improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label PLOT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PLOT. Tampilkan semua postingan
September 18, 2022

Kiat Membuat Plot Twist

by , in
Kiat Membuat Plot Twist
Tali, Lama, Pola, Simpul, Tekstur, Baris

cara membaca fiksi, Pasrah. Menebak ending tidak termasuk.
Ada yg caranya sama, ada yg beda, dan ndak masalah. Karena kita mencari hal2 yg beda dr aktivitas membaca. Dan semuanya benar


Kadang, membaca fiksi perlu pasrah. Sama kek dunia nyata, ndak semua hal dalam dunia fiksi harus, perlu, dan bisa dimengerti. Kita boleh dan bisa ndak ngerti. Yang perlu cuma dilewati, dibaca.
Sering, baru belakangan kita bisa ngerti apa maksudnya. Atau, tidak.

"Menebak Ending cerita" memang bawaan mungkin semua orang. Bukan cuma fiksi, tapi semua kejadian apa pun yg mengandung cerita. Misal: ada temen yg malem ujian main PS semaleman. Sometimes, we can't help but guess "Ini anak bakal gak lulus". Ketika dia lulus: Plot twist

Ini sebabnya saya menduga(-duga saja) bahwa cara kita membaca fiksi (bisa) mencerminkan bagaimana cara kita memandang orang lain juga. Dan ini hal wajar. Karena, sbg manusia, kita selalu berusaha utk memahami dunia di sekitar kita.

Kita adalah makhluk yg antisipatif. Berdasarkan sedikit clue n cue kita mencoba menebak seperti apa kejadian berikutnya. Ini bagian dr insting survival kita. Sbnrnya PLOT TWIST itu TIDAK ADA. Yg ada adalah Kita melewatkan tanda2 yg halus atau subtil atau tidak terlalu tampak.
Contoh dr kasus temen yg main PS semaleman dan ternyata lulus (dg nilai tertinggi pulak!). Kesel nggak, sih? Kok dia santai bisa begitu. Plot-twist-nya akan hilang KALAU berikutnya kita tahu trnyt dia punya catatan kecil yg selalu dia bwa di kantong dan dia baca tiap 30 menit.

Mengapa? Ini tergantung pada clue n cue yg bisa kita tangkap dg panca indra kita. Kalau kita cuma (bisa) melihat saat2 temen "pemalas" kita itu main PS, ya, kita akan cenderung menganggap titik plot berikutnya: "dia tidak lulus". Kalau kita tahu kebiasaan dia ya jd wajar.
Tali, Simpul, Terikat, Twisted, Perahu
Membaca Fiksi juga seperti itu. Penulis sbnrnya (dan seharusnya) TIDAK DADAKAN menaruh plot-twist. Butuh keahlian untuk menaruh tanda2 halus, subtil, dan seakan tidak tampak tapi ada di dalam naskah, sebelum plot-twist dijatuhkan. Bacaan lanjut sila search RED HERRING.
Ketika kita menduga2 hasil berdasarkan sedikit petunjuk, sbnrnya apa yg terjadi? Di saat yg sama, pikiran kita akan fokus hnya pd dugaan & pikiran akan menyeleksi clue n cue yg MEMBENARKAN dugaan & menafikan petunjuk yg tidak sejalan. Inilah penyebab PLOT TWIST yg utama.
Jadi, sebenarnya PLOT TWIST tidak sepenuhnya terjadi di naskah, melainkan terjadi DI DALAM KEPALA PEMBACA. Penulis cuma bisa sampai pada usaha utk membuat clue n cue yg halus, subtil, & tidak terlalu tampak. Apakah akan berhasil jd Plot Twist? Ini tergantung pd pembaca.

Buat pembaca2 yg 'pasrah', plot-twist sulit utk bekerja. Mengapa? Krn tanpa dugaan, pikiran mereka jadi tidak diskriminatif trhdp informasi. Informasi2 yg halus pun bisa tertangkap. Memuaskan pembaca model ini jd sulit. Krn, mereka butuh keseluruhan badan cerita yg solid.

Jadi, walau PLOT-TWIST bisa signifikan meningkatkan kepuasan saat membaca, alangkah baiknya jika Kita tidak terlalu fokus utk mengukur kualitas buku HANYA berdasarkan plot-twist. Melainkan, menikmati cerita sbg keseluruhan pengalaman pembacaannya.

