improving writerpreneurship

Post Top Ad

Tampilkan postingan dengan label Campus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Campus. Tampilkan semua postingan
Juli 05, 2020

IGLive PerempuanMembaca Dian Nafi

by , in
IGLive PerempuanMembaca Dian Nafi

Baca juga  tentang refleksi event Webinar Writerpreneurship di era new normal bersama Gramedia Academy.

Alhamdulillah tadi sore gelaran event ngobrol bareng perempuan membaca atau ngobral #9 berlangsung lancar. Meskipun ada sedikit yang mengganggu, karena entah kenapa suaraku menggaung menggema, sehingga keluar dua kali. Hohoho.


Panitia menghubungi aku seminggu sebelumnya. Mereka mengirim pesan dan menelpon untuk  minta kesediaanku mengisi instagram IG live hari Sabtu depannya. Sebelum-sebelumnya di ngobral ada Kalis Mardiasih, Khilmi Anis penulis Suhita yang fenomenal itu, bu Doktor Evy Gozali, juga pak Hairus Salim leadernya LKIS. 

Aku ketiban sampur ngobrolin produktif menulis. Ngobrol berlangsung satu jam dari jam 2 siang sampai jam 3 sore.

Untungnya sebelum sesi, aku sudah trial duluan. jadi tahu kalau pakai smartfren tuh suara terdengar, tapi video nggak muncul alias gambar kita nggak gerak. Akhirnya aku ganti pakai telkomsel. Dan alhamdulillah lancar. 

Ada beberapa pertanyaan dari para pemirsa IG live, seputaran tips produktif juga masalah-masalah kepenulisan dan penerbitan. 

Semoga jawaban-jawabanku memuaskan ya. hehe..

Sampai jumpa di event berikutnya. Insya Allah.

*untuk mengundang: wa.me/6285701591957
Juni 22, 2020

Kiat Produktif Efektif Menulis

by , in





Kiat Produktif Efektif Menulis

Tips-tips ini  pernah aku bagikan saat sharing di grup fesbuk salah satu komunitas kepenulisan beberapa waktu lalu. Kita angkut ke postingan blog ini supaya makin banyak yang membaca dan mudah-mudahan terinspirasi ya.

1. Banyak Baca
Yang penting dan harus kita lakukan setiap harinya adalah membaca. Karena seperti sumur, kalau dikeruk terus bisa asat. Jadi harus bisa kulakan dan nyumber terus dengan cara mencarinya dari banyak sumber. 
Bacaannya bisa yang terkait dengan topik yang sedang kita tuliskan atau sama sekali lain. Tidak terbatas pada bidang yang kita geluti saja, tapi justru harus luas. Broaden our knowledge biar dapat banyak insight, wawasan sehingga memperkaya dan memperdalam tulisan kita. 

2. Golden Time

Yuk  kenali dengan baik golden time. Yakni waktu-waktu  di mana kita bisa lancar banget menulis. Masing-masing orang  berbeda-beda ya. Kalau aku biasanya jam-jam dini hari setelah bangun tidur dan sholat tahajud, sampai menjelang waktu sholat subuh. 

3. Kuasai
supaya nggak macet, kuasai dulu apa yang mau ditulis. kalau mentok di jalan dan itu memang harus dikerjakan (karena pesanan/order), ambil rehat. tulis yang lain dulu, misal blog atau tulisan-tulisan pendek untuk lomba, atau arisan blog misalnya dst.

4. Brainstorming
brainstorming dengan teman/sahabat/guru sangat berguna. karena dia bisa memberikan alternatif-alternatif plot, sequence-sequence, adegan-adegan, latar belakang/alasan/logika dll

5. Jadwal
buat jadual/schedule apa-apa yang sedang kita kerjakan. tempel di dinding, buat di file dll. tetapkan deadline alias DL kita sendiri, dengan selisih dari DL yang semestinya. jadi kita punya target menyelesaikan tiga atau lima hari lebih cepat dari yang seharusnya.  Jadi nggak mungkin ketinggalan atau lewat deadline yang bisa berakhir dengan penyesalan. 

6. Segera Kerjakan
Jika memungkinkan, saat membaca pengumuman lomba, segera tulis/kerjakan. Jangan tunda-tunda lagi. Meskipun saat itu mungkin baru outline atau draft kasarnya dulu. 

