improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label co-working. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label co-working. Tampilkan semua postingan
September 18, 2016

Writravellicious Goes To Hubud Co-Working Space (bagian 1)

by , in
Writravellicious Goes To Hubud Co-Working Space



Dari pertigaan pasar Seni Ubud, kami tengak-tengok mencari kendaraan yang bisa mengantar kami ke Hubud. Ada angkotan sih, tapi sepertinya akan lama sampainya karena pasti berhent-berhenti. Kami mencegat taksi, tapi semua taksi yang lewat ada penumpangnya.
“Apa kita jalan saja yuk,” ajakku sembari memperlihatkan GPS pada kedua anakku.
“Jauh nggak, mi?” Fatimah menyeka keningnya.
Dia tampak kelelahan dan duduk di buk beton pinggir  trotoar.
“Lumayan sih. Sekitar 1,5 km-an,” aku meringis ke arahnya.
“Ayolah, jalan. Tapi beli kipas itu dulu, mi,” pinta Fatimah sembari menunjuk keranjang milik penjual keliling yang sedang sama-sama istirahat seperti kami.
“Wah, jauh ya. Aku capek,” sahut Hasan dengan bibir mengerucut.
“Sambil jalan saja kita lihat siapa tahu ada taksi yang kosong,” putusku.
Kami lalu menawar tiga kipas kain berangka kayu pada perempuan Bali penjual souvenir itu. Dan lumayanlah, dua puluh ribu dapat tiga kipas. Huray!
Saat kami menyusuri jalan, tetiba anakku Fatimah berseru, “Mi. itu kayak pak Ketut ya?” tangannya menunjuk seorang pria yang duduk di pinggir trotoar.
“Ah, itu memang pak Ketut. Kebetulan nih,” seruku langsung mendekati pemilik bungalow tempat kami menginap.
Kutanyakan rute dan alternatif kendaraan menuju Hubud dekat Ubud Monkey Forest. Pak Ketut langsung minta teman yang duduk di sebelahnya untuk mengantar kami. Rupanya orang-orang yang sedang duduk bersama pak Ketut ini juga berprofesi sebagai tukang ojek.



Jadilah kami naik ojek menuju Hubud dengan merogoh kocek dua puluh ribu rupiah. Sepanjang perjalanan kami menikmati toko-toko souvenir yang ada di pinggir kanan kiri jalan. Lumayan jauh juga ternyata, kebayang capeknya deh kalau jadi jalan kaki.
Jadilah kami bersama orang tua dan anak-anak lainnya mengikuti SESI Film Making Workshop For Kids And Their Parents. Dalam workshop ini, kami belajar dari Peter Wall, pendiri Hubud - ruang co-kerja berbasis di Ubud - tentang cara men-shoot dan mengedit film pendek yang dibintangi & disutradarai oleh anak-anak kami. Tidak ada pengalaman sebelumnya diperlukan pembuatan film.
Sementara anak-anak menonton film yang artisnya adalah anak-anak Peter sendiri di lantai tiga, sehingga mereka punya bayangan bagaimana seharusnya berakting atau melakukan adegan, para orang tua ditatar di lantai dua. Kemudian kami dipertemukan dalam tim untuk mulai membuat film. Merancang bersama konsepnya, kemudian anak-anak memakai kostum yang mereka pilih sendiri, lalu action!
Ide dari Hubud adalah untuk memiliki sebuah tempat, ruang kreatif, untuk orang datang bersama-sama dan berkolaborasi serta bekerja bersama. Pada dasarnya tidak ada perusahaan besar di sini (selain beberapa jaringan hotel), jadi hampir semua yang ada di sini adalah pengusaha bisnis kecil atau freelancer independen. Pendirinya ingin menciptakan sebuah ruang untuk berbagai tipe orang ini agak bisa hadir, terkoneksi dan bekerja bersama, namun tetap independen.
Ruang pop-up  memiliki meja besar untuk bekerja, serta beberapa sudut serta area kecil untuk bekerja. Ada kopi, teh, dll. lalu printer yang bisa digunakan bersama. Ruang ini berupa gabungan dari beberapa ‘zona’ yang mendukung berbagai kegiatan, seperti perpustakaan/pusat teknologi, pod untuk konferensi dan sebagainya.
Ada banyak jenis kreativitas di sini, penulis, fotografer, artis, desainer, arsitek, pembuat film, namun menurut kami semua orang adalah kreatif. Pengusaha adalah kreatif. Pengusaha kecil adalah kreatif. Jadi idenya adalah menjadi tempat bagi siapapun yang ingin datang dan, seperti yang dikatakan oleh orang yang lebih pintar dari saya –  memungkinkan percepatan kebetulan untuk terjadi. Satu tema yang sudah kami antisipasi di Ubud adalah penemuan/penciptaan kembali –  secara umum ini adalah ruang kreatif dimana banyak orang ada di sini. Idenya adalah dengan membuat sistem keanggotaan, berdasarkan waktu perjam atau perbulan, atau pertahun. Atau bisa juga setengah hari/sehari penuh. 
Dan serunya, arsitektur bangunannya keren banget. Menggunakan bahan alam bamboo dan batu alam, membuat Hubud jadi tempat yang nyaman, artistic dan eksotis.
 
Juli 14, 2016

THR untuk Hasfa Creative Hub

by , in
THR untuk Hasfa Creative Hub


Alhamdulillah kemarin lebaran ini aku juga dapat THR alias Tunjangan Hari Raya. Dan karena sedang membenahi base Camp Hasfa dalam rangka pengembangannya lebih lanjut menjadi Hasfa Creative Hub, maka uang THR itu dibelikan furniturenya.
Harganya standard aja, kata penjualnya.
Nggak mremo ya pak? Tanyaku memastikan.
Boten, tidak. Memang itu harganya.
Baiklah. Daripada aku cari ke tempat jauh, lebih baik nglarisi tetangga sendiri, ya kan.
So, terjadilah transaksi dengan mudah. Dan seperangkat alat sholat..Eh maksudnya seperangkat meja kursi ukiran minimalis itupun diangkut ke rumah alias Hasfa Camp aka Hasfa Creative Hub. 


Jadi rencananya akan memaksimalkan seluruh ruangan dalam small office home offline (SOHO) ini.
Bagian garasinya akan jadi kelas menulis dan juga event komunitas.
Ruang teras untuk resepsionis/ruang penerima dan ruang tunggu juga ruang display.
Ruang tamu untuk ruang konsultasi desain arsitektur. Ataupun meeting dengan klien, baik klien desain arsitektur maupun klien kepenulisan.
Ruang tengah sebelah ruang tamu untuj library dan taman bacaan.
Ruang tengah dekat taman dinding untuk meja rendah (meja kopi) dengan empat tatami berhadapan, bisa untuk co-working space bagi dua orang.
Ruang tengah dekat wastafel dengan meubel meja kursi Kartini Jepara bisa untuk co-working space bagi dua orang.


Terus meubel baru yang dibeli dengan uang THR tadi ditaruh di ruangan belakang dekat pintu keluar. Bisa untuk co-working space bagi empat orang.
Oh ya, kalau ada yang butuh ruang untuk meeting, event, seminar, workshop bisa gunakan garasi. Bisa juga memakai ruang tengah yang panjang itu dengan menggabungkan sekaligus banyak meja kursi. Atau model lesehan juga bisa jika pesertanya banyak sekali.
Sementara itu yang baru bisa dilakukan. insyaAllah kalau ada rejeki lagi, ingin membangun Creative Hub dan co-working space di daerah Suhada Semarang. Doakan ya :)

Post Top Ad