Kalau kita bisa menikmati bacaan tanpa berharap plot-twist. InsyaaAllah, akan tampak bahwa sebenarnya banyak buku yg di-crafting secara luar biasa dr ujung ke ujung. Dan, cerita2 yg dg sengaja diplot-twit-plot-twist-kan trnyta biasa saja. Anggaplah Plot-twist bonus.

Tambahan: Gm pun Plot Twist harus MASUK AKAL. 1. Orang males, lulus ujian: Ini BUKAN plot-twist, ini namanya memgada2.
Tanda silang
2. Orang Pinter, IQ 150, demen main PS, cuma bikin cateten kecil, yg ditunjukkan scr jelss ke pembaca cuma main PS-nya. Lulus: INI plot-twist.

Plot-twist adalah menunjukkan sebagian petunjuk dg cara sangat nyata (sehingga pembaca keliru menebak), dan menyembunyikan petunjuk yg sebenarnya dg membuatnya tidak kentara (tapi tetap ada). Jgn sampai niatan bikin plottwist malah jd adegan gak logis.
Btw, jangan berharap plot-twist bermanfaat klo ketemu pbaca2 kek sy yg nggak menebak2 ending (n nyari spoiler).
Wajah tersenyum dengan mulut terbuka dan keringat dingin





Sengaja nge-plot-twist akan totally useless di hadapan pembaca yg tidak menebak2
Tangan melipat
Saran: Nggak usah kelewat pngen plot-twist. Cukup bikin cerita yg sreg aja.

Yg hrsnga bingung sama keputusan tokoh adlh pbaca, bukan penulis. Penulis TIDAK dlm posisi memilih keputusan sprti tokoh. Penulis SUDAH menentukan keputusan tokoh, lalu bikin sekian pilihan semu, biar pbaca merasa seru aja—tokohnya punya bnyk pilihan. Pdhl mah nggak.

Buat penulis, tokoh cuma punya satu pilihan, satu tindakan, satu nasib, dan satu hasil. Semua percabangan yg muncul di naskah semuanya ILUSIF utk bikin pbaca excited n bersemangat baca. Jadiiii. TIDAK BOLEH ada plot-twist di kepala penulis. Semua harus jelas n terencana.

sumber wisnucuit
Agustus 01, 2020

Prolog dan Epilog

by , in


Prolog dan Epilog

Prolog dan Epilog. Perlu nggak, sih?

Jawaban singkatnya: TIDAK
Sering banget, kan, nemu cerita pake prolog dan epilog? Di Indonesia, banyak banget fiksi yg pake prolog dan epilog.
Pertanyaan pertama: Kenapa nggak langsung Bab Satu?
sebagian (besar?) penulis baru mulai nulis dari prolognya. True? Saya sering nemu naskah2 baru di online yang pas sy buka isinya cuma prolog. Pertanyaan saya: Bagaimana bisa beliau nulis prolog kalau naskah utamanya belum ada?
Memang bnyk fiksi yg pake prolog/epilog, tapi kalau kita bikin prolog/epilog CUMA dengan alasan: Penulis lain melakukannya, kita sudah bikin KESALAHAN BESAR. Apalagi klo alasannya biar keren. Lebih salah lagi. Karena, asas dasarnya adalah Novel TIDAK PERLU pakai prolog/epilog.
prolognya selesai ditulis paling akhir. Awalnya, novel ini tidak pake prolog. Kita baru bisa tahu apakah butuh prolog/epilog KALAU naskah novelnya SUDAH SELESAI. Atau, kita sudah memiliki outline yg sangat ketat dan nggak akan berubah.

Jadi, sebenarnya nggak masuk akal ada naskah belum selesai (bahkan belum mulai!) tapi udah ada prolognya. Why? Karena eh karena (sebenarnya) PROLOG TIDAK BERHUBUNGAN sama cerita. Catat: Prolog dan Epilog BUKAN BAGIAN dr cerita dlm novel.



Prolog dan epilog HARUSNYA mirip kek kata pengantar/sambutan. Kalopun gak dibaca, nggak kenapa2. Alias: sebenarnya, klo pun DIHAPUS nggak ada (dan gak boleh ada) masalah.

Jadi, apa itu Prolog/Epilog? Prolog/epilog adalah (sesederhana) informasi tambahan DI LUAR cerita inti yang penulis pengen diketahui sama pembaca. Makanya, kalo cerita blm selesai, sbnrnya gak mungkin kita bisa nulis prolog (kecuali penulisnya nggak tau prolog itu apa).
Bagaimana kita bisa nulis kisah di luar cerita kalau cerita yang DI DALAM aja belum selesai? Nggak masuk akal, kan? Kalau sampe isi prolog/epilog ada hubungan sama ceritanya, ngapain ditaro situ? Masukin aja ke Bab Satu (atau bab mana pun). Buat apa ada prolog/epilog?

