improving writerpreneurship

Post Top Ad

Maret 14, 2016

Menulis, Penjelajahan Dan Petualangan

by , in

Menulis, Penjelajahan Dan Petualangan

Apa saran untuk penulis pemula? Begitu salah satu pertanyaan dari wartawan kemarin.

Antara lain sarannya adalah jangan ragu untuk mengungkapkan ide dan berekspresi, beranikan diri untuk mengeksplor, mencoba banyak hal.

Dulu awal-awal saya juga mencobai semua genre. Saya mencoba menulis kisah inspiratif, cerpen, puisi, horor, komedi, anak, remaja, young adult, dewasa, sastra, pop, dll.

Bertahun-tahun kemudian barulah orang mengenal Dian Nafi sebagai penulis dan novelis yang punya kekhasan relijiusitas dan spiritualitas. Banyak menulis tentang kemuslimahan, keagamaan, kepesantrenan dan pengembangan diri.

So, explore a lot.  Sampai kemudian kita akan menemukan apa yang paling pas dan nyaman buat kita.

Until we find our unique voice.

Dan jika sudah temukan kekhasan dan rel kita, teruslah berjalan di atas rel itu sampai kita mencapai breakthrough, our masterpiece. Semoga.

Maret 13, 2016

Sharing Tips Di Jawa Pos Radar Semarang

by , in

Sharing Tips Di Jawa Pos Radar Semarang

Beberapa hari lalu wartawan dari Jawa Pos Radar Semarang menghubungi  dan mewawancarai saya terkait dengan kepenulisan.

Sedikit sharing tips kepenulisan tersebut bisa dibaca di koran Jawa Pos Radar Semarang hari Minggu ini 13 Maret 2016


Eh tapi ditulisnya Dian Nafi penulis dari Semarang, padahal kan dari Demak tuh. Walhasil ada teman yang protes, ahaha. Maaf ya, itu yang nulis nggak pakai nanya asalnya, jadi dia kira aku dari Semarang. 

Maret 13, 2016

Sharing Kepenulisan Dalam Rangka Hari Jadi Kota Tercinta

by , in

Sharing Kepenulisan Dalam Rangka Hari Jadi Kota Tercinta

Alhamdulillah, insyaAllah selasa tanggal 22 Maret 2016 jam 09.00 WIB-selesai, saya akan sharing kepenulisan dalam rangka Hari Jadi Kota Demak. Bertempat di panggung Demak Book Fair, di alun-alun Demak depan masjid Agung Demak.

Bismillah. Wish me luck ya.
Matur suwun

Maret 13, 2016

Resensi Bidadari Surga Pun Cemburu Di Majalah

by , in

Resensi Bidadari Surga Pun Cemburu Di Majalah

Seneng banget rasanya saat ada follower yang memention dan memberitahukan ada resensi buku terbaru saya, Bidadari Surga Pun Cemburu di sebuah majalah.

Dia menemukan upload foto majalah itu di fesbuk. Tulisan captionnya, si peresensi terima kasih pada temannya yang sudah menemukan dan memfotokan majalah itu untuknya.

Subhanallah, lihat, ada berapa banyak tangan penolong di sana. Alhamdulillah.

Semoga Allah membalas kebaikan teman-teman semuanya :)

Maret 13, 2016

Grag greg

by , in

Grag greg

Entah bagaimana ada pekerjaan-pekerjaan yang entah karena berkaitan dengan orang tertentu atau pihak-pihak tertentu kadang-kadang mengalami ganjalan dan batu kerikil dalam pengerjaan dan penyelesaiannya.

Bahkan pernah dalam pengerjaan proses produksi dan cetak buku oleh seorang penulis indie itu mengalami beberapa kali gagal. Ada-ada saja. Sudah dilayout, eh tahu-tahu hilang. Sudah diulangi, kemudian tinggal nge print dan cetak, tahu-tahu mati listrik. Terus apalagi ya, pokoknya waktu ngerjain punya si itu tuh, ada saja halangannya. Kerasa banget kalau memang ngganjel dan susah gitu.

Nggak tahunya, barusan ngalami lagi. Pas bela-belain kemarin datang ke event demi mensupport teman padahal anak sendiri lagi sakit, kupikir sudah cukup menjadi tindakan heroik. Ternyata masih kurang saudara-saudara, masih butuh postingan di blog. Oke deh. Jadi meski gliyengan karena sakit, daku memaksa diri nulis postingan itu. Eh pas sudah dapat beberapa paragraf, hilang. Lemes deh. Tapi nggak enak nih kalau nggak nulis, akhirnya maksain diri nulis lagi. Eh pas upload, tidak berhasil. Tiga kali coba dengan rentang waktu yang diberi jarak, barulah berhasil. Pas mau kirim laporannya via gmail dan mention twitter, eh data kuota habis. Alamaaaak.