7. Game
Seperti bermain game, yang selalu ingin naik level, demikian pula dalam nulis. jadi makin semangat nambah koleksi tulisan, koleksi buku, sembari berupaya meningkatkan kualitas. karena kualitas itu yang terpenting.

Bisa juga shifting alias naik kelas. Kalau tadinya nulis kisah macam soup chicken stories, lalu nulis cerpen, terus nulis novel.  Kalau tadinya nulis artikel, esai, mungkin bisa shifting nulis paper penelitian. Ahahay.

8. Target
Miliki target . misal karena harus bayar X seharga Y, atau mau jalan-jalan dengan biaya Z. nah jadi kita kejar tuh. supaya dapat segitu duit, harus nulis berapa tulisan/buku dalam jangka waktu berapa. Dst

9. Ibadah
Menulis itu ibadah. jadi harus rajin dan semangat dong

10. Coba
Berani mencoba. semua kan proses. semakin sering dan banyak nulis, lama-lama  akan terasah. asal terus banyak baca, revisi, re-write dll. para profesional itu berangkatnya dulu juga dari amatir

11. Disiplin
Disiplin terhadap janji dan schedule yang sudah dibuat sendiri. jika selesai tepat waktu, kasih hadiah untuk diri sendiri. kalau lewat, hukum diri sendiri:D

12. One by One
Kerjakan satu per satu, step by step, one by one. karena kalau overwhelmed, bisa blunder. maunya mengerjakan semua bareng-bareng, ntar malah nggak ada yang rampung.


13. Notebook

Miliki buku khusus. satu untuk bank ide premis/logline. satu untuk plot/outline/rencana pengembangan ide. satu untuk catatan2 revisi dari editor dll. satu untuk bank data dialog atau scene/adegan menarik yang kita temukan, lihat atau dengar ceritanya. yang mungkin belum bisa dimasukkan ke dalam  cerita atau buku yang sedang kita tulis, tapi siapa tahu bisa berguna. 


Nih, aku punya notebook warna merah seperti punya mbak Dewi Lestari, yang kuning seperti milik Austin Kleon. Ada juga yang hitam, abu-abu dan biru. 



14. Aktif
 org yg paling sibuk adl yg paling produktif. py kegiatan/aktifitas/gawe di luar nulis akan menjadi katalis dan bensin buat produktif nulis.

15. Stay healthy

Jaga kesehatan. krn kalau sakit, nggak bisa nulis

16. Keep Writing

Pokoknya nulis terus, apapun yang terjadi.

17. Spot

Cari spot/ tempat menulis yang nyaman. Juga pakai kostum yang nyaman juga ya.

Selamat menulis!

UPCOMING EVENT

Oh ya, insya Allah juga akan ada workshop atau kelas webinar Writerpreneurship di Era New Normal 29 Juni 2020 nanti. 





Selamat menikmati perjalanan menulismu!
Juni 21, 2020

Writerpreneur Book Series: Menulis Memoir

by , in
 Writerpreneur Book Series: Menulis Memoir


Berawal dari proyek menulis biografi yang aku terima tengah tahun 2020 yang penuh cerita ini, akhirnya aku membaca ulang beberapa buku biografi yang kumiliki. Ada dua ransel besar! Belum lagi buku-buku memoir dan buku-buku soup chicken stories. 


Dus, aku juga banyak belajar lagi tentang teknik, metode, strategi, tips, trik menulis biografi dan  juga memoir. Akhirnya aku upload juga hasil belajarku ke dalam bentuk postingan di beberapa blogku.

Baik yang hasfa.co.id hybridwriterpreneur.com dian-nafi.com writravelicious.com dan demagz.web.id

Lalu dari beberapa postingan itu, kuangkut ke dalam bentuk buku. Jadi mempraktikkan salah satu tips writerpreneurship nih. From blog to book. 


Dari dua alternatif cover, teman-teman memilih cover payung karena terlihat lebih menarik dan apik. 


