improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label jelajah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jelajah. Tampilkan semua postingan
November 08, 2016

Menjelajah Bareng Krucils

by , in



Menjelajah Bareng Krucils




Bahagia banget rasanya bisa jalan-jalan bareng anak-anak lagi. Sejak mereka masih orok, aku memang suka banget ajak mereka jalan-jalan. Maklum aku dan almarhum ayah mereka hobi banget bepergian.
Seringnya sih pergi ke rumah saudara, teman, sahabat dan lokasi-lokasi proyek desain ataupun konstruksi yang sedang aku dan suamiku kerjakan. Sampai ke dalam hutan Penggaron lho.
Waktu si sulung masih berusia dua setengah tahun dan si bungsu satu tahun usianya, mereka sudah turut naik mobil pulang pergi Jakarta untuk mengantar adik perempuanku ke bandara Soekarno Hatta. Bulik alias tante mereka ini hendak terbang ke Mesir buat kuliah di bumi seribu menara itu. Semoga suatu ketika krucilku bersama aku juga tentu saja, pun akan sampai negeri Cleopatra. Aamiin.
Pas si sulung tiga tahun dan adiknya satu setengah tahun kami pulang pergi Jakarta dari Semarang lagi naik mobil. Kali ini untuk keperluan pekerjaanku dan almarhum suami, aanwisjing proyek pembangunan pabrik di pinggiran Jakarta.







Ketika suami wafat dalam kecelakaan bepergian dan kami tinggal bertiga, bepergian justru menjadi jalan kami untuk menyembuhkan dari trauma. Jangan sampai kami jadi takut bepergian. Jangan pula tiadanya kepala keluarga ini membuat kami tak bisa ke mana-mana sebagaimana keluarga lain yang lengkap anggotanya. Pada kenyataannya kemudian, travelling ini tidak saja membantu kami juga sembuh dari trauma kesedihan dan kehilangan, tapi juga mengajarkan banyak hal. Membukakan mata akan keluasan dan keindahan ciptaanNya, membawakan  hikmah akan berbagai peristiwa serta mengantarkan kami bertemu para guru yang hebat tapi tawadlu.  

Karena itulah bersama krucils, lagi-lagi aku menjelajah banyak kota. Ubud, Denpasar, Banyuwangi, Surabaya,  Mojokerto, Jombang, Tuban, Lamongan, Solo, Jogja, Magelang, Salatiga, Kudus, Jepara, Ungaran, Pati, Rembang, Wonosobo, Purwokerto, Pekalongan, dan yang baru saja kami jelajahi adalah Batu Malang. Yeay! Alhamdulillah senang dan seru!
Sejak mereka semakin besar dan mulai tertarik untuk memotret berbagai hal yang ditemui sepanjang perjalanan, aku jadi mulai kepikiran untuk memberikan gadget untuk mereka sendiri. Utamanya supaya mereka tidak mengganggu aktifitasku dengan gadgetku sendiri. Ahaha. So setelah melihat dan membandingkan, akhirnya pilihan jatuh pada gadget ini. Apalagi harga lenovo a880 cukup terjangkau. Bisa dibayangkan betapa excited dan senangnya mereka. Sebab mereka bisa menangkap dan menyimpan pemandangan, momen dan hal-hal yang mereka temui. Apalagi dengan gadget itu, hobi bermain game mereka juga bisa tersalurkan. Dasar anak-anak yaaa..




Di Batu Malang kemarin, kami berkunjung ke sebuah home industry dekat Selecta, untuk melihat langsung proses pembuatan kripik apel dan buah lainnya. Dari UMKM ini, kami bergerak ke Jatim Park 1. Jadi ingat waktu ke Universal Studio Singapura kemarin karena antriannya juga sepanjang itu. Di sebelah kiri ada Musium Tubuh, tapi kami tidak sempat ke sana. Masuk ke dalam arena Jatim Park 1, ada banyak sekali area wahana dan bagian. Di hall dekat area masuk ada patung-patung menyerupai simbah-simbah dukun yang tampak sedang mengadakan ritual. Ada tumpeng-tumpengan di tengah-tengah mereka.




