improving writerpreneurship

Post Top Ad

Mei 30, 2016

Manjakan Diri Di Tanah Surga

by , in
Manjakan Diri Di Tanah Surga


Di grup wa teman-teman jaman kuliah arsitektur sedang ramai-ramainya membahas bagaimana caranya supaya bisa keliling dunia. Gara-garanya adalah ada satu teman yang sudah lama menghilang. Eh pas balik ketemu kami lagi dan masuk grup wa, dia ternyata konon katanya sudah mengunjungi 4 benua dan 30 negara. Wow wow. Langsung saja virus travelling menular pada kami semua.  

Namun selain jalan-jalan keluar negeri, tentu kita tak mau melewatkan banyak pemandangan dan suasana indah yang disajikan tanah surga Indonesia Raya. Termasuk yang di flores ini. 


Ada banyak sekali destinasi yang bisa dikunjungi di tanah surga itu. Berikut beberapa di antaranya. Semoga suatu saat beneran kesampaian bisa mengunjungi semuanya ini ya. hehe. 
Aaamiin ya robbal alamiin



Air Terjun Cunca Rami 


berjarak 30 km dari Labuan Bajo, sebelum mencapai air terjun ini anda harus menyusuri hutan Mbelling dan melakukan perjalanan sekitar 30 menit hingga 1 jam untuk mencapainya. Jika anda berkunjung ke manggarai barat tidak ada salahnya mengunjungi tempat wisata ini.

Pulau Kanawa 

terletak 15 kilometer dari Labuan Bajo dan memiliki luas sekitar 32 hektar. Pasir putih dan airnya sangat jernih sehingga anda dapat melihat keindahan karang bawah lautnya. Selain itu jika anda ingin menyelam, anda akan menemukan beberapa hewan laut yang menakjubkan seperti manta, hiu, paus dan hewan menakjubkan lainnya.

Pantai Koka 

terletak di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pantai ini memiliki pasir berwarna putih dengan air lautnya yang jernih. Anda akan terkagum-kagum melihat pemandangannya yang indah, tentunya berkunjung kesini akan membuka mata anda tentang keindahan pantai-pantai di Indonesia.

pink beach


Pernahkah anda melihat hamparan pasir pantai berwarna merah muda? tentu belum bukan? Inilah salah satu keindahan alam yang ada di Flores, Pantai merah muda ini hanya dapat ditemukan di 7 Negara yaitu Indonesia, Bermuda, Filipina, Italia, Yunani, Bahamas, Karibia.


Taman Nasional  KOMODO.

ini merupakan tempat favorit para wisatawan yang mengunjungi Flores. Di pulau ini anda bisa melihat Komodo berkeliaran dari dekat, tentunya dengan pemandu wisata.


Labuan Bajo

 merupakan pelabuhan yang menjadi pintu masuk ke Taman Nasional Komodo. Di labuan Bajo anda dapat mengunjungi beberapa pulau yang menghadap ke pelabuhan ini seperti Pulau Bidadari, Pulau Kanawa, Pulau Kukusan Kecil dan Pulau Serayu. Selain itu anda juga dapat mengunjungi Gua Batu Cermin di Labuan Bajo.

Liang Bua 

terletak di Kabupaten Manggarai, Nusai Tenggara Timur 14 kilometer dari Ruteng ibu kota Kabupaten Manggarai. Di sini pernah ditemukan fosil tengkorak manusia purba yang berukuran pendek yang disebut sebagai Homo floresiensis. Di Gua Liang Bua anda hanya bisa melihat gua besar dengan batu stalagmit.

Kelimutu 

terletak di Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru. sekitar 66 km dari kota Ende dan 83 kilometer dari Maumere tepatnya di puncak Taman Nasional Kelimutu. Danau Kelimutu ini memiliki keunikan tersendiri, danaunya memiliki tiga warna yang berbeda anda bisa melihatnya sendiri ketika mengunjungi danau ini.


Danau Sano Nggoang 


terletak di Desa Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Flores. Kegiatan yang bisa anda lakukan disini adalah rekreasi dengan menungang kuda keliling danau, mandi air panas, trekking.



Flores yang merupakan sebuah pulau di Nusa Tenggara Timur, Indonesia ini memang sangat mengagumkan. Flores terdiri dari enam kabupaten, yakni Manggarai, Ngadha, Ende, Sikka, Flores Timur, dan Lembata. Pulau seluas 14.300 km² ini menyimpan berbagai tempat wisata yang indah.