Teman-teman bisa mulai PO (pre-order) alias pesan buku Tips Menulis Memoir ya.
Caranya: Tulis nama/alamat/jumlah dan judul buku yang dipesan. Kirim ke wa.me/6285701591957

UPCOMING EVENT

Oh ya, insya Allah juga akan ada workshop atau kelas webinar Writerpreneurship di Era New Normal 29 Juni 2020 nanti. 




Selamat menikmati perjalanan menulismu!
Juni 11, 2020

Tips Menulis Memoir (7)

by , in
Tips Menulis Memoir (7)

Baca juga:

Tips Menulis Memoir (1)
Tips Menulis Memoir (2)

Tips Menulis Memoir (6)


bagaimana  mengubah memori sulit menjadi adegan?beberapa tips berikut bisa membantu mentransformasikan memori menjadi memoir


Tips 1: Mulai dengan hati
Pada tahapan awal, gali dan ingat memori kenangan hingga tak berjarak. Momen-momen yang membuat kita tercekat. Tinimbang kita melarikan diri dari emosi tersebut, tinggal dan rasakan selama mungkin. Hadapi perih dan gali lebih dalam. 

Jika sebuah adegan tidak menggerakkan kita, maka itu tidak akan menggerakkan pembaca. 
Hellen Keller bilang hal terbaik dan  terindah d dunia tiak bisa terlihat dan tersentuh. Harus dirasakan dengan hati. 

Tips 2: tidak perlu terlalu memikirkan struktur
tulisan awal akan kasar dan belum terpoles, selagi belum ada struktur, tidak perlu khawatir sepanjang kita masih bisa merasakan semua momennya dengan hati.
jangan biarkan inner sense strukturnya membunuh emosinya,inti dari jiwa kreatif.

Pada masa awal struktur, seperti ketika memastikan kamu punya marker yang tepat waktu dan menggunakan verb tense yang tepat, bersinggungan dengan penulisan memoir yang butuh kedalaman. Ini disebut the “the agony versus the ecstasy”
ketika cerita internal minta dilepaskan tapi seringnya kita abaikan.

Untuk membantu visualisasi: lihat dirimu berdiri di pojok gelap, melihat harta karun di sisi lain. Apa yang bisa kamu lakukan untuk menyeberangi rintangan emosional ini?
untuk mengambil harta karun ini, kita harus menyeberangi sisi lain. Di sinilah percaya proses mengijinkan kita membuat progress. 

menulis dari hati butuh nyali, keberanian untuk rauh dan menelanjangi jiwa, tapi inilah satu-satunya cara agar pembaca bisa beresonansi. Hati tidak bisa berbohong.

Tips 3: Dengarkan tanda-tanda atau persinggungan
Cara-cara lain bisa hadir. 
Gambar atau pemandangan yang menghantui.
Suara. Kadang kita tidak bisa menghentikan suara dari orang-orang yang memengaruhi kita. Seringnya random dan pada momen tidak terduga.

berikut checklist yang bisa kita tanyakan tentang peran memori dalam naratif

1. mengapa aku memilih memori tertentu? mulai membuat list daftar memori yang berkesan, stand out, sebab impact/akibatnya terhadap hidup, baik bahagia atau sedih. 
Momen di mana hidup berubah. Kamu butuh memutuskan mana memori yang akan bekerja dengan baik dalam timeline dan juga menampilkan pertumbuhan dan transformasi karakter. 

2. bagaimana aku akan menyampaikan adegan ini? denganpov 1? pov 3?  detail sensori/indra apa yang akan kumasukkan- penglihatan, suara, sentuhan, bau dan rasa- untuk membuat pembaca masuk ke dalam adegan?


3. bagaimana karakter bertumbuh dan bertransformasi? dalammemoir, narator, protagonis dan karakter adalah sama. 
ketika kamu punya kumpulan adegan , kamu bisa mulai menggarap bagaimana adegan mendukung narasi dan tema yang lebih luas.

tapi untuk saat sekarang, biarkan penulisan mengungkap jawaban-jawaban yangkamu butuhkan, yang paling dekat dengan hatimu.

Membiarkanmemori-memori inisial/awal ini keluar dari kepala melompat menuju halaman tertulis.

dalam menulis momen-momen rapuh ini,kita bisa membangun momentum, meskipun merasa tak nyaman dalam mengali memori-memori yang berhubungan dengan kesedihan, sakit, keyakinan dan lain-lain.