Ya begitu itu. Prolog/epilog-nya gak ada hubungan sama ceritanya. Isi Prolognya, bisa bukan kejadian yg menimpa tokoh, itu kejadian lain di luar tokoh

Pun epilognya.
Kalaupun keduanya tidak dibaca, tidak ada masalah. Gitu.

sumber wisnucuit
Agustus 01, 2020

Karakter Dan Plot

by , in
Karakter Dan Plot


TIDAK PERNAH ngurusin karakter sebelum 3 unsur intrinsik lain (POV, plot, dan setting) BERES.

Karakter adalah hasil rumusan 3 unsur intrinsik lain. Ini Prinsip Keterbalikan.

Apakah sesuatu yg berlaku di dunia nyata, berlaku juga di dunia fiksi? Bisa TIDAK.

Kalau mau cepet belajar nulis fiksi, langkah pertamanya BUKAN belajar nulis atau mulai nulis. TAPI, menebak isi kepala penulis2 sebelum kita.
Klo kita tau pola2 berpikir banyak penulis sblm kita, kita bisa tahu apa yg sbnrnya harus dipelajari.


proses yg buang2 waktu, yaitu: Proses Merumuskan Karakter.
gak ngurusin karakter karena KARAKTER adalah HASIL.

Balik ke Prinsip Keterbalikan Di Dunia nyata, manusia bikin pertimbangan, menghasilkan keputusan, dan muncullah jalan hidup (Plot). Jalan hidup manusia nyata adalah hasil dr pilihan yg dipengaruhi oleh kepribadian/karakter kita. Apakah Fiksi begini juga? Bisa tidak

NGGAK BOLEH bikin titik plot yg bertentangan dg karakter. Klo mau bikin tokoh melakukan sesuatu yg beda, KARAKTERISASINYA HARUS DISESUAIKAN LAGI.

balik lagi ke definisi cerita. Apa itu cerita? Gw menyimpulkan bahwa daftar fitur dan sifat tokoh BUKAN CERITA. Itu BIODATA. Biodata gak bisa gerak. Cerita adlh tentang gerak. Apa yg gerak dr 4 unsur intrinsik? Yup! PLOT!

Kalo kita punya plot, kita punya cerita! Sebelum ada plot, TIDAK ADA cerita. Bener? Bener lah. Nah, apa hubungannya sama karakter? Ini >>> Prinsip Keterbalikan. Dunia Nyata: Karakter menghasilkan Plot. Dunia Fiksi: Plot menghasilkan karakter. How???
Based on pengamatan juga, muncul pertanyaan juga yg makin memperkuat gw utk pake cara ini: Kalau kita dikasih ciri2 seseorang, apa yg membuat kita tahu si A pasti si A? Fiturnya? Benarkah? Mari kita tes.
Ada Perempuan. Suka pake kebaya. Pintar. Cantik. Suka membaca. Peduli pada pendidikan. Siapa? RA Kartini? Salah! Itu nenek gw—guru ngaji Next >>>
Bandingkan: Ada perempuan. Lahir di Jepara. Kirim2an surat sama temennya orang Belanda. Menikah sama Bupati Rembang. Mendirikan Sekolah Putri. Melahirkan satu orang anak laki-laki. Kemudian meninggal. Surat2nya dibuat jd buku. Siapa? Pasti RA. Kartini. How do u know? PLOT.
Ini hubungan antara PLOT & KARAKTER fiksi: 1. Satu jenis plot hanya bisa dijalani oleh satu jenis karakter. 2. Perubahan Plot menuntut perubahan karakter. Pun, sebaliknya 3. Makin rumit/unik Plot, makin rumit/unik karakter. 4. Makin berat konflik dlm plot, makin kuat karakter.

5. Makin detail plot-nya, makin lengkap fitur karakter yg dibutuhkan 6. PLOT yang sama terjadi di SETTING yg beda menghasilkan KARAKTER yg beda juga. 7. Satu Plot yg sama dg POV beda akan memunculkan persepsi KARAKTER yg beda. 8. Makin serupa plot-nya, makin serupa karakternya.

