus, komunitas, penerbit, dan tentu saja para penulis. Semangat itu terasa nyata sepanjang hari, di antara barisan buku, senyum peserta, dan percakapan yang menyala.

Dengan hadirnya sosok seperti Dian Nafi dan dukungan Hasfa Publishing, acara ini bukan hanya menjadi expo buku biasa, melainkan juga perayaan bagi para pemimpi yang percaya bahwa tulisan bisa mengubah dunia—pelan-pelan, tapi pasti.



Februari 05, 2024

Pelatihan Seru Batch 2 di Kampus Biru

by , in

 Pelatihan Seru Batch 2 di Kampus Biru

 






Hari Minggu ini sangat menyenangkan, karena di kampus biru lantai 3 Universitas Sultan Fatah Demak diselenggarakan pelatihan menulis buku bersama para mahasiswa. Sesi ini merupakan latihan menulis buku batch 2, diselenggarakan bersama mentor, tutor, dan trainer Dian Nafi. Kali ini, jumlah peserta yang datang sama banyaknya dengan peserta pelatihan penulis buku di batch pertama.


Awalnya panitia agak deg-degan karena saat pendaftaran hanya ada sekitar 17 orang yang mendaftar. Ternyata, pada hari pelaksanaan, ada lebih dari 30 orang yang datang dengan antusiasme yang sama besar. Mereka berasal dari berbagai jurusan dan fakultas di universitas Sultan Fatah Demak.


Pelatihan juga dimulai on time, pukul 08.00 pagi. Peserta diminta mengenalkan diri, menyebutkan buku yang pernah dibaca atau film yang melekat dalam kepala mereka. Selanjutnya, mereka diminta menuangkan ide atau gagasan mengenai tulisan yang akan mereka buat.

Menulis dengan Ruh

Saat pelatihan ini, teman-teman juga diajak memejamkan mata mengambil memori dari peristiwa berkesan saat mereka berusia 6 sampai 10 tahun. Mereka saling menceritakan kisahnya masing-masing ke teman sebelahnya, yang kemudian tekan tersebut menceritakan di depan kelas.


Ada banyak cerita beragam, termasuk cerita lucu, menegangkan, dan sedih. Sebagai penulis, tugasnya bukan hanya menuangkan gagasan, tetapi juga mengikat emosional pembaca dengan menyajikan tulisan yang memiliki ruh dari peristiwa yang menggugah emosional.


Selanjutnya teman-teman diminta melanjutkan kerangka yang telah mereka tulis selama sesi latihan penulisan untuk dikerjakan di rumah dan dikumpulkan pada waktu tertentu yang telah disepakati bersama. Semoga dari pelatihan menulis batch 2 ini, lahir buku dari para mahasuswa Sultan Fatah, dan menjadi produk dari Un

isfat Press.

Desember 19, 2019

Bincang Sastra Di UIN Walisongo Semarang

by , in
Bincang Sastra Di UIN Walisongo Semarang

Alhamdulillah tanggal 17 Desember 2019 sepulang dari Women Writers Conference di Cirebon, saya ketiban sampur untuk menjadi nara sumber di acara Bincang Sastra Di UIN Walisongo Semarang, bareng kang Puthu alias pak Gunawan Budi Susanto (sastrawan senior dan salah satu guru nulisku juga)


Panel-panel di Women Writers Conference antara lain:
  1. Musdah Mulia dan Muslimah Reformis
  2. Faqihuddin Abdul Kodir dan Muslimah Reformis
  3. Musriya dan Muslimah Reformis
  4. Husein Muhammad dan Muslimah Reformis
  5. Kajian Gender Islam Nur Rofiah
  6. Participant Reflection
  7. Perempuan dan Pesantren
  8. Merumuskan Hukum Keluarga Adil Gender
  9. Perjalanan Menuju Mubaadalah
  10. Writing Session

Acara bincang sastra yang  bertempat di auditorium 2 kampus 3 UIN Walisongo ini merupakan salah satu event dari rangkaian acara perhelatan ulang tahun SKM Amanat yang ke-35. Wow yach. Majalah kampus universitas  ini dulunya hanya dikerjakan secara single, lalu dengan beberapa volunteer yang waktu itu juga merupakan para aktifis kampus, dan kini makin banyak mahasiwa yang terlibat serta sudah menelurkan banyak karya serta kontribusi. 