Begitu merasa aman mengerjakan tugas berat ini, ijinkan diri untuk melakukan riset terhadap memori-memori ini. terima kasih untuk jurnal, foto-foto, wawancara-wawancara, sehingga kita bisa memahami inti dari apa yang terjadi sebagaisebuah cara  untuk me-validasi memori dan memastikan bahwa kita punya fakta dan data yang benar. 

Kita bisa bergabung dengan grup-grup fesbuk yang terkait dengan memoir kita. Di sana ada dukungan besar dan koneksi nyaman dengan berbagai komunitas online dan orang-orang yang melalui pengalaman-pengalaman serupa. 

Hal ini bisa membantu kita menemukan kata-kata kita sendiri saat sharing/berbagi realita/kenyataan. Meski tidak setiap orang merasa terdorong untuk memilih  rute ini, kadang penulis merasa butuh menjaga melindungi diri mereka sendiri sebelummembagikannya dengan audiens di luar sana.

Poin akhirnya: menulis memoir bisa menjadi proses yang menakutkan. butuh keberanian dan kegigihan dalam membangkitkan memori penuh luka untuk bisa merasakan dan meng-indra-nya.

Bersikap baiklah terhadap dirimu sendiri. ijinkan dirimu menata manuskrip sampai merasa siap secara emosional untuk mengunjunginya kembali. ketika pergi ke sisi lain dan menemukan bahwa kamu sudah sembuh dan bertransformasi, maka kamu akan  punya memoir yangmembantu pembaca terhubung dengan cerita mereka sendiri.





UPCOMING EVENT

Oh ya, insya Allah juga akan ada workshop atau kelas webinar Writerpreneurship di Era New Normal 29 Juni 2020 nanti. 


Selamat menikmati perjalanan menulismu!
Juni 10, 2020

Tips Menulis Memoir (4)

by , in
Tips Menulis Memoir (4)



“Like fiction, memoir needs a hook, conflict, and an arc.”
TEKNIK MENULIS MEMOIR


Pembukaan Memikat



Isi Unik, Menarik

AHA Moment/Twist
Ephipany/Insight


Penutup
Berkesan

PERHATIKAN

Conflict & suspense 
– how to balance reality with pacing

•Emotion 
– how to engage readers

•Dialogue 
– how you speak in a memoir 

•Plot 
– choosing the correct plot for your story

•Setting 
– how to describe your memories

•Theme
 – choosing the one that suits your story

•Time Span
 – even memoirs need a time frame

•Viewpoint 
– which one should you use

•You as a character 
– recreating yourself as a character

•Putting it altogether







UPCOMING EVENT

Oh ya, insya Allah juga akan ada workshop atau kelas webinar Writerpreneurship di Era New Normal 29 Juni 2020 nanti. 