Mari tes lagi. Sebut satu nama Karakter dr cerita ud ada: 1. Si A anak baru. 2. Liat anak lama ganteng 3. Eh, sekelas! 4. Dicuekin anak lama yg jutek 5. Gak sengaja ketemuan 6. Menyelidiki siapa dia 7. Jadian. Sering nemu? Jadi, gak usah heran bnyk cerita karakternya sama.
Bandingkan: 1. Si A anak baru. 2. Liat Anak lama ganteng 3. Eh, sekelas! 4. Dicuekin anak lama yg jutek 5. Gak sengaja ketemu gara2 nyaris ketabrak mobil. Si Anak lama nahan pake tangan kosong. Ajaib! 6. Menyelidiki siapa dia 7. Jadian Siapa si A? Bella - Twilite.


Begitu ada titik plot "nahan mobil ngebut pake tangan kosong" kita bisa nambahin karakterisasi: Protagonis hrs sosok yg BERANI dan punya rasa ingin tahu besar utk menyelidiki siapakah cowok ganteng yg bisa nahan mobil ngebut pake tangan kosong yg ternyata vampir.


Batu, Lukisan, Pemandangan, Tangan, Alam

Makin banyak dan unik titik konflik dan kejadian dalam plot, secara otomatis akan membuat karakter semakin rumit/unik. Kenapa? Karena karakter butuh KAPASITAS tertentu untuk bisa menjalani plot tertentu. Makin remeh plot-nya, makin remeh karakter yg dibutuhin.

Karakter berkapasitas besar dlm plot remeh = LEBAY. Hampir gak mungkin bikin karakter lemah kalau plotnya kuat. Mau bikin karakter punya kekurangan? Sama aja. Buat dia kalah. Misal: Kalah lomba debat. Apa penyebabnya? Buat aja apa, kek. Misal: GAGAP. Karakterisasi, kan?

Q: "Kak, kok karakter saya biasa aja?" A: "Cek Plotnya. Klo plotnya biasa aja, jgn harap muncul karakter luar biasa." Coba aja tambah plotpoin: Tokoh magang di WWF Afrika utk konservasi badak bercula dua. Pasti tuh karakter brubah biar bisa jalanin plotnya. Gak mungkin nggak.

Afrika? SETTING punya peran buat pembentukan karakter. Karakter anak Padang punya CARA berdialog yg beda dg anak Papua. Tokoh ke Cikajang butuh karakterisasi yg beda dg Tokoh dibawa ke Sudan. Ke Sudan jd turis, butuh karakter beda dg tokoh ke sana jd relawan kesehatan.

Tokoh yg jatuh main layangan, beda sm tokoh jatuh dr pesawat antariksa. Buat kejadian2 unik di Plot—yg NGGAK PERNAH DIALAMI ORANG BIASA, kasih POV yg tepat >>> kita otomatis liat karakter yg unik. Klo sampe gak bisa liat karakterisasi berdasarkan AKSi, sbaikny jgn jadi penulis.

Contoh lagi: Tau protagonisnya Twilite? Bella. Tambahin 1 sifat aja: Bella suka melawak di depan teman2nya. Masih bisa jalan nggak tuh plot? Pasti macet karena plot seperti itu memang cuma buat karakter Bella. Beresin Plot, Setting, POV, kita akan dapat KARAKTER.

Cuma 3 hal dlm karakter yg gw siapin di awal: 1. Jenis Kelamin. 2. Usia 3. Pekerjaan/posisi dalam cerita. Fitur lain muncul sbg akibat yaitu fitur2 yg gw perlu dia punya utk bisa menjalankan tugas dr gw di plot. Kek HRD nyari kandidat n bikin training, lah.

Contoh lg deh. Bella pindah ke daerah pegunungan gak ada angkutan umum. Artinya? Artinya bapaknya perlu beliin dia mobil. Artinya? Artinya Bella butuh bisa bawa mobil. Tiap kali ada kejadian, fitur nambah. Karakter makin kompleks. Fisik yg cuma hiasan n seru2an, terakhir.

Gw TIDAK menciptakan karakter bulat (ROUND character). Gw selalu bikin karakter datar (FLAT character) lalu plot gw jalanin. Cemplungin ke setting By process, karakter jd utuh & bulat. Sblm ada Plot/Setting, gw tidak akan bikin karakter yg utuh krn gw blm tau apa yg dia butuh.

Cara ini memungkinkan KARAKTERISASI berubah dlm proses cerita. Alias? DINAMIS. Awalnya bersifat A akhirnya A++. Makin penting peran dlm cerita makin round+dinamis karakterisasinya. Ttg karakter FLAT/ROUND/DINAMIS/STATIS, sila googling, yaaa
Buku, Membaca, Gadis, Orang Orang
Btw, merasa 'kan klo cara ini sama kayak kita menilai temen atau orang baru? Dari mana kita tau sifat/karakterisasi seorng temen baru? Dari tingkah laku dan cerita ttg jalan hidupnya, kan? Cara ini SUDAH kita pake tiap hari.


