improving writerpreneurship

Post Top Ad

BIGU BUKAN BEGO

BIGU BUKAN BEGO



Beberapa waktu lalu terjadi sedikit kehebohan di salah satu dari 52 grup whats app yang aku ikuti. Jadi ceritanya salah satu teman dan sahabat kami itu   curcol alias curhat colongan. Karena pas dia nulis postingan di fesbuk menceritakan kelucuan dan keseruan anak lelakinya main traktor-traktoran,
mainan
mobil keruk dan mobil kerekan, ada teman fesbuk yang komentar. Dan kalimat komentarnya mengandung kata 'bego'

Nah! Teman kami ini merasa jengkel, merasa dibego-begoin. Pas kami, para sahabatnya di grup wa, ikut baca postingan di fesbuk juga komentar-komentarnya, barulah kami semua sadar. Kalau yang dimaksud bego sama komentator itu adalah kendaraan bigu, alias mobil keruk. Dan bukannya bego yang artinya bodoh.

Walaaaah...
Maka tertawalah kami hari itu dengan candaan dan lelucon yang tidak sengaja itu.

Aku sendiri jadi ingat anak lelakiku yang juga suka banget dengan mainan bigu alias mobil keruk itu. Apalagi saat ayahnya masih hidup dan anak lelakiku masih umur dua sampai tiga tahun, dia suka sekali mengeruk pasir-pasir di halaman rumah kami dengan bigunya. Di bawah pohon nangka yang daunnya lebat sekali.

Aku dan almarhum suami suka mengamatinya dari teras. Komentar-komentar ayahnya yang seru membuat dia makin bersemangat. Jadi dia berperan seolah seperti ayahnya yang seorang kontraktor dan tengah bekerja di proyek. Kami tahu banyak permainan yang bisa memancing sisi kreatifitasnya. 



Selain mobil keruk alias bigu, almarhum ayahnya juga kadang membelikan dia diecast  
Termasuk mobil sedan merah yang mirip dengan mobil kami yang sungguhan. Koleksi mainan mobil-mobilannya tidak pernah bersih, karena sering sekali dibuat mainan di lantai rumah, teras bahkan halaman yang berpasir. 

Oh rindunya dengan masa-masa itu. Apalagi sekarang dia sudah duduk di sekolah menengah pertama. Sekarang dia lebih suka mengikuti jejakku, banyak membuat skecth, menggambar dan mengarang anime.

2 komentar:

Post Top Ad