Jadi, kapan mau ke Flores?

Yuk!






Mei 28, 2016

#BahagiaDiRumah Meski Single Parent

by , in
#BahagiaDiRumah Meski Single Parent


Aku bersyukur atas semua yang dianugerahkanNya kepadaku. Bersyukur saja tanpa kata tetapi. Karena bahkan keterbatasan-keterbatasan yang seolah menjadi paket dari kehidupan ini sejatinya adalah bagian dari karuniaNya. Seseorang menjadi semakin terasah lalu menemukan kekuatan-kekuatan baru yang bahkan tidak ia sadari sebelumnya

Keterbatasan cakupannya sangatlah luas. Bukan keterbatasan fisik saja yang bisa menghalangi. Namun keterbatasan akses, keterbatasan mobilitas adalah juga keterbatasan yang bisa menjadi alasan bagi seseorang untuk maju dan sukses. Apapun itu, keterbatasan harus dan musti dilalui dan ditembus. Karena dengan berjalan menembus batas saja, kita akan sampai meraih impian dan mewujudkan cita-cita.

Tidak mudah menjalani peran sebagai orangtua tunggal sejak kematian suamiku dalam kecelakaan tiga tahun yang lalu. Apalagi dengan posisi di antara tarik menarik antara ibu kandungku dan ibu mertuaku. Mereka sama-sama menginginkan aku tinggal di rumah mereka bersama anak-anakku.

Setelah melalui banyak pertimbangan dan mendengarkan banyak masukan, akhirnya aku kembali ke rumah ibuku dan terpaksa meninggalkan banyak hal yang kurintis di kota suamiku. Konsultan arsitektur dan PAUD. Untunglah, hubunganku yang baik dengan keluarga mertua membawaku tak berlalu begitu saja. Aku masih memegang manajemen PAUD tersebut meski harus kukerjakan dari 25km, yang meski jaraknya kelihatannya dekat, tetapi sifat protektif ibuku membuatku tak bisa bergerak banyak keluar rumah.
“Tidak perlu berpikir karir dulu”, ujar ibu suatu ketika.
Agak aneh bagiku karena ibuku sendiri wanita karir yang berangkat ke kantor jam setengah enam pagi dan sampai rumah jam setengah enam sore, tetapi memintaku tinggal di rumah saja.
“Konsentrasikan dirimu untuk anak-anakmu”, tandas beliau.
Oh, oke.
Alhasil, aku banyak berdiam di dalam rumah, di depan laptop. Sambil tetap berusaha mencari peluang untuk membuka usaha di rumah, karena aku tetap harus memikirkan masa depan aku dan anak-anakku.
Membuka usaha konsultan arsitek di kota kecil tidak prospektif. Terpikir untuk membuka toko souvenir seperti yang dulu pernah kukerjakan saat masih belum lulus kuliah. Tetapi kini banyak sekali toko sejenis sudah dibuka di sekitar tempat tinggal kami namun konsumennya tidaklah banyak. Tidak mudah.