Makin banyak kita mengetahui perbuatan, tingkah laku, dan pengalaman hidup seseorang, makin jelas karakter seseorang itu di mata kita. Bener, kan?
Jalan hidup luar biasa hanya akan dijalani oleh orang2 yg luar biasa. Setuju?

Bacalah BIOGRAFI. Perhatikan bahwa selalu ada keanehan dlm jalan hidup orang2 besar yg bikin mereka beda dr orang biasa. Sumbernya, ya, dr karakter mereka.

Buat apa karakterisasi luar biasa kalau tokoh kita cuma akan datang ke sekolah utk naksir cowok di sana? Semua orang asal ud akil balig akan melakukan itu
Wajah bermasker kesehatan
Buat tokoh elu bikin demo utk membuka korupsi yg dilakukan kepala sekolah brg cowok yg dia taksir. Pasti dia keren.

taken from wisnucuit



April 13, 2020

Dekonstruksi Plot The Ocean at The End of The Lane

by , in
Dekonstruksi Plot The Ocean at The End of The Lane


Neil Gaiman adalah salah satu penulis favoritku. Aku sudah pernah membaca novel ini beberapa tahun lalu. Sekarang jadi baca lagi gara-gara anak lelakiku membacanya. Dan jadilah coret-coretan dekonstruksi plot ini untuk membedah struktur novelnya. 
prolog
Si tokoh (dewasa) berkendara ke lokasi rumah dan lingkungannya yang dulu sempat di tinggali semasa kanak-kanak selama tujuh tahun dari usia lima sampai dua belas tahun. Dari sinilah cerita bertutur, flash back ke masa dulu.
opening
Ulang tahun si tokoh yang ketujuh tahun. Tidak ada yang datang ke ultahnya.
Dia dapat hadiah kucing, tapi kucingnya mati ditabrak penambang opal si penyewa kamar tokoh.
Tokoh harus merelakan kamarnya untuk ditempati para penyewa sebab kondisi perekonomian orang tuanya menurun. Beberapa penyewa datang silih berganti. Sampai kemudian datang penambang opal yang menyewa. Dia sempat menabrak anak kucing kesayangan si tokoh
impetus
Si tokoh sarapan dan menanyakan komik pada ayahnya. Komik ada di jok belakang mobil. Tapi ternyata mobil tidak ada di depan rumah. Polisi menelpon mereka dan mengabarkan bahwa mobil mereka ada di ujung jalan setapak.
Mereka pun pergi ke ujung jalan setapak itu. Ternyata si penambang opal ditemukan mati dalam mobil tersebut.
Chapter 4
Selagi polisi dan si ayah memeriksa TKP, tokoh dititipkan ke rumah pertanian milik hampstock. Si tokoh pergi bersama lattice untuk mencari asal mula kejadian-kejadian aneh di lingkungan mereka.
Chapter 5
Si tokoh dan lattice menjelajahi ladang sampai tempat yang tidak seperti alam real. Supra natural gitu deh. Semacam alam lain. Dengan berbagai petunjuk yang Lattice dapat setelah mengacungkan semacam ranting berbentuk Y ke satu benda ke benda lain sampai ke tempat yang mempertemukan mereka dengan monster kanvas. Wewe gombel kali ya kalau di Indonesia
Chapter 6
Lattice sedari awal bilang ke tokoh untuk tidak melepaskan tangannya. tapi saat monster kanvas itu menyerang mereka, si tokoh terlepas tangannya dari lattice dan justru menangkap master kanvas yang menyerangnya.
dramatic question
Saat si monster kain kanvas menyerangnya, si tokoh merasa seperti menginjak sesuatu dan terasa sakit di kakinya.
Chapter 8
Si tokoh pulang ke rumah dan merasa kakinya sakit
Chapter 9
Si tokoh membuang cacing dari dalam lubang kakinya ke dalam lubang pembuangan bak mandinya.  Tapi ada yang tertinggal dalam kakinya.
midpoint
Besoknya datang pengasuh baru karena si ibu harus kerja. Ursula monk ini mencurigakan sekali. Dan si tokoh sadar bahwa ursula adalah jelmaan dari sesuatu yang keluar dari kakinya waktu itu.
Chapter 11
 Si tokoh membencinya dn ursula memperlihatkan bahwa memang dia monster yang datang untuk menguasai orang-orang
Chapter 12
Si tokoh tidak mau memakan masakan ursula monk. Si ayah memarahi si tokoh dan bahkan menenggelamkan kepala si tokoh ke bak mandi.
Chapter 13
