improving writerpreneurship

Post Top Ad

Siap Belusukan dan OffRoad

Siap Belusukan dan Off-Road

Menjadi surveyor sebuah perusahaan survei bonafide membuatku banyak berkeliling ke berbagai daerah di Semarang, bahkan sampai ke pelosok-pelosoknya. Seringkali aku harus menyeberangi jembatan panjang dengan sungai-sungai lebar dan deras di bawahnya untuk menuju ke sebuah daerah di mana para responden tinggal. Aku bahkan sebelumnya tidak pernah membayangkan bahwa ternyata ada juga daerah-daerah yang masih urban di ibukota provinsi Jawa Tengah ini.
Memang kami, para surveyor ini, tidak bisa memilih lokasi sesuai dengan preference/kesukaan, entah karena dekat dengan rumah atau wilayahnya perkotaan, datar, nyaman dan semacamnya. Walhasil aku musti melalui daerah-daerah yang sangat sulit dengan kendaraan motor roda duaku. Macam racing gitu deh. Jalan-jalan yang belum diaspal, berbatu dan membuat kita geronjalan saat melewatinya.
Entah berapa kali aku musti menaiki tanjakan-tanjakan terjal, melalui turunan-turunan curam. Tanjakan candi, gombel, gunungpati, manyaran, sigar bencah, bukit sari  dan bahkan daerah-daerah yang aku tidak kenal namanya.
Meski medannya susah dan tugas-tugas surveinya melelahkan  tapi aku melakukannya dengan senang hati. Bukan saja karena fee atau bayarannya sangat lumayan, tapi juga aku mendapat banyak keuntungan dan manfaat tambahan dari pekerjaan ini. Semakin banyak bertemu orang baru dengan berbagai kisah-kisah yang bisa diangkat menjadi cerpen, novel maupun tulisan inspiratif. Juga makin banyak tempat baru yang aku kenal dan serap energi positif, pelajaran dan hikmahnya.
Hanya saja motor memang harus dirawat dengan baik dan benar. Sebab seringkali kugunakan untuk blusukan ke berbagai tempat yang sulit medannya dan juga ke daerah-daerah belum beraspal sehingga kayak  off road. Ķarena itu aku rajin memeriksa oli juga mesinnya. Setiap kali merasa tidak nyaman dan ada yang kurang beres, aku melihat jumlah kilometer di speedometer, atau melihat di kalender maupun mengingat-ingat kapan terakhir kali mengganti oli. Jika sudah memasuki masanya  untuk mengganti oli, kubawa motorku ke bengkel langganan. Kadang juga ke sembarang bengkel yang aku lewati saat perjalanan.
Bengkel di perjalanan yang servis alias pelayanannya bagus kadang aku singgahi  lagi jika kebetulan aku lewar situ dan pas kebetulan butuh ganti oli juga.
Aku ingat banget salah satu bengkel di pojok kawasan Bubakan Semarang yang berseberangan dengan salah satu hotel berbintang. Masih ada sekitat satu jam sebelum.acara yang aku mau kunjungi di kota lama, dan kebetulan bengkel ini yang buka paling pagi. Beberapa bengkel di sebelah kanan kirinya masih tutup.
Pagi mbak, sapa teknisi yang usianya kira-kira separuh baya. Simpatik sekali. Aku menebak kalau dia mungkin pemilik bengkel ini.
Lalu sebagaimana para teknisi di bengkel yang biasanya bertanya pada pelanggan atau pengguna jasanya, dia pun melakukannya.
Saat dia menawarkan beberapa jenis pelumas, aku menanyakan mana pelumas yang paling dia referensikan. Jadilah si bapak teknisi bengkel ini menjelaskan secara panjang lebar kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pelumas tersebut. Sebuah keramahan, hospitality yang tadinya tidak kubayangkan. Pada umumnya para teknisi kan garing, kadang tidak ramah, gak mau repot melayani pertanyaan yang aneh-aneh dan di luar konteks tugasnya, sebab cenderung ingin segera eksekusi pekerjaannya yang teknis. Tapi si bapak ini lain. Jadi aku mendengarkannya dengan jenak. Darinya aku belajar bahwa pelumas oli Enduro produk Pertamina merupakan oli motor terbaik. Sejak itulah aku memilih oli ini dan juga bengkel ini jika sedang lewat dan kebetulan butuh ganti pelumas. Harga oli motornya juga terjangkau dan kinerjanya oke. Puas pokoknya.
Usai mengganti oli, tentu saja aku siap blusukan dan off-road lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad