improving writerpreneurship

Post Top Ad

Maret 13, 2016

Resensi Bidadari Surga Pun Cemburu Di Majalah

by , in

Resensi Bidadari Surga Pun Cemburu Di Majalah

Seneng banget rasanya saat ada follower yang memention dan memberitahukan ada resensi buku terbaru saya, Bidadari Surga Pun Cemburu di sebuah majalah.

Dia menemukan upload foto majalah itu di fesbuk. Tulisan captionnya, si peresensi terima kasih pada temannya yang sudah menemukan dan memfotokan majalah itu untuknya.

Subhanallah, lihat, ada berapa banyak tangan penolong di sana. Alhamdulillah.

Semoga Allah membalas kebaikan teman-teman semuanya :)

Maret 13, 2016

Grag greg

by , in

Grag greg

Entah bagaimana ada pekerjaan-pekerjaan yang entah karena berkaitan dengan orang tertentu atau pihak-pihak tertentu kadang-kadang mengalami ganjalan dan batu kerikil dalam pengerjaan dan penyelesaiannya.

Bahkan pernah dalam pengerjaan proses produksi dan cetak buku oleh seorang penulis indie itu mengalami beberapa kali gagal. Ada-ada saja. Sudah dilayout, eh tahu-tahu hilang. Sudah diulangi, kemudian tinggal nge print dan cetak, tahu-tahu mati listrik. Terus apalagi ya, pokoknya waktu ngerjain punya si itu tuh, ada saja halangannya. Kerasa banget kalau memang ngganjel dan susah gitu.

Nggak tahunya, barusan ngalami lagi. Pas bela-belain kemarin datang ke event demi mensupport teman padahal anak sendiri lagi sakit, kupikir sudah cukup menjadi tindakan heroik. Ternyata masih kurang saudara-saudara, masih butuh postingan di blog. Oke deh. Jadi meski gliyengan karena sakit, daku memaksa diri nulis postingan itu. Eh pas sudah dapat beberapa paragraf, hilang. Lemes deh. Tapi nggak enak nih kalau nggak nulis, akhirnya maksain diri nulis lagi. Eh pas upload, tidak berhasil. Tiga kali coba dengan rentang waktu yang diberi jarak, barulah berhasil. Pas mau kirim laporannya via gmail dan mention twitter, eh data kuota habis. Alamaaaak.

Akhirnya setelah susah payah, postingan itupun berhasil terkirim dan tercuit. Alhamdulillah. Smoga niat baik ini mendapatkan balasannya. Aamiin

Maret 12, 2016

Menanam Hari Ini, Menuai Esok Hari

by , in

Menanam Hari Ini, Menuai Esok Hari

Tuhan maha tahu, betapa dalam susah payah dan kesakitanku tadi sudah berupaya menulis beberapa paragraf untuk postingan blog ini. Tapi selagi belum selesai, tiba-tiba saat aku sedang menerima kedatangan bulikku, anakku tahu-tahu sudah mengambil ponsel dari tanganku untuk dia pakai main games. Pas bulikku pulang dan aku nyadar lalu minta balik ponselku, semua paragraf yang sudah kutulis hilang sudah. Hadeuh.

Tuhan maha tahu, betapa dalam kerisauan dan kegundahan sebab anak perempuanku sakit waktu itu, aku tetap berusaha menepati janji datang ke acara bincang reksa dana manulife yang diselenggarakan komunitas blogger.  Mengebut berkendara menempuh jarak jauh dan bergegas pulang agar tetap dapat menunaikan dua-duanya, tugas sebagai teman yang mendukung dan tugas sebagai orang tua.

Tuhan maha tahu atas apa saja yang kita kerjakan. Apa yang kita niatkan. Pun Tuhan maha tahu keterbatasan-keterbatasan kita. So selayaknya kita percaya pada apa yang Dia janjikan. Bahwa jika kita menanam, insya Allah kita akan menuai.

Kadang kala bukan kita sendiri yang akan langsung menuainya karena waktu tidak memungkinkan. Tetapi anak-anak atau cucu-cucu kita.

Itu juga yang bisa kami rasakan dan kami tangkap saat pakdhenya anak-anakku menanam puluhan pohon jati. Beliau dengan tangan dinginnya melakukan itu semua dengan sukarela padahal tahu bahwa belum tentu beliau sempat menikmati hasilnya. Kita tahu butuh waktu puluhan tahun bagi pohon jati untuk tumbuh besar dan bisa ditebang serta dinikmati hasilnya. Beliau melakukan itu untuk keponakan-keponakannya.

Orang-orang tua yang rajin bersilaturahim sesungguhnya juga menanam persahabatan dan persaudaraan yang hasilnya tidak saja berakibat pada diri mereka sendiri, tetapi juga pada anak-anak dan cucu-cucu mereka. Betapa sering kita mendapatkan penerimaan yang baik dari orang lain tersebab mereka paham dengan keramahan dan keluasan persaudaraan orang-orang tua kita.

Dalam hal-hal yang intangible, tak kasat mata saja sedemikian jelas panen akan didapat atas apa yang ditanam, apalah lagi yang berbentuk tangible dan fisik.

Kesadaran dan keinsyafan inilah yang mendorong kita gigih mencari cara-cara untuk bertanam. Kalau bisa mengembangkan sendiri melalui kewirausahaan misalnya tentulah hebat. Tapi jika karena keterbatasan-keterbatasan menyebabkan kita hanya bisa menanamkan sedikit yang kita miliki ke unit usaha teman atau saudara atau kenalan yang terpercaya. Atau untuk lebih mudahnya ditanamkan di lembaga yang teruji, yang tentu saja harus tetap terjaga kesyar'iannya. Karena Syirkah alias bagi hasil sudah ada aturan mainnya dalam fiqh muamalah kita. Kehati-hatian kita memilih tempat dan cara menanam, akan membawa keberkahan tersendiri pada panen yang dihasilkan nantinya.

Maret 11, 2016

Behind the scene penjurian naskah

by , in

Behind the scene penjurian naskah

Kalau biasanya nulis behind the scene dari buku-buku yang sedang kutulis, kayaknya seru juga kalau nulis behind the scene penjurian naskah nih.

Berhubung wifi rumah lagi macet, karena gabungan ama sepupu, dan dia ada trouble dengan listrik warungnya karena belum nambah pulsanya lagi, so aku beli kartu 3. Terpaksa. Ya iyalah, hidup tanpa internet itu cotho. Ce o the o.

Hatapi sayangnya saat kita butuh nge download, 3 nggak bisa kenceng. Dus, aki terpaksa pergi keluar, ke area dekat sungai yang berseberangan dengan kantor dprd. Ada wifi gratis, tanpa password. So aku duduk tenang di salah satu bangku di sana, mendownload satu per satu naskah lomba tersebut.

Agak malu hati ya sebenarnya.

Ini anak ngapain nongkrong di situ, mungkin begitu pikiran orang-orang yang lihat.

Halagh, tapi peduli amat. Amat aja nggak peduli. Eh maksudnya, kan aku penulis, penulis kan kadang-kadang butuh mood, muse, suasana lain untuk membangkitkan inspirasi. Anggap saja begitu. Duduk dekat sungai itu juga bagian dari pekerjaan penulis. Ahaha.
Begitulah akhirnya meski masuk angin dan keringat mengucur deras karena badan lagi nggak sehat, aku berhasil mendownload semuanya. Sekarang tinggal marathon baca nih. Cemungudh

Maret 10, 2016

Demak Dan Film, Dari Kartini hingga Mengejar Cinta sampai ke negeri Cina

by , in


Demak Dan Film, Dari Kartini hingga Mengejar Cinta sampai ke negeri Cina

Kota Demak sebenarnya sarat dengan sejarah yang bisa diangkat ke kancah nasional dan internasional. Sayang sekali kota kecil kami ini belum lagi mendapatkan kesempatan yang pantas dan layak, terutama dalam per filman. Seingat saya, hanya dua kali kota Demak dengan masjid Agung Demaknya ini dishooting untuk film.

Yang pertama dulu pada tahun 1980-an saat saya masih duduk di bangku SD, ada shooting film Kartini. Karena Kartini pernah belajar membaca dan mendalami Alquran surat Al Fatihah dengan kyai sholeh Ndarat di masjid Agung Demak ini. Bulik saya alias adik dari ayah saya turut menjadi figuran dalam adegan ini, bersama teman-teman lainnya menjadi teman-temannya raden ajeng Kartini.

Tapi itupun menurut ibu saya, bintang film yang waktu itu memerankan tokoh Kartini (mbak Yenni Rachman) tidak sanpai selesai dengan sempurna shooting nya karena keburu pingsan.

Kabarnya film Kartini akan dibuat lagi dengan bintang film lebih baru, kekinian. Adalah poster yang memajang siluet bintang kenamaan Dian Sastro waktu.itu telah bersliweran di time line saya. Senang sekali rasanya bahwa film epik sejarah yang ada nuansa Demak di salah satu bagian kecilnya akan dimainkan oleh bintang sekelas Dian Sastro. Saya berharap ada di lokasi ketika nantinya pengambilan adegan.

Tapi sampai tengah Maret ini belum tampak ada proses atau progress apapun tentang film Kartini yang baru. Bukankah momen yang tepat untuk meluncurkannya adalah bulan April? Atau mungkin adegan di masjid Agung Demak ditiadakan?

Setelah puluhan tahun berlalu, baru pada tahun 2014 kemarin ada lagi shooting di masjid Agung Demak. Film Mengejar Cinta Sampai ke Negeri Cina ini dibintangi Adipati Dolken. Dan rasanya sungguh bangga tak terkatakan saat pengambilan adegan di masjid bisa kami saksikan langsung. Menampilkan persis betul apa yang biasanya terjadi di sini merupakan keberhasilan tim film meriset dan menangkap yang esensi dan khas dari lokasi ini.

Yang saya maksud antara lain ada banyak penjual buku tentang sejarah masjid Agung Demak, wali songo dan lainnya yang suka menawarkan dagangannya pada para peziarah. Di sinilah seorang pemain figuran melakukannya dengan apik saat menawarkan buku tuntunan sholat pada Eriska Rhein. Lalu Eriska dengan trampilnya menggunakan momen itu untuk menyentil Adipati Dolken yang memang tidak sholat, dan lebih memilih kongkow kongkow saja di teras serambi masjid Agung Demak.

Sebuah adegan yang singkat tapi manis dan mencakup banyak hal.

Waktu kami menyaksikan film besutan bang Fajar Bustomi ini baru sempat kami menyadari waduh ternyata penampakan fisik masjid Agung Demak itu sederhana sekali ya. Ya memang sederhana banget sih aslinya. Seolah gambaran tentang betapa low profilnya sultan fatah penguasa kerajaan Demak dan para sunan aka wali songo.

Tapi hebatnya kami tetap menangkap keagungan dan kemagisannya. Subhanallah.

Sayangnya kami bahkan tak bisa menyaksikan film itu dari kota kami sendiri, karena Demak tidak lagi punya bioskop. Duh.
Padahal dulu pada masa kejayaan dan masa keemasan kerajaan Demak, seni visual ini merupakan yang paling hits dan digemari masyarakat. Perwayangan menjadi media paling efektif yang dipilih oleh para wali songo utamanya Sunan Kalijogo untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan menyisipkan nilai-nilai kebaikan serta ketauhidan kepada masyarakat. Baik rakyat jelata maupun para elit penguasa. Sehingga sungguh sangat disayangkan jika media visual yang terbukti sukses itu kini malah dikebiri bahkan disingkirkan dari kota kami.