Selamat menikmati perjalanan menulismu!
Januari 16, 2020

Perjalanan Sebagai Inspirasi Menulis

by , in
 Perjalanan Sebagai Inspirasi Menulis


Beberapa waktu lalu, salah seorang dosen arsitektur yang juga sama-sama sharing menjadi pemateri workshop kepenulisan arsitektur, mengpmentari personal brandingku. Kata beliau, aku jadi lebih tampil sebagai traveler tinimbang writer di sosmedku, mungkin maksud beliau adalah instagram. Karena memang meskipun sesekali aku tampil dengan memegang buku dalam acara atau event talk show radio maupun bedah buku, tetap saja postingan jalan-jalannya lebih dominan. Lha bayangkan saja, kayak waktu itu road show buku Socioteenpreneur terbitan Erlangga saja, sharingnya di satu tempat kampus saat Oktober  lalu satu sekolah menengah atas alias SMA Yayasan di November, eh aku posting jalan-jalan di istana Maimoen, masjid Raya Medan, City Walknya Medan, area kulinerannya Medan, tempat nongkrong dan menikmati durian terkenalnya Medan, hotelku tempat menginap maupun hotel seberangnya tempat menginapnya Rizaldisandi aka Rizal vokalis Band Armada, juga kediaman Tjong A Fie dan beberapa tempat belanja oleh-oleh. Lebih banyak mana hayo jalan-jalannya ama tugas utama sebagai penulis yang bedah buku he he he.
Tapi tentu saja benar bahwa  Perjalanan Sebagai Inspirasi Menulis. Karena diakui atau tidak, kebanyakan tulisan kita tuh dapatnya ya dari banyak pengalaman dan peristiwa yang terjadi selama perjalanan. Terutama tentu saja perjalanan hidup.
 Yang sering luput adalah kalau kita tidak segera menuliskan pengalaman-pengalaman serta perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran berikut pemaknaan-pemaknaannya sepanjang perjalanan tersebut. Karena kita tahu ingatan ini sesungguhnya pendek. Apalagi jika ditumpuki oleh pengalaman-pengalaman laimnya yang lebih baru.
 Bisa saja sih memori kita menyimpan pengalaman berikut kesannya dalam benak. Dan sesekali kita bisa menggalinya  di kemudian hari, bahkan setelah berpuluh tahun mengendap, tapi tetap saja akan ada detail-detail yang tidak sempat terangkum dengan tepat, jelas. Padahal kekayaan tulisan itu sesungguhnya ada dalam detail-detail tersebut.  Emosi yang terbawa langsung saat kejadian juga menambah kedalaman tulisan.
 Itulah sejatinya bedanya penulis dengan yang bukan penulis. Dia tidak saja merekam, tapi mencerap, memaknai ulang lalu menuangkannya kembali dalam bentuk masakan tulisan yang di dalamnya sudah memengandung persepsi, pesan terselubung, dan lain-lainnya tergantung seperti apa dan bagaimana penulis mengemas serta conveying the message.

Salah satu cara untuk mengikat pengalaman, pemaknaan dan kesan termasuk emosional juga energinya adalah dengan membawa notebook ke mana-mana. Atau jurnal itu sekarang bisa kita catat di note gadget kita. Bisa dalam berbagai aplikasi. Semua tergantung preference penulis. 
 Dari note di handphone kita ini bisa angkut ke word untuk kita kembangkan menjadi tulisan yang lebih panjang. Atau juga diunggah menjadi postingan di blog. Kalau bisa berseri dan ada benang merahnya bisa dikompilasi menjadi satu buah buku yang bisa diterbitkan.
 Jadi semakin banyak perjalanan yang kita lalukan, akàn semakin banyak juga bahan tulisan yang bisa kita olah.
 Yuk makin rajin jalan-jalan, dan jangan lupa tulis ke jurnal.
 Note to my self juga ini.. he he he

 Dus, jangan malas untuk mengembangkan bahan itu menjadi tulisan yang lebih pannag dan apik supaya bisa terbaca debgan baik oleh orang lain.

 Sayang banget kan jika ide-ide dan bahan yang ada hanya berhenti menjadi kerangka alias outline saja. Mereka pasti nangis deh kalau tidak diwujudkan menjadi karya.
 Terus gimana nih kalau sudah kadung nggak sempat bikin jurnal waktu jalan-jalannya dulu. Kita bisa bangkitkan memorimya dengan melihat-lihat kembali foto-foto juga video-video selama perjalanan tersebut.
 Dari situ, mudah-mudahan memori berilut emosi, pemaknaan juga energinya bisa kita cerap lagi. Meski mungkjn sebagian persepsi sudah agak berbeda dengan saat pertama kita mengalaminya dalam realita.
 Bismillah, yuk bisa yuk.

Selamat jalan-jalan, selamat membaca ayat-ayat kauniyah dan selamat menulis!

 Lewati terminal demi terminal alias fase demi fasenya dengan penuh kesabaran agar membuahkan hasil yang menyenangkan dan membahagiakan.

Keep on going!

Keep walking!
Keep traveling!
Keep writing!

Januari 07, 2020

Dian Nafi Books at Amazon & Kindle

by , in
Dian Nafi Books at Amazon & Kindle


Buku-buku Dian Nafi yang dijual di Amazon antara lain Novel Just In Love, Novel Mesir Suatu Waktu dan How To Reset Your life. 