Selanjutnya kami menikmati adat busana dan rumah tradisional Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Patung-patung yang memakai busana adat ini mengingatkanku pada Madame Tussaud di Singapura kemarin.  Anak-anakpun bergaya di depan rumah-rumah adat ini, dekat patung berbusana adat.
.
Dari area budaya Indonesia, kami kemudian menjelajah area fisika, kimia, matematika, science. Lalu ada area buah, sayur, agronomi dan seterusnya. Dan terakhir ada wahana permainan yang seru-seru. Setelah renang dan makan siang, kami kemudian meneruskan perjalanan ke Batu Night Spectacular. Di sinipun kami main sepuas-puasnya sampai capek dan menghabiskan banyak uang. Ahaha.
Kapok? Enggaaaak...kami masih mau jalan-jalan lagi. Sampai jumpa di kota-kota berikutnya yaaa....
Oktober 29, 2016

Menjelajah Minahasa Menelusuri Sejarah Hubungan Dengan Demak

by , in

Menjelajah Minahasa Menelusuri Sejarah Hubungan Dengan Demak




Kenapa aku ingin banget bisa datang ke bumi Makasar, Minahasa, Ambon dan sekitarnya? Karena banyak sekali hal yang seolah memanggil diri ini datang ke sana. Meski sampai saat ini belum kesampaian. Beberapa alasan itu antara lain:

Aku penasaran dengan bumi Ambon sebagaimana yang Sarvatraesa ceritakan dan kubagikan di salah satu novelku tersebut.

Makasar International Writers Festival itu sudah lalu lalang di time line ku sejak kapan. Menggodaku untuk datang, tapi belum juga punya kesempatan. Lalu rumah baca katakerja milik Aan Mansyur dan keponakannya Faisal Oddang juga sungguh membuatku ngiler ingin datang.

Dan bahwa Pangeran Sabrang Lor dari Demak dan armada pasukannya waktu itu menyeberang lautan menuju Indonesia Timur ini untuk mengusir penjajah Portugis, sungguh momen heroik dan historis yang seolah makin mewajibkan aku datang ke sana.


Kyai Mojo, asistennya Pangeran Diponegoro dulu dibuang ke Minahasa. Para pengikutnya menikah dengan orang setempat. Termasuk yang bernama Kyai Demak (berarti dari Demak kan ya?:D) dan sekarang bahkan dijadikan nama marga. 

Beberapa bulan lalu, sebenarnya aku dapat tawaran untuk menuliskan biografi salah seorang tokoh di Makasar. Aku sudah bilang siap. Tapi sampai saat ini belum ada lagi kabar lanjutannya.

Ditambah kemarin ini barusan dapat kesempatan mereview novel Calabai yang settingnya daerah sana. Yaaachh..tambah ngecesss.


Dus, rasanya kepenasaran dan keinginan makin menjadi-jadi deh.

Terus ingat, bahwa kalau mau ke Mekkah Medinah, musti hafal manasiknya dulu biar panggilan makin menguat (dan alhamdulillah sudah berhaji umroh tahun 2009 lalu)

Kini saatnya mengencangkan magnet antara aku dan Minahasa serta sekitarnya. Ahay.

Resep bubur Manado atau tinutuan merupakan bubur khas asli Manado dan daerah Minahasa Sulawesi Utara yang enak untuk dijadikan hidangan spesial. Termasuk  untuk  acara Hadrah. Ya kayak di Demak sini juga.


RESEP BUBUR MANADO

Bahan dan Bumbu :
  • 500 gram beras, cuci dan tiriskan
  • air secukupnya
  • 300 gram labu kuning, potong
  • 2 buah jagung, sisir dari tongkolnya
  • 200 gram ubi jalar, potong
  • 100 gram daun melinjo muda
  • 100 gram daun bayam, cuci bersih
  • 100 gram daun kangkung, cuci bersih
  • 2 ikat kacang panjang, petik 2 cm
  • 50 gram daun kemangi
  • 4 sdt garam / sesuai selera
CARA MEMBUAT BUBUR MANADO :
  1. Masukkan air 3-5 cm di permukaan beras yang telah dicuci bersih. Rebus hingga setengah matang.
  2. Masukkan potongan labu kuning, jagung dan ubi jalar. Rebus kembali sampai matang.
  3. Masukkan satu persatu sayuran ke dalam bubur. Masak terus sampai seluruhya matang dan bubur cukup kental.
  4. Angkat dan siap dihidangkan.
Bubur manado biasa dihidangkan dengan berbagai pelengkap, antara lain ikan bakar, ikan asin goreng, perkedel nike, sambal roa (rica roa, dabu-dabu roa), ikan cakalang fufu atau tuna asap, dan perkedel jagung.
RESEP SAMBAL ROA :
Bahan :
  • 4 sdm ikan roa kering siap pakai
  • 10 butir bawang merah, iris halus
  • 10 cabai merah (bisa campur rawit, pedas sesuai selera), ulek kasar
  • 2 buah tomat ukuran sedang, potong dadu
  • garam dan gula secukupnya
  • minyak untuk menumis
CARA MENGOLAH SAMBAL ROA :
  1. Panaskan minyak, tumis bawang merah dan cabai merah hingga harum.
  2. Masukan potongan tomat, garam dan gula secukupnya. Aduk. Masak hingga tomat layu.
  3. Masukkan ikan roa. Aduk-aduk hingga matang.




Sebagai temannya bubur, ada sate berbahan keong. Di Minahasa disebut sebagai Sate Kolombi. Ih persis kayak masakan yang banyak ditemukan di Demak lho ini. Ih beneran deh.

 RESEP SATE KOLOMBI
  • 1 kg kolombi(keong sawah)
  • 2 sendok makan air perasan jeruk nipis / lemon cui
  • 1 sdt garam
  • Minyak goreng untk melumuri kolombi

Bahan untk sambelnya
  • 8 bawang merah
  • 1 bawang putih kecil
  • 1genggam cabe rawit
  • 4 cabe keriting
  • 3 kemiri
  • 3 cm jahe
  • 3 cm kunyit
  • 2 tomat potong sesuai selera
  • 1/2 sdm Air perasan jeruk nipis / lemon cui
  • Sejumput gula pasir
  • Garam secukupnya
  • Penyedap (jika suka)

Cara membuat Sate Kolombi
  • Rendam kolombi selama semalam.
  • Besoknya, keluarkan kolombi dari cangkangnya. Lumuti dgn air perasan jeruk nipis / lemon cui dan garam. Diamkan sekitar 15 menit
  • Haluskan semua bumbu bumbu untk sambel dan sisihkan.
  • Tusuk kolombi pd tusukan sate.
  • Selanjutnya kita buat bumbu untk lumuran bakarannya. Ambil sedikit saja bumbu untk sambal. Campurkan dgn minyak goreng. Sisihkan
  • Selanjutnya, lumuri kolombi dgn sedikit minyak goreng, pastikan bahwa semua permukaannya terkena minyak goreng. Tapi sedikit saja ya minyaknya. Bakar hingga ¼ matang. Lumuri dgn bumbu lumuran bakarnya. Bakar lagi satenya hingga setengah matang.
  • Lakukan hal yg sama untk sisi sebelahnya. Bakar hingga kolombi matang dgn sempurna


Cara membuat sambal sate Kolombi
  • Haluskan semua bumbu di atas. Jangan lupa dicampur jg dgn air perasan jeruk nipis / lemon cui. Taruh pd wadah/piring tahan panas.
  • Panaskan minyak goreng sebanyak 2x kuantitas bumbu halusnya.
  • Panaskan minyaknya hingga puanaaaaaas nas nas dan siramkan ke bumbu halus tadi,
  • Aduk cepat agar semua komponen bumbu halus matang dgn rata.















Kalau sampai ke Minahasa beneran, aku ingin ke kampung Tondano dan  melihat lebih dekat masyarakat Jotun. Serta mengunjungi  Masjid Al Falah Kyai Modjo dan kompleks makam Kyai Modjo. Konon Masjid yang memiliki daya tampung hingga seribu jamaah itu beratap joglo, mirip dengan Masjid Agung Demak, Jawa Tengah. Masjid tersebut dibangun Kyai Modjo pada 1854.

Jadi yuk ke Minahasa dan menikmati kulinernya :))
Januari 13, 2016

Pemancingan Bule Yang Tak Ada Bule-nya

by , in

Pemancingan Bule Yang Tak Ada Bule-nya

Seneng banget begitu tahu ada tempat makan baru lagi di kota kecilku. Serasa isyarat bahwa kota makin maju dan banyak yang harus dicobai, dirasai dan dijelajahi. Ahay. 

Pemancingan Bule Wonosari namanya. Bisa dijadikan destinasi tambahan lho kalau  berkunjung dan keliling kota Demak untuk menikmati beberapa destinasi ataupun momen–momennya yang berharga.
Dekat kok. Cuma butuh sepuluh sampai  lima belas menit perjalanan dari pusat kota Demak. Pemancingan Bule ini berada satu jalur dengan pemancingan Brubus. Dari tepi jalan, kita bisa melihat plang papan nama pemancingan.
Pemancingan di Demak
Karena tempatnya yang lebih menjorok ke daerah yang lebih dalam, jadinya pemancingan Bule ini cenderung lebih tenang.  Segala keriuhan, berisik dan polusi kota seolah teredamlah di sini. 
Asyik aja waktu lihat ada lukisan grafiti di bagian dinding-dinding bangunan paling depan. Dengan warna-warni yang cerah seolah membangkitkan mood bahagia kita. 
Pemancingan di Demak
Ada ada area makan dengan kursi-kursi ukiran jepara dengan meja makan, mungkin untuk pertemuan yang bersifat lebih resmi atau mereka yang enggan melepas sepatu jika harus lesehan.
Di bagian dalam ada  saung-saung yang berdiri di atas kolam-kolam ikan. Ada dua  saung utama di area tengah ini.  Yang paling panjang membujur barat timur. Sedangkan saung satunya lagi membujur utara selatan.
Pemancingan di Demak

Pemancingan di Demak
Segar sekali mata saat menabrak pemandangan  kebun jambu yang lebat di sisi barat kawasan pemancingan.  Langit biru dan air kolam yang menghijau oleh bayangan pohon jambu seolah bertemu di ujung cakrawala.
Pemancingan di Demak
Dekat area makan utama yang bersisian dengan kolam ikan sisi barat ini terdapat area makan yang membentuk aisle alias lorong. Cocok buat mojok dan pacaran tuh. *tapi nggak punya pacar piye?:D
Pemancingan di Demak
Anak-anak pasti senang sekali diajak ke sini karena pemancingan Bule juga menyediakan ayunan di arena play ground di sisi selatan kawasan.
Pemancingan di Demak
Kawasan pemancingan sangat sejuk dan teduh karena  dinaungi oleh pohon-pohon jambu dan belimbing yang merupakan vegetasi khas Demak Kota Wali.
Pemancingan di Demak
Di area makan sisi selatan, berjajar meja-meja pendek dengan area yang semi terbuka, sehingga pemandangan kolam dan kebun jambu bisa dinikmati dengan leluasa.
Pemancingan di Demak
Pemancingan di Demak
Ada juga area makan yang bisa diperuntukkan untuk pertemuan-pertemuan dengan satu bagian dinding barat seolah sebagai  focal point-nya. Letaknya paling barat kawasan. Kapasitasnya untuk lebih banyak orang dalam satu ruangan.
Pemancingan di Demak
Sayangnya nggak ada bule-nya tuh Pemancingan Bule. Ih. Yang ada bulik :D

Yuk ke Demak ^_^

#DutaWisataDemak
#BrandAmbassadorDemak

Post Top Ad