Si tokoh pergi melarikan diri ke rumah hampstock saat dikurung di kamarnya. Keluarga hampstock mengobati luka dan memberinya perlindungan. Mereka mengeluarkan bagian cacing yang tertinggal dalam kaki si tokoh dan memasukannya dalam toples.
Si nenek bahkan menggunting kejadian saat sang ayah menenggelamkan kepala si tokoh. Sehingga ketika oramg tua si tokoh datang menjemput, mereka lupa kejadian itu dan mempersilakan sitokoh menginap di rumah lattice.\cf0\par
low point
Paginya lattice membawa pulang si tokoh balik ke rumah sembari meminta ursula monk balik ke tempat asalnya. Lattice menaruh benda-benda untuk mengundang pemangsa dan pembersih datang agar menghabisi ursula monk.
Chapter 15
Ursula sempat menolak tawaran lattice untuk balik ke asalnya lewt lubang cacing yang ditaruh dalam toples (sisa cacing yang tertinggal di kaki tokoh).
Tapi ditakut-takuti bahwa pemangsa dan pembersih akan datang, ursula hendak balik tapi dia melihat jalan pulang tidak sempurna. Masih ada bagian kecil tertinggal dalam diri si tokoh, karena itu ursula hendak mengambil jantungnya
Chapter 16
Pemangsa dan pembersih menghabisi ursula. Tapi mereka tidak mau pergi setelahnya karena menginginkan si tokoh juga.
Chapter 17
Tokoh disuruh lettice untuk tetap berada dalam lapangan rumput yang menyerupai cincin peri selagi lattice pergi ke rumahnya untuk mengambil sesuatu dan minta pertolongan nenek.
Chapter 18
 Ada banyak gangguan datang, bahkan bayangan pemangsa menayamar jadi adik dan ayah si tokoh, juga lattice, tapi si tokoh bergeming. Dia tidak beranjak keluar dari cincin peri. Sampai akhirnya lattice datang membawa air dari kolam yang dibilangnya sebagai samudra. Si tokoh diminta masuk ke dalam ember itu. 
Chapter 19
Lattice dan si tokoh pergi ke rumah hampstock untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut.
Si nenek minta para pemangsa pergi, tapi mereka terus bertahan untuk bisa mengambil si tokoh. Karena nenek tidak memberikannya, para pemangsa marah dan memakan apa saja. Semuanya.
climax
tokoh terdorong untuk meyerahkan diri pada para pemangsa dan pembersih daripada harus mengorbankan orang-orang lainnya. tokoh berlari melintasi ladang dan melewati batas. para pemangsa menerjangnya. tapi lettice melindunginya. sehingga para pemangsa melukai lettice.
Lattice ditaruh di kolam yang samudra itu, terambang di sana. Sampai kemudian ombak datang dan mengambilnya.
new world
Akhirnya para pemangsa pergi.
Si ibu lattice mengantar si tokoh balik ke rumah. Dan bilang ke orangtuanya kalau dia baru sajadari perpisahan lattice yang akan ke australia.
Lima tahun setelah kejadian itu, si tokoh pindah dari lingkungan tersebut.
closing
 Si tokoh dewasa bercakap-cakap dengan nenek hampstock. Kenapa dia sampai di situ saat ini, mungkin karena latice ingin melihatnya. Meski lattice tak tampak di situ. \par
Si tokoh berterima kasih karena lattice menyelamatkan jiwanya. 
Dia lalu berpamitan. 

April 04, 2020

Tips Menulis Novel: PLOT

by , in
Tips Menulis Novel: PLOT

POLA 6 LANDMARK itu cuma berlaku utk cerita yg alur waktunya satu, satu protagonis, dan satu cerita linear. Kayak film-film hollywood.

Menulis itu BISA sederhana (scr pola) tapi NGGAK sesederhana itu pas dilakukan.

Kita nggak bisa nulis cuma berpegang sama satu konsep, kita butuh banyaaaaak model pemikiran ttg penulisan

4 ACT STRUCTURE yg digagas oleh ADAM SKELTER dalam buku ANATOMY OF CHAOS.


Hampir semuaaaaaa pola2 fiksi yg ada (baik di fiksi tertulis atau film) punya satu ibu kandung yg sama
Punggung tangan dengan jari telunjuk mengarah ke kanan
3 ACT STRUCTURE yg digagas oleh ARISTOTELES ribuan tahun lalu. Termasuk gagasan Adam Skelter ini. Atau THE HERO'S JOURNEY-nya JOSEPH CAMPBELL. Dsb.
Gambar

dah liat 3 ACT STRUCTURE kek apa? Udah liat semacam grafik 3 ACT STRUCTURE yg bentuknya kek gunung yang puncaknya condong di sisi kanan?