Mungkin tadinya bisa dimengerti beberapa kekhawatiran yang menyelimuti banyak pihak. Bahwa bioskop bisa menjadi arena yang memancing pada kemaksiatan sehingga semestinya tidak ada di kota yang dijuluki sebagai kota wali dan kota santri. Tapi lihat saja sekarang, ketika bioskop sudah tidak ada tetap saja kemaksiatan itu meraja lela di kota kecil kami ini. Dengan hadirnya banyak warung remang-remang di sepanjang jalan lingkar, juga beberapa tempat karaoke-an yang yach begitulah. Jadi sebenarnya kalau mau jujur dan jernih memandang, bukan bioskopnya loh tetapi orang-orangnya, mentalnya.

Atau mungkin karena ada temuan bahwa bioskop di Demak tidak begitu laku, kurang penonton. Tentulah kurangnya animo ini disebabkan karena film-filmnya mungkin tidak layak dan pantas bagi warga Demak. Kalau saja pengelola bioskop cukup cerdas dan bijaksana tentulah memfilter film-film apa yang bisa menghibur sekaligus mendidik warga. Sayangnya yach memang tidak banyak film seperti itu di Indonesia.

Saat saya akhirnya berkesempatan berkolaborasi dengan mbak Gina S Noer (istri mas Salman Aristo) dengan dua cerpen saya menang di kompetisi yang diadakan penerbitnya waktu itu sehingga kemudian dibukukan, kami akhirnya sempat hendak akan me-filmkan cerita yang saya tulis dengan sebagian setting Demak ini.

Sayangnya kemudian penerbit mbak Gina tidak mulus perjalanannya sehingga kemudian tutup, sehingga rencana menovelkan dan me-filmkan kisah yang saya tulis itu belum kesampaian.

Terus terang seolah ada beban dan tanggung jawab moral yang saya rasakan di pundak saya sampai saat ini. Karena saya akhirnya terjun ke dunia kepenulisan (meski berlatar belakang arsitektur) sehingga semestinya saya turut memperjuangkan agar Demak ini semakin dikenal luas di kancah nasional dan internasional baik dalam bentuk literasi maupun visual. Baik dalam bentuk buku fiksi dan non fiksi, maupun film.

Beberapa waktu lalu ada juga penulis keturunan Tionghoa yang lahir di Indonesia tapi sekarang tinggal di Amerika, yang meminta saya untuk mengirimkan naskah novel dengan muatan lokalitas Demak yang kuat. Terus terang saya tertantang. Saya membayangkan bahwa jika novel ini berhasil masuk ke dalam fit and proper test.nya berarti layak juga difilmkan. Saya jadi punya harapan. Tapi terus terang saya juga khawatir dan takut. Saya butuh bantuan. Sehingga embrio dan ide yang berkecambah dalam kepala dan coretan coretan saya bisa benar-benar diejawantahkan dan dikemvangkan dalam.sebuah cerita yang layak, pantas dan mumpuni.
Saya tak ingin ketergesa-gesaan justru akan membuyarkan.

Kita semua tahu tahap development, pengembangan dan pembangunan cerita adalah bagian yang krusial serta memerlukan kerja extra.

Belum lagi nanti saat menerjemahkan novelnya ke dalam bentuk visual aka film. Akan ada tambahan kerja berat lagi.

Mungkin selagi menunggu itu semua berproses dan mewujud, semoga ada yang terketuk pintu hatinya untuk menghadirkan lagi layar bioskop ke kota kecil kami. Sehingga kami tidak perlu lari-lari atau engklek dulu ke Semarang kalau mau nonton film di bioskop. Aduuuh, capek dan boros. Ya kan? :D

Semoga impian saya tentang Demak dan film ini akan terwujud. Aamiin.