Akhirnya setelah susah payah, postingan itupun berhasil terkirim dan tercuit. Alhamdulillah. Smoga niat baik ini mendapatkan balasannya. Aamiin

Maret 12, 2016

Menanam Hari Ini, Menuai Esok Hari

by , in

Menanam Hari Ini, Menuai Esok Hari

Tuhan maha tahu, betapa dalam susah payah dan kesakitanku tadi sudah berupaya menulis beberapa paragraf untuk postingan blog ini. Tapi selagi belum selesai, tiba-tiba saat aku sedang menerima kedatangan bulikku, anakku tahu-tahu sudah mengambil ponsel dari tanganku untuk dia pakai main games. Pas bulikku pulang dan aku nyadar lalu minta balik ponselku, semua paragraf yang sudah kutulis hilang sudah. Hadeuh.

Tuhan maha tahu, betapa dalam kerisauan dan kegundahan sebab anak perempuanku sakit waktu itu, aku tetap berusaha menepati janji datang ke acara bincang reksa dana manulife yang diselenggarakan komunitas blogger.  Mengebut berkendara menempuh jarak jauh dan bergegas pulang agar tetap dapat menunaikan dua-duanya, tugas sebagai teman yang mendukung dan tugas sebagai orang tua.

Tuhan maha tahu atas apa saja yang kita kerjakan. Apa yang kita niatkan. Pun Tuhan maha tahu keterbatasan-keterbatasan kita. So selayaknya kita percaya pada apa yang Dia janjikan. Bahwa jika kita menanam, insya Allah kita akan menuai.

Kadang kala bukan kita sendiri yang akan langsung menuainya karena waktu tidak memungkinkan. Tetapi anak-anak atau cucu-cucu kita.

Itu juga yang bisa kami rasakan dan kami tangkap saat pakdhenya anak-anakku menanam puluhan pohon jati. Beliau dengan tangan dinginnya melakukan itu semua dengan sukarela padahal tahu bahwa belum tentu beliau sempat menikmati hasilnya. Kita tahu butuh waktu puluhan tahun bagi pohon jati untuk tumbuh besar dan bisa ditebang serta dinikmati hasilnya. Beliau melakukan itu untuk keponakan-keponakannya.

Orang-orang tua yang rajin bersilaturahim sesungguhnya juga menanam persahabatan dan persaudaraan yang hasilnya tidak saja berakibat pada diri mereka sendiri, tetapi juga pada anak-anak dan cucu-cucu mereka. Betapa sering kita mendapatkan penerimaan yang baik dari orang lain tersebab mereka paham dengan keramahan dan keluasan persaudaraan orang-orang tua kita.

Dalam hal-hal yang intangible, tak kasat mata saja sedemikian jelas panen akan didapat atas apa yang ditanam, apalah lagi yang berbentuk tangible dan fisik.

Kesadaran dan keinsyafan inilah yang mendorong kita gigih mencari cara-cara untuk bertanam. Kalau bisa mengembangkan sendiri melalui kewirausahaan misalnya tentulah hebat. Tapi jika karena keterbatasan-keterbatasan menyebabkan kita hanya bisa menanamkan sedikit yang kita miliki ke unit usaha teman atau saudara atau kenalan yang terpercaya. Atau untuk lebih mudahnya ditanamkan di lembaga yang teruji, yang tentu saja harus tetap terjaga kesyar'iannya. Karena Syirkah alias bagi hasil sudah ada aturan mainnya dalam fiqh muamalah kita. Kehati-hatian kita memilih tempat dan cara menanam, akan membawa keberkahan tersendiri pada panen yang dihasilkan nantinya.

Maret 11, 2016

Behind the scene penjurian naskah

by , in

Behind the scene penjurian naskah

Kalau biasanya nulis behind the scene dari buku-buku yang sedang kutulis, kayaknya seru juga kalau nulis behind the scene penjurian naskah nih.

Berhubung wifi rumah lagi macet, karena gabungan ama sepupu, dan dia ada trouble dengan listrik warungnya karena belum nambah pulsanya lagi, so aku beli kartu 3. Terpaksa. Ya iyalah, hidup tanpa internet itu cotho. Ce o the o.

Hatapi sayangnya saat kita butuh nge download, 3 nggak bisa kenceng. Dus, aki terpaksa pergi keluar, ke area dekat sungai yang berseberangan dengan kantor dprd. Ada wifi gratis, tanpa password. So aku duduk tenang di salah satu bangku di sana, mendownload satu per satu naskah lomba tersebut.

Agak malu hati ya sebenarnya.

Ini anak ngapain nongkrong di situ, mungkin begitu pikiran orang-orang yang lihat.

Halagh, tapi peduli amat. Amat aja nggak peduli. Eh maksudnya, kan aku penulis, penulis kan kadang-kadang butuh mood, muse, suasana lain untuk membangkitkan inspirasi. Anggap saja begitu. Duduk dekat sungai itu juga bagian dari pekerjaan penulis. Ahaha.
Begitulah akhirnya meski masuk angin dan keringat mengucur deras karena badan lagi nggak sehat, aku berhasil mendownload semuanya. Sekarang tinggal marathon baca nih. Cemungudh

Post Top Ad