Bnyk yg mikir klo eksposisi-rising action-falling action Aristoteles adlh urutan kejadian dlm kehidupan tokoh Gw rasa, maksud dr Aristoteles BUKAN ITU. Grafik itu bukan ttg urutan WAKTU scr linear, melainkan WAKTU NARATIF dan grafik itu adalah alur INTENSITAS EMOSIONAL TOKOH.

Apa itu Waktu Naratif? Waktu Naratif adlh urutan waktu yg muncul dlm naskah pas DIBACA. Jadi, WAKTU dlm grafiknya Aristoteles lebih ttg WAKTU UNTUK PEMBACA, bukan TOKOH cerita. Wlo, bisa aja Waktu Pembacaan n Waktu Tokoh sejalan (misal: dlm cerita2 yg alur waktunya cuma maju)

Apa hubungan Four Act-nya Adam Skelter dengan Three Act-nya Aristoteles? Gini
Punggung tangan dengan jari telunjuk mengarah ke kanan
Begitu kita dapet 6 Landmark cerita. Perhatiin baik2. Jadiin ADEGAN. Seperti apa momen itu berlangsung. Lalu .... perhatikan INTENSITAS EMOSIONAL yg ada dalam tiap adegan/kejadian itu.

Ada adegan/kejadian yg intensitasnya emosinya tinggi n rendah, kan? Kalo semuanya sama, yaaaa dibuat naik-turun. Itu tugas kita sbg penulis. Di proses ini, kamu bisa tukar2 posisi. Yg sebelumnya Klimaks dijadiin Impetus. Yg sblmnya Impetus jadi Klimaks, dsb. Kok bisa?

a, bisa. Krn CERITA adlh TENTANG INTENSITAS kek grafiknya Aristoteles. Jd, adegan APAPUN yg INTENSITAS-nya TINGGI berpotensi jd CLIMAX Ini yg bisa bikin: Tokoh mati di awal cerita, n klimaks cerita terjadi pas tokoh masih kecil. Seakan2 waktu berbalik. Catet: cuma seakan2.

kenapa waktu mundur itu cuma seakan2? Karena eh karena, hukum linieritas waktu berlaku absolut scr subjektif. BAHKAN, terhadap tokoh fiksi.
Mo kek gimana waktu dibolak-balik dalam fiksi, si Tokoh PASTI ngalamin waktunya lurus, maju, dan ke masa depan DIA.

ernah nonton Back To The Future? Apakah waktu mundur buat si tokoh? Tidak. Tokoh kembali ke masa lalu, tapi waktu PRIBADI dia ttp maju. Benjamin Button? Waktu tetep maju, fisiknya dia yg mundur jd muda seiring waktu yg maju.
Lagi2 klo kamu detail memperhatikan, ada 2 PLOT YANG TERJADI DI SEMUA CERITA. 1. PLOT KRONOLOGIS: Plot yg dialami oleh PROTAGONIS yang berurutan waktu secara linear; dan 2. PLOT NARATIF: Plot yg dialami oleh PEMBACA lewat naskah yang urutannya bisa ACAK (klo penulisnya mau).

Jadi, klo plot dalam naskah ada 2 (dua). BUKAN berarti dr awal perlu dibuat acak2an or ganti2an.
Wajah netral
Awal semua plot selalu KRONOLOGIS. Baru dijadiin PLOT NARATIF dg mempertimbangkan INTENSITAS EMOSI dalam kejadian/adegan yg ditulis.

Plotnya 10? Protagonisnya 20? Ada 30 alur waktu? Hukumnya selalu sama. Semua berawal dr plot kronologis yg berlaku secara masing2, untuk kemudian disatukan dalam Plot Naratif yng urutannya terkait intensitas emosional.
Patuhi grafik Aristoteles dr sisi emosional. Linieritas WAKTU boleh banget dilanggar. Akibatnya memang: 6 Landmark yg disusun jadi seperti NGGAK NYAMBUNG. Daaaaaaan Inilah gunanya SUBPLOT dan TRANSISI: membuat ketidaknyambungan itu jadi secara ILUSIF terasa nyambung.