Cerita ini kami dengar bersama malam itu dari para pelakunya langsung. Pak Ajang, pak Hasan Aoni, pak Djoko Litbang UIN, mbak Alfie aktifis perempuan, dan pak Muhsin Djamil yang kini menjadi Wakil Rektor I UIN Walisongo. 

Salah satu karya bersama sekaligus produk Amanat tahun ini adalah antologi puisi yang dilaunching saat bincang sastra malam itu. Dan buku ensiklopedia perjalanan Amanat selama 35 tahun yang berisi tulisan dan artikel jurnalistik, laporan-laporan juga esai dari beberapa jurnalis Amanat.

Membincang puisi saat ini menjadi tema bincang sastra malam itu. 

Berikut rangkumannya yang sudah tayang di media ayo semarang.

Saat ini fungsi akademisi sastra lebih banyak mencetak analis dan kritikus. Mereka menciptakan berbagai teori sastra yang digunakan sebagai kritik terhadap karya sastra. Namun banyak dari mereka yang justru tidak menciptakan karya apapun.
Hal itu disinggung oleh sastrawan asal Kota Semarang, Gunawan Budi Susanto yang akrab disapa Kang Putu dalam bincang sastra dan launching antologi puisi “Membaca Wajah Puisi Hari Ini” di Auditorium II kampus 3 UIN Walisongo, Selasa (17/12/19).
"Saya pribadi sudah kehilangan kepercayaan pada akademisi sastra, omong kosong aja mereka. Baca sastra aja gak pernah kok ngaku akademisi,” jelas Kang Putu.
Bincang sastra dan lauching Antologi puisi Soeket Teki tersebut digelar dalam rangka memeringati hari lahir (Harlah) ke-35  surat kabar mahasiswa (SKM) Amanat UIN Walisongo Semarang.
Turut hadir  penulis buku Dian Nafi, Wakil Rektor I Muhsin Jamil dan beberapa alumni SKM Amanat seperti Hasan Aoni Aziz, Joko Tri Haryanto, Zaenal Arif, Siti Alfijah dan sebagai moderator Nur Zaidi.

Mengenai tema yang diusung “Membaca Wajah Puisi Hari Ini”, Kang Putu mengatakan ia tidak dapat menjelaskan bagaimana bentuk wajah puisi pada hari ini.
“Saya tidak dapat berkata macam apa dan bagaimana wajah puisi hari ini, karena bagaimana mungkin anda semua bikin sajak yang begitu indah namun sampai hari ini ada kawan penyair yang kita tidak tahu di mana beliau dikuburkan, Wiji Tukhul," tuturnya.
Kang Putu juga mengatakan, dalam hal membuat puisi ada hal-hal yang perlu diperhatikan bukan hanya soal kata-kata yang indah yang bisa dibaca oleh semua orang, tetapi tentang nilai apa yang terkandung di dalamnya.
“Kalau buat puisi cobalah perhatikan kata-katanya. Pakai kata-kata yang anda kenal, pakai susunan kata yang sederhana, kalimat yang sederhana tapi kemudian jika anda pikirkan lagi kata-kata tersebut susah untuk diartikan,” katanya.
Dian Nafi membahkan, ilmu tentang cara menulis puisi, cara bagaimana seorang sastrawan mengajak kita merespons puisi, dan mampu menjadikan puisi bukan hanya sebagai ajang ekspresi dan eksistensi.
“Untuk menulis puisi, kita harus peka menangkap sesuatu yang langsung buat kita punya ide. Memang semestinya puisi kita itu diarahkan untuk membaca apa yang terjadi di sekitar kita sehingga kita itu dapat menyuarakan sesuatu dan kita mampu menjadikan sebuah puisi bukan hanya sebagai ekspresi, eksistensi tetapi juga sebagai sebuah solusi,” ujar Dian.


Acara tersebut dimeriahkan dengan musikalisasi puisi kolaborasi Teater Wadas dan Skm Amanat, dan di akhir acara, Wakil Rektor I UIN Walisongo, Muhsin Jamil dan beberapa alumni berkesempatan tampil membacakan puisi.

Saya juga berkesempatan membacakan satu  puisi yang ada di dalam buku antologi puisi yang diluncurkan malam itu.

Terima kasih SKM Amanat UIN Walisongo Semarang for having me.
Happy anniversary. Semoga makin sukses, berkah dan berjaya di darat, laut dan udara!

Post Top Ad