Buku-buku Dian Nafi yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris, dijual via Kindle Amazon,

baik di English, Deutsch, Français, Español, Italiano, Português, Nederlands

Ada versi paper back dan digitalnya. Bisa langsung beli di tautan ini. http://bit.ly/diannafi



Berikut beberapa judul dan sinopsisnya:

The Young Man and The Old City:

Radindra (17 years old) is an innocent Solo guy, laden / sinoman activist, has a crush on Ayla (19), her new neighbor who is smart, scientific, who likes to travel and is rather material. But this love is hindered by the age of the girl who is older than the boy, the blessing of his grandmother Ayla, Ayla's mother. Also Ayla herself who actually turned out to be a girl who really likes to spread charm, adventurous love and broken heart.

MAYASMARA
Mayasmara, proves that today's reality is the reality of the media, and that is the virtual universe whose existence is without primodial boundaries and strikes the dimensions of space and time. Limits become relative, perception becomes image-reality. While feeling will get its existence space too?



SARVATRAESA

What is more disturbing than curiosity.

What hurts more than feeling betrayed after giving trust.

What is more awaited except the reciprocation of love that has been fully given and requires at least acceptance.


MAN BEHIND THE MICROPHONE

DO YOU STILL REMEMBER WHAT COLOR OF MY EYES? If I honestly still remember how the color of your eyes. Sparkle. Twinkle. Like there are thousands of stars radiating from the depths of your eyes. And your thick eyebrows, half-opened lips. Your thunderous laughter. Who is not in love with your existence and warmth? Maybe I am someone who easily falls in love. But you are clearly a heart stealer. At least a thief of my heart.

I know what you might think. How could I sink you into my eyes? But that's all I can do. That's all my ability. I'm not pretty enough, not tall enough, not physically attractive enough, but intelligence and warmth sometimes radiate from my eyes



ANOTHER CHANCE

Just love me, and I'll break your heart.

Keep my promise :D

(Mayana)


Just break my heart, and I’ll always love you.

Again and again.


(Raho)



FIRST MAN FIRST LOVE



I wrote it down
as a sign that we have existed and existed.
Start from a happy ending
Before awakening the memory of the most wounded

After I Adore You Back

Do I lose your respect after I love you back?

Nude photo?

"How come I sent a nude photo like that, what does that mean?" May hissed inwardly. As usual. Since he and Raho had a big fight a semester ago and almost destroyed their relationship, May chose to think again whenever he would get angry.

"Mas," he wrote shortly on BBM.

"Yes, May," a short answer from Raho that May could feel a little tired and scared when Raho wrote it. Eventually they might be able to talk to each other and understand the language of the text along with the emotional content contained in it.

"Do I lose your respect after I love you back?" May could not help but convey the contents of her mind.
Desember 19, 2019

Bincang Sastra Di UIN Walisongo Semarang

by , in
Bincang Sastra Di UIN Walisongo Semarang

Alhamdulillah tanggal 17 Desember 2019 sepulang dari Women Writers Conference di Cirebon, saya ketiban sampur untuk menjadi nara sumber di acara Bincang Sastra Di UIN Walisongo Semarang, bareng kang Puthu alias pak Gunawan Budi Susanto (sastrawan senior dan salah satu guru nulisku juga)


Panel-panel di Women Writers Conference antara lain:
  1. Musdah Mulia dan Muslimah Reformis
  2. Faqihuddin Abdul Kodir dan Muslimah Reformis
  3. Musriya dan Muslimah Reformis
  4. Husein Muhammad dan Muslimah Reformis
  5. Kajian Gender Islam Nur Rofiah
  6. Participant Reflection
  7. Perempuan dan Pesantren
  8. Merumuskan Hukum Keluarga Adil Gender
  9. Perjalanan Menuju Mubaadalah
  10. Writing Session

Acara bincang sastra yang  bertempat di auditorium 2 kampus 3 UIN Walisongo ini merupakan salah satu event dari rangkaian acara perhelatan ulang tahun SKM Amanat yang ke-35. Wow yach. Majalah kampus universitas  ini dulunya hanya dikerjakan secara single, lalu dengan beberapa volunteer yang waktu itu juga merupakan para aktifis kampus, dan kini makin banyak mahasiwa yang terlibat serta sudah menelurkan banyak karya serta kontribusi. 

Cerita ini kami dengar bersama malam itu dari para pelakunya langsung. Pak Ajang, pak Hasan Aoni, pak Djoko Litbang UIN, mbak Alfie aktifis perempuan, dan pak Muhsin Djamil yang kini menjadi Wakil Rektor I UIN Walisongo. 