Kalo urutan waktunya ACAK bagaimana pembaca bisa paham? Inilah dosa banyak penulis: "Meremehkan Kecerdasan Pembaca utk Memahami Cerita" apalagi kalo menganggap dirinya lebih cerdas dari pembaca. Segeralah bertobat.

Asal CLUE dan CUE-nya jelas, Pembaca akan selalu bisa memahami jalan cerita secara KRONOLOGIS, mau tuh cerita urutan waktunya diacak2 kek mana. SEMUA yg CHAOS akan dijadikan ORDER di dalam kepala pembaca.

Ttg gmn manusia mempersepsi kejadian chaos ini, sila googling: GESTALT PSYCHOLOGY yg digagas oleh Max Wertheimer, Kurt Koffka, n Wolfgang Kohler. Ini salah satu teori penting buat penulis yg mau CERITANYA MENGALIR.
Wajah dengan air mata bahagia
Percaya: mengalir2an ini cuma ilusi yg dibangun penulis.

Gw setuju ama Adam Skelter mengenai hubungan Chaos-Order dalam cerita. Tugas penulis adalah "Giving an anatomy to the chaotic incident(s) so it becomes order". Kurleb gitu lah.

Kok, cerita gue simpel banget? Gini doang? Weits! Jangan macem2 sama kesederhanaan. Old Man and The Sea-nya Ernest Hemingway sederhana juga plot-nya. TAPI, doi menang NOBEL, tuh! Sebaiknya, ide cerita bagus = tidak bisa ditebak = ide cerita rumit. Dihapuslah saja

Yoi! Bener! Cerita memang ttg si Protagonis. Tapiiiiii, tokoh dalam cerita bukan cuma doi. Ada tokoh2 lain yang kita sadar atau nggak sadar juga punya alurnya masing2.

protagonis adalah POV utama cerita yang gunanya sebagai saringan kejadian/adegan yg layak masuk ke dalam cerita.
Adegan/Kejadian yg nggak berhubungan sama Protagonis mending disimpen aja.

permasalahan Plot Kronologis Vs Plot Naratif inilah yang SERING dilewatin sama Penulis. Mereka ujug2 nulis cerita yang lompat ke sana kemari, tanpa paham KRONOLOGIS kejadian sbnrnya yg dialami si protagonis. Alias: keburu mengada-ada sblm bener2 paham ceritanya apa.

Jadi ... sebelum mulai bikin cerita yang alur waktunya acakan2 atau lebih dr satu protagonis. BUAT dulu PLOT KRONOLOGIS utk masing2 tokoh. Buat 6 Landmark utk tokoh2 kunci. Lalu, PILIH. Landmarks yg produktif utk ceritanya si Protagonis. Masukin hanya yg berguna.
Jadi, kita perlu bikin bbrp PLOT KRONOLOGIS seiring dg jumlah protagonis n tokoh kunci dalam cerita. PLOT NARATIF adalah tempat kita menyatukan semua plot kronologis itu jd satu ke dalam urutan tertentu yang kelak kita tulis jadi novel. Jangan lupa, perhatikan intensitasnya.

Ini sebabnya gw TIDAK PERCAYA klo ada PLOT Non-linier. PLOT PASTI LINIER (krn pembaca pasti bc scr linier dr hlmn ke hlmn). Yg bisa TIDAK LINIER adlh SETTING WAKTU. Gmn jg Plot Kronologisnya, hasil yg muncul di naskah PASTI Plot Naratif yg secara intensitas emosi ttp urutan.

Bisakah intensitas emosi adegan/kejadian dlm fiksi ini dibuat tidak urutan? Bisa dan BOLEH. Hasilnya kemungkinan besar Anti Klimaks dan kalau memang itu tujuan menulisnya, ya, terserah aja. Antiklimaks nggak berarti jelek, kok.


sederhananya: Kita sebagai penulis HARUS melihat dulu pola paling sederhana dari sebuah cerita, SEBELUM membuatnya jadi rumit.
Jangan merumit2kan cerita sebelumnya waktunya. Buat cerita jadi rumit kalo cerita memang butuh kerumitan alias perlu pake banyak argumen.

Argumen dalam cerita fiksi bakal banyak muncul lewat SUBPLOT

Dua pemahaman mendasar ttg PLOT CERITA yg kelak kita jadiin outline adalah cara kerja PLOT KRONOLOGIS dan PLOT NARATIF yang merupakan hubungan antara kejadian, emosi, dan waktu.


Tertawa berguling di lantai



Aturan dibuat untuk dilanggar
taken from wisnucuit


Post Top Ad