Maret 08, 2016

Jadual Sholat Gerhana Matahari

by , in

Jadual sholat gerhana matahari

Berikut adalah data waktu pelaksanaan shalat gerhana matahari 9 Maret 2016 di seluruh Indonesia mengacu pada press release Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Islam (Ditjen Bimas Islam Kemenag RI):

1. Aceh, 07:22 WIB -08:27 WIB
2. Sumatera Utara, 07:21 WIB-08:27 WIB
3. Sumatera Barat, 07:20 WIB-08:27 WIB
4. Riau, 06:22 WIB -08:30 WIB
5. Bengkulu, 06:20 WIB-08:28 WIB
6. Jambi, 06:21 WIB-08:29 WIB
7. Kepulauan Riau, 06:22 WIB-08:33 WIB
8. Sumatera Selatan, 06:19 WIB-08:29 WIB
9. Lampung, 06:20 WIB-08:31 WIB
10. Bangka Belitung, 06:21 WIB-08:35 WIB
11. Banten, 06:19 WIB-08:31 WIB
12. DKI Jakarta, 06:20 WIB-08:32 WIB
13. Jawa Barat, 06:20 WIB-08:32 WIB
14. Jawa Tengah, 06:20 WIB-08:35 WIB
15. D.I. Yogyakarta, 06:20 WIB- 08:35 WIB
16. Jawa Timur, 06:21 WIB-08:39 WIB
17. Kalimantan Barat, 06:23 WIB- 08:42 WIB
18. Kalimantan Tengah, 06:22 WIB-08:47 WIB
19. Kalimantan Selatan, 07:23 WITA-09:48 WITA
20. Kalimantan Timur, 07:26 WITA-09:54 WITA
21. Bali, 07:22 WITA-09:42 WITA
22. Nusa Tenggara Barat, 07:23 WITA-09:45 WITA
23. Nusa Tenggara Timur, 07:27 WITA-09:51 WITA
24 Sulawesi Barat, 07:26 WITA-09:57 WITA
25. Sulawesi Selatan, 07:26 WITA-09:54 WITA
26. Sulawesi Tengah, 07:29 WITA-10:04 WITA
27. Sulawesi Tenggara, 07:28 WITA-10:01 WITA
28. Gorontalo,07:31 WITA-10:09 WITA
29. Sulawesi Utara, 07:34 WITA-10:15 WITA
30. Maluku Utara, 08:35 WIT-11:21 WIT
31. Maluku, 08:35 WIT-11:17 WIT
32. Papua Barat, 08:40 WIT-11:30 WIT
32. Papua, 08:49 WIT-11:40

#coppasaja

Maret 08, 2016

Ngemilbaca Tirai Menurun NH Dini

by , in

Ngemilbaca Tirai Menurun NH Dini

Tirai menurun

Bersetting purwodadi, semarang dan sekitarnya, novel yang mengetengahkan kehidupan para pemain seni di perwayangan ini sungguh memukau.

I can't skip any sentence, any word, because it's crafted beautifully.

Ada banyak adegan dan cuplikan kisah yang memperlihatkan pada kita bagaimana cara mendidik, parenting.
Bagaimana cara berkeluarga, marriage relationship.
Bagaimana cara hidup, bekerja untuk kehidupan
Bagaimana memimpin, bagaimana bersosialisasi

Ini adalah pelajaran hidup yang banyak, yang dirangkai dalam kisah yang memikat. Namun begitu, para pembaca sebaiknya punya bekal landasan moral dan prinsip serta nilai agama  yang kuat, sehingga tidak terbawa mengikuti hal-hal yang tidak pantas dan melanggar norma maupun aturan agama.

Sehingga kemudian muncul pertanyaan berikut.

Bagaimana jika sebuah novel memicu pembacanya melakukan maksiat? Seberapa besar peran dan tanggung jawab penulis sebenarnya?


Most of all ada banyak konflik yang bisa kita ambil pelajaran dan juga nasihat-nasihat kehidupan yang bisa kita ambil hikmahnya dari novel ini. Proficiat, eyang. very very good job:)


Post Top Ad