Salah satu karya bersama sekaligus produk Amanat tahun ini adalah antologi puisi yang dilaunching saat bincang sastra malam itu. Dan buku ensiklopedia perjalanan Amanat selama 35 tahun yang berisi tulisan dan artikel jurnalistik, laporan-laporan juga esai dari beberapa jurnalis Amanat.

Membincang puisi saat ini menjadi tema bincang sastra malam itu. 

Berikut rangkumannya yang sudah tayang di media ayo semarang.

Saat ini fungsi akademisi sastra lebih banyak mencetak analis dan kritikus. Mereka menciptakan berbagai teori sastra yang digunakan sebagai kritik terhadap karya sastra. Namun banyak dari mereka yang justru tidak menciptakan karya apapun.
Hal itu disinggung oleh sastrawan asal Kota Semarang, Gunawan Budi Susanto yang akrab disapa Kang Putu dalam bincang sastra dan launching antologi puisi “Membaca Wajah Puisi Hari Ini” di Auditorium II kampus 3 UIN Walisongo, Selasa (17/12/19).
"Saya pribadi sudah kehilangan kepercayaan pada akademisi sastra, omong kosong aja mereka. Baca sastra aja gak pernah kok ngaku akademisi,” jelas Kang Putu.
Bincang sastra dan lauching Antologi puisi Soeket Teki tersebut digelar dalam rangka memeringati hari lahir (Harlah) ke-35  surat kabar mahasiswa (SKM) Amanat UIN Walisongo Semarang.
Turut hadir  penulis buku Dian Nafi, Wakil Rektor I Muhsin Jamil dan beberapa alumni SKM Amanat seperti Hasan Aoni Aziz, Joko Tri Haryanto, Zaenal Arif, Siti Alfijah dan sebagai moderator Nur Zaidi.

Mengenai tema yang diusung “Membaca Wajah Puisi Hari Ini”, Kang Putu mengatakan ia tidak dapat menjelaskan bagaimana bentuk wajah puisi pada hari ini.
“Saya tidak dapat berkata macam apa dan bagaimana wajah puisi hari ini, karena bagaimana mungkin anda semua bikin sajak yang begitu indah namun sampai hari ini ada kawan penyair yang kita tidak tahu di mana beliau dikuburkan, Wiji Tukhul," tuturnya.
Kang Putu juga mengatakan, dalam hal membuat puisi ada hal-hal yang perlu diperhatikan bukan hanya soal kata-kata yang indah yang bisa dibaca oleh semua orang, tetapi tentang nilai apa yang terkandung di dalamnya.
“Kalau buat puisi cobalah perhatikan kata-katanya. Pakai kata-kata yang anda kenal, pakai susunan kata yang sederhana, kalimat yang sederhana tapi kemudian jika anda pikirkan lagi kata-kata tersebut susah untuk diartikan,” katanya.
Dian Nafi membahkan, ilmu tentang cara menulis puisi, cara bagaimana seorang sastrawan mengajak kita merespons puisi, dan mampu menjadikan puisi bukan hanya sebagai ajang ekspresi dan eksistensi.
“Untuk menulis puisi, kita harus peka menangkap sesuatu yang langsung buat kita punya ide. Memang semestinya puisi kita itu diarahkan untuk membaca apa yang terjadi di sekitar kita sehingga kita itu dapat menyuarakan sesuatu dan kita mampu menjadikan sebuah puisi bukan hanya sebagai ekspresi, eksistensi tetapi juga sebagai sebuah solusi,” ujar Dian.


Acara tersebut dimeriahkan dengan musikalisasi puisi kolaborasi Teater Wadas dan Skm Amanat, dan di akhir acara, Wakil Rektor I UIN Walisongo, Muhsin Jamil dan beberapa alumni berkesempatan tampil membacakan puisi.

Saya juga berkesempatan membacakan satu  puisi yang ada di dalam buku antologi puisi yang diluncurkan malam itu.

Terima kasih SKM Amanat UIN Walisongo Semarang for having me.
Happy anniversary. Semoga makin sukses, berkah dan berjaya di darat, laut dan udara!

Post Top Ad