Batik? Demak Juga Punya 
Ada dua sentra produksi batik di kota kecil ini. Salah satunya ada di jalan lingkar kota Demak.  Satunya lagi di dekat perkebunan jambu dan belimbing, kampung Betokan. Rupanya dua buah khas Demak ini  menjadi sumber inspirasi dari motif batik Demak ini. Aku berkesempatan  menyaksikan langsung proses produksi batik Demak lho.
Prosesnya diawali dengan pencelupan kain menggunakan  warna dasar. Sebagian  masih menggunakan bahan pewarna alami seperti dedaunan, tapi ada juga yang menggunakan pewarna sintetis.
Setelah dikeringkan, kemudian dibuatlah motif batik-an di atas kain tersebut menggunakan lilin. Ada tiga cara pembuatannya, yakni dengan cara men-cap dengan cetakan, dengan cara menyablon dan dengan canting alias yang kita kenal sebagai batik tulis.
Selanjutnya dikeringkan kembali, dan dicuci untuk membersihkan bekas lilin cetakannya. Lalu dicelup menggunakan warna lain. Jumlah warna dalam kain menunjukkan berapa kali proses pencelupan, yang artinya juga berbeda dalam harga kain batik jadinya.
Untuk kain batik dengan satu warna, rata-rata per meter Rp. 60.000,- Untuk yang dua warna, rata-rata per meter Rp. 70.000,- rata-rata per meter Rp. 80.000,-
Jumlah warna, jenis kain batik ini yang  menentukan harganya. Ada gallery-nya yang tidak saja memajang berbagai macam kain batik dengan berbagai motif dan ukuran, tetapi juga menampilkan batik yang sudah digubah menjadi baju, kemeja, celana, gaun, cardigan, tas dll.
Batik Demak dulunya konon terkenal dengan batik sisiknya. Sudah ada sejak   tahun 1920-an, dengan sentra usaha terbesar yang terletak di Kecamatan Wedung. Namun karena tidak ada yang meneruskan dan mengembangkan, akhirnya usaha ini mati. Kenapa sisik, karena Demak berada di daerah pesisir pantura (pantai utara Jawa)
Setelah mati suri sekian lama, alhamdulillah akhirnya batik Demak pun  dirintis lagi sekitar tahun 2006.
Perhatikan motif-motif  batik ini. Mereka mengambil inspirasi dari hasil alam Demak sendiri,  jambu,  belimbing,  mangrove, semangka tegalan, ikan dst.
Motif lainnya  menggunakan stilasi ornamen yang terdapat di Masjid Agung Demak (MAD), seperti  gambar bledeg (petir) yang ada di pintu bledeg.
Motif bulus yang ada di pengimaman Masjid Agung Demak. Motif yang terinspirasi soko tatal  Masjid  Agung maupun motif erinspirasi tiang Majapahit pemberian Raja Brawijaya pada Raden Fatah yang ada  di teras MAD.
Keren kan?  Karena sejarah dan kekayaan alam yang menjadi ciri khas Demak ini pun tertuang dalam batik-batiknya.  So colourful, memadukan motif klasik dengan motif batik kontemporer. 
Ada satu motif batik yang memadukan semua motif tersebut, dan inilah yang disebut sebagai Batik Sekar Jagad. Mau berburu Sekar Jagad ini? Yuk ke Demak!
#DutaWisataDemak
#BrandAmbassadorDemak
#DutaWisataDemak
#BrandAmbassadorDemak

 
 
 
 
 
 

