improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label plot twist. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label plot twist. Tampilkan semua postingan
September 18, 2022

Kiat Membuat Plot Twist

by , in
Kiat Membuat Plot Twist
Tali, Lama, Pola, Simpul, Tekstur, Baris

cara membaca fiksi, Pasrah. Menebak ending tidak termasuk.
Ada yg caranya sama, ada yg beda, dan ndak masalah. Karena kita mencari hal2 yg beda dr aktivitas membaca. Dan semuanya benar


Kadang, membaca fiksi perlu pasrah. Sama kek dunia nyata, ndak semua hal dalam dunia fiksi harus, perlu, dan bisa dimengerti. Kita boleh dan bisa ndak ngerti. Yang perlu cuma dilewati, dibaca.
Sering, baru belakangan kita bisa ngerti apa maksudnya. Atau, tidak.

"Menebak Ending cerita" memang bawaan mungkin semua orang. Bukan cuma fiksi, tapi semua kejadian apa pun yg mengandung cerita. Misal: ada temen yg malem ujian main PS semaleman. Sometimes, we can't help but guess "Ini anak bakal gak lulus". Ketika dia lulus: Plot twist

Ini sebabnya saya menduga(-duga saja) bahwa cara kita membaca fiksi (bisa) mencerminkan bagaimana cara kita memandang orang lain juga. Dan ini hal wajar. Karena, sbg manusia, kita selalu berusaha utk memahami dunia di sekitar kita.

Kita adalah makhluk yg antisipatif. Berdasarkan sedikit clue n cue kita mencoba menebak seperti apa kejadian berikutnya. Ini bagian dr insting survival kita. Sbnrnya PLOT TWIST itu TIDAK ADA. Yg ada adalah Kita melewatkan tanda2 yg halus atau subtil atau tidak terlalu tampak.
Contoh dr kasus temen yg main PS semaleman dan ternyata lulus (dg nilai tertinggi pulak!). Kesel nggak, sih? Kok dia santai bisa begitu. Plot-twist-nya akan hilang KALAU berikutnya kita tahu trnyt dia punya catatan kecil yg selalu dia bwa di kantong dan dia baca tiap 30 menit.

Mengapa? Ini tergantung pada clue n cue yg bisa kita tangkap dg panca indra kita. Kalau kita cuma (bisa) melihat saat2 temen "pemalas" kita itu main PS, ya, kita akan cenderung menganggap titik plot berikutnya: "dia tidak lulus". Kalau kita tahu kebiasaan dia ya jd wajar.
Tali, Simpul, Terikat, Twisted, Perahu
Membaca Fiksi juga seperti itu. Penulis sbnrnya (dan seharusnya) TIDAK DADAKAN menaruh plot-twist. Butuh keahlian untuk menaruh tanda2 halus, subtil, dan seakan tidak tampak tapi ada di dalam naskah, sebelum plot-twist dijatuhkan. Bacaan lanjut sila search RED HERRING.
Ketika kita menduga2 hasil berdasarkan sedikit petunjuk, sbnrnya apa yg terjadi? Di saat yg sama, pikiran kita akan fokus hnya pd dugaan & pikiran akan menyeleksi clue n cue yg MEMBENARKAN dugaan & menafikan petunjuk yg tidak sejalan. Inilah penyebab PLOT TWIST yg utama.
Jadi, sebenarnya PLOT TWIST tidak sepenuhnya terjadi di naskah, melainkan terjadi DI DALAM KEPALA PEMBACA. Penulis cuma bisa sampai pada usaha utk membuat clue n cue yg halus, subtil, & tidak terlalu tampak. Apakah akan berhasil jd Plot Twist? Ini tergantung pd pembaca.

Buat pembaca2 yg 'pasrah', plot-twist sulit utk bekerja. Mengapa? Krn tanpa dugaan, pikiran mereka jadi tidak diskriminatif trhdp informasi. Informasi2 yg halus pun bisa tertangkap. Memuaskan pembaca model ini jd sulit. Krn, mereka butuh keseluruhan badan cerita yg solid.

Jadi, walau PLOT-TWIST bisa signifikan meningkatkan kepuasan saat membaca, alangkah baiknya jika Kita tidak terlalu fokus utk mengukur kualitas buku HANYA berdasarkan plot-twist. Melainkan, menikmati cerita sbg keseluruhan pengalaman pembacaannya.

Kalau kita bisa menikmati bacaan tanpa berharap plot-twist. InsyaaAllah, akan tampak bahwa sebenarnya banyak buku yg di-crafting secara luar biasa dr ujung ke ujung. Dan, cerita2 yg dg sengaja diplot-twit-plot-twist-kan trnyta biasa saja. Anggaplah Plot-twist bonus.