“Coba hubungi teman-teman ayahmu. Siapa tahu bisa ikut jadi pegawai di kantornya”, saran ibu suatu hari. Ahay! Beliau ternyata mulai terbuka juga pikirannya bahwa aku, mau tidak mau, harus tetap bekerja.
“Kalau kerja ikut orang harus disiplin lho, bu. Pagi –pagi harus sudah berangkat, pulangnya sesuai jadual. Belum lembur-lemburnya. Ibu nggak apa-apa aku akan banyak meninggalkan anak-anak?”, aku berusaha memancing reaksi beliau sembari mengingatkannya bahwa menurutnya anak-anakku adalah prioritas utama. Dan utamanya sih aku sejak memiliki kantor konsultan arsitek sendiri dan mengelola PAUD, aku mulai menikmati cara kerja yang bebas, be a boss of my own
Meski tak cocok dengan ibuku dalam banyak hal, seiring kedewasaan dan tempaan kehidupan, aku memilih banyak diam. Meski pandangan kami banyak berbeda tetapi aku menaruh hormat padanya. Beliau banyak mengajarkan padaku kerja keras, kedisiplinan, kesungguhan. Dan meneladankan ketabahan dan kekuatan dengan mengentaskan empat putra-putrinya sendirian sejak ayahku meninggal.
Dan Tuhan ternyata menyayangiku, sungguh. Mungkin karena ada dua anak yatim yang berada di bahuku seorang diri sekarang. Dan mungkin juga ibuku mendoakan aku agar diberikan jalan. DibukakanNya pintu baru bagiku, dunia kepenulisan. Ternyata bakat menulis yang lama terpendam akhirnya muncul lagi seperti intan yang tersembul dari dalam lumpur. Dhul!
Di tengah kesibukan momong dua anakku, enam dan empat tahun, aku menulis dan mengirimkannya ke event-event penulisan via facebook. Tapi dengan sikap ibu yang tidak mendukungku, aku harus mencuri waktu untuk bisa menulis. Malam-malam saat semua orang terlelap, aku sengaja menahan kantuk agar bisa menulis. Ada waktu lumayan panjang juga yang lepas dari pengawasan beliau ketika ibu beraktifitas di kantor. Tetapi dua anakku sering sekali merecoki dan mengganggu.
Jika aku sedang tidak mempunyai kesempatan mencurahkan ideku langsung ke computer atau laptop, aku bergegas menuliskannya dengan pena ke buku yang sudah kusediakan. Khusus untuk menulis seluruh ide-ide yang kadang datang tak diundang, tiba-tiba dan semena-mena. Hehe. Sambil menemani anakku makan atau bermain.
Jika ibu tampak mendekat, aku langsung menyembunyikan buku spesialku itu ke balik sesuatu. Entah kursi, karpet atau barang apapun yang bisa menutupinya dari pandangan ibu. Demikian juga dengan buku yang kubaca karena kita membutuhkan banyak bacaan untuk bisa men-charge dan mengembangkan kemampuan menulis kita.
Termasuk saat menulis dan menyelesaikan novel pertamaku. Mencuri –curi waktu seperti ini rasanya tidak nyaman. Tetapi aku harus menembus batas, tidak ada alasan apapun untuk membiarkan cita-cita terhadang.
Alhamdulillah.
Kemudian buku-buku antologiku lahir. Sehingga tak terasa tujuhbelas buah buku antologiku terbit di berbagai penerbit. Kesuksesan kecil yang kita dapatkan senyata-nyatanya mendorong kita menemukan kesuksesan-kesuksesan berikutnya.
Seiring dengan itu, novel pertamaku selesai setelah hampir lima bulan mengerjakannya duet dengan seorang sahabat. Dia banyak memacuku untuk terus bersemangat meski aku seakan berada di dalam menara gading dan rumah salju. Karena kebekuan komunikasi terutama antara aku dan ibu.

“Keren. Kok bisa sih arsitek jadi penulis”, demikian komentar saudara dan teman-temanku. Meski sebagian teman dekat tak heran karena mereka mungkin telah melihat kiprahku dalam kepenulisan ketika memenangkan beberapa lomba menulis serta menjadi redaksi mading maupun bulletin di sekolah dan di kampus.

Dan Alhamdulillah, keberanian –keberanianku muncul kembali setelah sebelumnya stagnan karena merasa beku di tengah kungkungan dan pingitan ibu. Lucu, bukan? Seharusnya janda seperti aku lebih bebas bergerak dan merdeka, tetapi malah dipingit melebihi masa-masa kegadisanku dulu. Ya, sudahlah.  Aku mengambil hikmahnya saja dari semua ini, pada akhirnya, setelah melalui pemberontakan-pemberontakan kecil dalam pikiran dan hatiku.
Untungnya dunia maya membebaskan kita bergerak ke mana saja, berhubungan dengan siapa saja dan akhirnya meluaskan apa saja. Termasuk pertemuanku dengan partner menulisku. Kami menulis novel Mayasmara bersama. Sebuah novel kebaruan karena konsepnya tak biasa, unik dan berbeda baik dari sudut konsep, ide cerita dan penceritaan. Menulis novel ini banyak menggali kemampuan menulisku.
“Kamu harus menjadi sesuatu. Untuk anak-anakmu”, pacu partner menulisku. Sahabat mayaku inilah yang terus menerus menghembuskan udara keberanian.
“Kamu punya potensi. Kamu punya visi. Dan kamu punya tugas. Ayo kamu bisa”, begitu terus dia mencecar telingaku dengan lecutan-lecutan. Seorang sahabat dengan ketulusan memang bisa membangkitkan tidur kita, menciptakan mimpi-mimpi baru dan membuat kita terjaga. Lalu meniti tangga kesuksesan dengan dukungan tanpa syarat.
Sehingga setelah istikhoroh, aku mengambil loncatan yang tak pernah kukira sebelumnya meski jauh di masa lalu impian ini pernah ada dalam memoriku.
“Hwooooaaaaaa……aku terjun bebas……”
Tulisku ke inbox nya di hari pertama aku mempublish novel kami.
Aku menerbitkan novelku sendiri. Langkah berani yang diambil seorang ibu muda dengan dua anak yang masih suka merajuk. Semua dikerjakan dari balik laptop di dalam kamar. Senang sekali rasanya akhirnya create something tanpa harus meninggalkan anak-anakku. 
Mereka juga  mulai turut menikmati peran baruku ini. Si sulung membuat gambar di kertas-kertas kemudian melipat dan menstaplesnya menjadi sebuah buku. Anak keduaku yang perempuan kadang-kadang bermain peran seolah-olah dia penulis terkenal.
“Mau ditanda tangani?”, tanyanya padaku seolah aku penggemar buku-bukunya. Haha..
Bagian yang paling membahagiakan adalah mereka bersenang-senang dan bahagia bersamaku. Aku menikmati berkah ini.

Dan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, kemudian seperti aliran sungai yang menyibakkan payau-payau di permukaannya, beberapa penulis lain mengajukan naskah untuk diterbitkan. Membantu mereka memulai langkah tak hanya membungakan harapan akan kemajuan dari penerbitan yang kurintis tapi juga seperti suatu panggilan jiwaku untuk membuat mereka bertambah semangat di jalan kepenulisan yang kini kutempuh.
Tapi lagi-lagi keterbatasan mobilitas menjadi kendala dalam menyelesaikan tugas-tugas baruku di bidang penerbitan. Aku akhirnya pontang-panting mencari cara bagaimana mencetak buku dengan harga yang terjangkau dan dapat kukerjakan dengan segala keterbatasanku.
Allah maha pemurah dan maha penyayang menunjukkan jalan padaku untuk kembali bertemu dengan mereka yang dulu ‘menjerumuskan’ aku ke dunia kepenulisan ini. Alhamdulillah mereka banyak membantuku, sehingga aku cukup bekerja di depan laptopku saja. Silaturahim, persaudaraan dan kepercayaan juga kerjasama senyata-nyatanya menjadi jalan yang ditunjukkanNya bagiku untuk terus berjalan menembus batas itu.
Tak ada yang tak mungkin. Tak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Meski tentu saja melalui berbagai ikhtiar-ikhtiar dhohir, batin dan juga tawakkal kepadaNya. Sejak dari awal melangkah, selama proses dan perjalanan sampai kadang tiba di titik jenuh.
“Bangunan yang kau kini bangun pun suatu ketika akan runtuh, Fi”, sahabatku mengingatkan. Benar juga pesannya, karena memang tak ada yang abadi di dunia.
“Jadi berbuatlah yang terbaik dimanapun dan apapun yang kau kerjakan”, tuturnya penuh kebijakan. Dia adalah salah satu orang yang selain sahabat baik juga guru bagiku.

Langkah kecil yang dimulai dengan kecintaan dan harapan tampaknya harus dilanjutkan. Meski tidak kecil resiko dan tidak sedikit kendala yang dilalui, juga peranku yang harus berbagi dengan kepengurusan PAUD dan momong anak-anak, bajaku harus terus diasah dan diasah.

“Nanti dimarahin boss-nya umi?”, pertanyaan anakku yang sering muncul jika aku terpaksa meninggalkan mereka untuk sebuah tugas di kantorku dulu, kini tak lagi kurisaukan.
“Tidak, nak. Kita bisa menjadi boss diri kita sendiri”, dalam hati kubisikkan itu padanya. Lebih dari semua itu, kami bahagia.

Ternyata kemampuan selalu seiring dengan tanggung jawabnya. Demikian kakek Peter Parker dalam film Spiderman berpesan, dalam kekuatan yang besar juga terdapat tanggung jawa yang besar. Benar saja, aku tidak bisa lepas begitu saja dari peran dan statusku sebagai arsitek. Teman-teman dan juga kolega masih menghubungiku untuk minta didesainkan rumah tinggal ataupun bangunan lainnya.
Dengan banyaknya beban pekerjaan dan fikiran serta minimnya waktu, aku kembali terkungkung keterbatasan dan mungkin bisa saja memilih excuse, beralasan. Tetapi dosen manajemenku di kampus arsitektur dulu, dosen yang sangat kukagumi, berpesan untuk tidak menolak rejeki. Pastikan bisa mengerjakan segala tugas apapun.

Bagaimana caranya?
Outsourcing. 
Kuterima berbagai order desain itu dan lagi-lagi Allah dengan segala kuasa dan kasihsayangNya, mempertemukan aku dengan arsitek yuniorku. Pertemuan yang telah diatur olehNya.
Teman lamaku membawa temannya ke rumah karena ingin dibuatkan otobiografinya. Temannya temanku ini ternyata mempunyai seorang keponakan perempuan yang juga anak arsitek UNDIP. Obrolan singkat dan terkesan lewat ini terekam dengan baik. Sehingga ketika aku membutuhkan bantuan, kuhubungi temannya temanku untuk menanyakan nomer telpon keponakannya itu. Alhamdulillah, kami cocok dan akhirnya bekerja sama.
Nyata senyata-nyatanya, silaturahim membawa kita berjalan menembus batas. Sebagaimana juga silaturahim dan networking ini yang akhirnya bisa membawa novelku ke beberapa Negara di belahan dunia ini. Selain menyebar di seluruh Indonesia, novel itu juga terbang ke Makkah, Mesir, England dan Hongkong.
Subhanallah. Cita-citaku yang lain adalah travelling ke beberapa Negara dan kalau bisa berkeliling dunia. Dan novel karyaku telah memulai perjalanannya terlebih dahulu. Semoga Allah mengabulkan cita-citaku. Aamiin.
Dia yang mengabulkan semua cita-cita. Dia yang mendengar segala keinginan. Syukur dan puji kepadaNya yang telah memperjalankanku ke Haromain, tanah suci Makkah dan Madinah untuk melaksanakan haji dan umroh beberapa tahun lalu. Dan bahkan dari perjalanan itu, beberapa ide cerita mengalir dalam naskah novel dan cerpen-cerpenku. Dia yang Maha Kaya, yang Maha Memampukan. Sampai kadang terlintas dalam benakku, It’s too good to be true, ini terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Tetapi demikianlah Dia berkehendak, sehingga menjadikan kita semakin tertunduk malu di hadapanNya.
Betapa banyak karuniaNya meski seringkali kita lupa berterimakasih dan lebih banyak mengeluh daripada mengingat. Semua karunia ini yang sedang kukerjakan dalam keterbatasan mobilitasku, menulis dan mengelola penerbitan, mengelola PAUD, memulai lagi konsultan arsitektur, merintis usaha property di kota kecilku, sepatutnya disyukuri dan disyukuri. Bukan gurita, jika semua ini inginnya kukerjakan. Tetapi karena tidak ingin menyia-nyiakan potensi dan kesempatan yang Dia berikan. Semoga semuanya menjadi ajang pembelajaran bagiku untuk bisa menjadi sebesar-besarnya kemanfaatan bagi sesama. Aamiin.

“Bekerja di mana sekarang?”, seorang guruku masa SMA bertanya ketika suatu ketika kami bertemu di suatu tempat. Alhamdulillah beliau masih mengenaliku, secara mungkin karena aku pelajar dan lulusan terbaik di SMA masa itu.
“Di rumah, bu”, jawabku sambil tersenyum.
Beliau terdiam. Entahlah apa yang beliau pikirkan. Mungkin masygul karena mendengar seorang murid terbaiknya hanya di rumah saja.
Demikian juga jawabku jika ada yang bertanya dengan pertanyaan yang sama. Lha memang kenyataannya aku belajar di rumah. Jika tidak dikejar dengan pertanyaan berikutnya, aku biasanya juga tidak menjelaskan panjang lebar. Hehe…
Ternyata di rumahpun, dengan segala keterbatasan, kita bisa menembus segala batas. Dengan ijinNya, dengan karuniaNya. Alhamdulillah.
Untuk bisa terus menulis, aku harus banyak membaca. Apa saja. Termasuk majalah. Karenanya senang dan ikut bahagia akan adanya Novaversary ini. 







Mei 15, 2016

Keep Going On

by , in
Keep Going On



Menarik sekali melihat dunia perbloggingan dan perbloggeran.  Penuh tantangan, kadang juga intrik dan pergulatan sepanjang masa antara ego, duniawi, spirit ukhrawi dan keabadian yang hakiki serta banyak persoalan lainnya.