Tambahan: Gm pun Plot Twist harus MASUK AKAL. 1. Orang males, lulus ujian: Ini BUKAN plot-twist, ini namanya memgada2.
Tanda silang
2. Orang Pinter, IQ 150, demen main PS, cuma bikin cateten kecil, yg ditunjukkan scr jelss ke pembaca cuma main PS-nya. Lulus: INI plot-twist.

Plot-twist adalah menunjukkan sebagian petunjuk dg cara sangat nyata (sehingga pembaca keliru menebak), dan menyembunyikan petunjuk yg sebenarnya dg membuatnya tidak kentara (tapi tetap ada). Jgn sampai niatan bikin plottwist malah jd adegan gak logis.
Btw, jangan berharap plot-twist bermanfaat klo ketemu pbaca2 kek sy yg nggak menebak2 ending (n nyari spoiler).
Wajah tersenyum dengan mulut terbuka dan keringat dingin





Sengaja nge-plot-twist akan totally useless di hadapan pembaca yg tidak menebak2
Tangan melipat
Saran: Nggak usah kelewat pngen plot-twist. Cukup bikin cerita yg sreg aja.

Yg hrsnga bingung sama keputusan tokoh adlh pbaca, bukan penulis. Penulis TIDAK dlm posisi memilih keputusan sprti tokoh. Penulis SUDAH menentukan keputusan tokoh, lalu bikin sekian pilihan semu, biar pbaca merasa seru aja—tokohnya punya bnyk pilihan. Pdhl mah nggak.

Buat penulis, tokoh cuma punya satu pilihan, satu tindakan, satu nasib, dan satu hasil. Semua percabangan yg muncul di naskah semuanya ILUSIF utk bikin pbaca excited n bersemangat baca. Jadiiii. TIDAK BOLEH ada plot-twist di kepala penulis. Semua harus jelas n terencana.

sumber wisnucuit
Agustus 01, 2020

Prolog dan Epilog

by , in


Prolog dan Epilog

Prolog dan Epilog. Perlu nggak, sih?

Jawaban singkatnya: TIDAK
Sering banget, kan, nemu cerita pake prolog dan epilog? Di Indonesia, banyak banget fiksi yg pake prolog dan epilog.
Pertanyaan pertama: Kenapa nggak langsung Bab Satu?
sebagian (besar?) penulis baru mulai nulis dari prolognya. True? Saya sering nemu naskah2 baru di online yang pas sy buka isinya cuma prolog. Pertanyaan saya: Bagaimana bisa beliau nulis prolog kalau naskah utamanya belum ada?
Memang bnyk fiksi yg pake prolog/epilog, tapi kalau kita bikin prolog/epilog CUMA dengan alasan: Penulis lain melakukannya, kita sudah bikin KESALAHAN BESAR. Apalagi klo alasannya biar keren. Lebih salah lagi. Karena, asas dasarnya adalah Novel TIDAK PERLU pakai prolog/epilog.
prolognya selesai ditulis paling akhir. Awalnya, novel ini tidak pake prolog. Kita baru bisa tahu apakah butuh prolog/epilog KALAU naskah novelnya SUDAH SELESAI. Atau, kita sudah memiliki outline yg sangat ketat dan nggak akan berubah.

Jadi, sebenarnya nggak masuk akal ada naskah belum selesai (bahkan belum mulai!) tapi udah ada prolognya. Why? Karena eh karena (sebenarnya) PROLOG TIDAK BERHUBUNGAN sama cerita. Catat: Prolog dan Epilog BUKAN BAGIAN dr cerita dlm novel.



Prolog dan epilog HARUSNYA mirip kek kata pengantar/sambutan. Kalopun gak dibaca, nggak kenapa2. Alias: sebenarnya, klo pun DIHAPUS nggak ada (dan gak boleh ada) masalah.

Jadi, apa itu Prolog/Epilog? Prolog/epilog adalah (sesederhana) informasi tambahan DI LUAR cerita inti yang penulis pengen diketahui sama pembaca. Makanya, kalo cerita blm selesai, sbnrnya gak mungkin kita bisa nulis prolog (kecuali penulisnya nggak tau prolog itu apa).
Bagaimana kita bisa nulis kisah di luar cerita kalau cerita yang DI DALAM aja belum selesai? Nggak masuk akal, kan? Kalau sampe isi prolog/epilog ada hubungan sama ceritanya, ngapain ditaro situ? Masukin aja ke Bab Satu (atau bab mana pun). Buat apa ada prolog/epilog?

Ya begitu itu. Prolog/epilog-nya gak ada hubungan sama ceritanya. Isi Prolognya, bisa bukan kejadian yg menimpa tokoh, itu kejadian lain di luar tokoh

Pun epilognya.
Kalaupun keduanya tidak dibaca, tidak ada masalah. Gitu.

sumber wisnucuit

Post Top Ad