Sebagai contoh adalah yang baru-baru ini bisa kita rasakan. Bahwa meskipun para blogger perempuan di Semarang sudah membuat komunitas tersendiri agar bisa  independen dari akar asalnya yang berpusat dari Bandung waktu itu maupun pendahulunya komunitas blogger untuk para emak, yang artinya komunitas baru inilah yang bisa dianggap sebagai 'penguasa baru' di dunia blog Semarang, tetapi komunitas awal yang menginspirasi ini tidak menyerah dan mundur begitu saja. Mereka tetap maju, keep going on, menjelajah semarang. Ahay. Nggak apa-apa juga sih. Toh  sebuah wadah untuk blogger cewek disusul sesudahnya oleh wadah pelatihan blog yang digagas oleh kolaborasi beberapa blogger hits Jakarta, juga ikut merambah Semarang.

Apa artinya?

Bisa jadi banyak toko baru, komunitas baru, pemain baru, tapi jangan sampai membuat pemain lama keder dan mundur karena merasa tidak enak hati, enggan dan semacamnya.

Dan yang kemarin terlihat, semuanya berjalan aman dan baik-baik saja. Bahkan para perintis senior yang juga ikut turun  gunung untuk membersamai pembicara hari itu juga tak kentara ada persaingan satu sama lain.

Sebenarnya semua bisa berjalan semua, bareng-bareng tanpa saling bergesekan, asal percaya bahwa rejeki dariNya tak mungkin tertukar. Iya kan ya?

Jadi makin un-insecure, dan memberi insight bahwa bagaimanapun keadaan kita, berapa lamapun kita pernah main dan berada di tempat itu sebelumnya dari yang lainnya, tetap saja bergerak. Jangan sungkan seolah tak mau digantikan atau diregenerasi. Bukan seperti itu. Karena sejatinya masing-masing kita ini sedang terus berada  dalam proses pembelajaran untuk semakin baik dalam track yang sudah kita tempuhi dan perjuangkan selama ini. Amiin. Insya Allah



Mei 15, 2016

Honeymoon Sekaligus Ulang Tahun

by , in
Honeymoon Sekaligus Ulang Tahun


Walaupun ada orang yang bilang kalau ulang tahun tak seharusnya dirayakan karena konon katanya:

1. tak ada petunjuk ataupun contohnya di jaman rasul alias bid'ah

2. justru harus diratapi karena itu berarti berkurangnya jatah umur

3. semestinya setiap hari harus dirayakan

4. sebenarnya tiap hari sama saja, mau ultah atau tidak

5. dan lain-lain

namun aku seringnya tetap merayakan ulang tahunku dengan cara sederhana setiap tahunnya. 

Kadang hanya dengan bawa jajanan kecil dan permen-permen untuk dibagikan dengan teman-teman sekelas dan  sesama pengurus OSIS atau ROHIS yang sedang datang rapat atau hanya berkumpul duduk-duduk di sekretariatan pada hari itu.

Ada beberapa yang sangat berkesan, salah satu di antaranya adalah ulang tahun paling membahagiakan yang kudapatkan pada usiaku dua puluh lima tahun. Aku dan suami yang menikah maret tahun itu akhirnya berkesempatan honeymoon persis sebelum, pas hari H dan sesudah hari ulang tahunku. 

Adalah habib luthfi pekalongan serta seputaran dunia pertasawufan, persufian, perhadrohan, perhabiban dan juga magnit traveling yang menjadi pengikat antara aku dan suami yang waktu itu dijodohkan. 

Karenanya ketika ada tawaran dari suami untuk kami berangkat bersama-sama jamaah maulid Habib Hasan ke acara haulnya keluarga habib Hasan di Jakarta, aku langsung mengiyakan. 

Berangkatlah kami dengan beberapa mobil ke Jakarta beberapa hari sebelum ultahku. Kami langsung disambut hangat oleh keluarga Habib Hasan di Jakarta. Selain mengikuti acara haul, kami juga  silaturahim ke beberapa kerabat dan sanak keluarga beliau yang lain di beberapa rumah yang berbeda. Sungguh pengalaman yang baru buatku karena bisa sedekat itu dengan keluarga habaib. 


Selepas dari acara haul dan silaturahim, rombongan pun bergerak melanjutkan perjalanan ke masjid keramat luar Batang. Terutama di tempat yang kelihatannya kacau balau alias tak teratur ini justru juga  menggoreskan kesan tersendiri. Makanya ketika ada kisruh luar batang mau digusur itu rasanya sediiiiih banget.








Masjid Luar Batang ada di tengah kampung padat permukiman buruh dermaga dan nelayan di Penjaringan. Berada di antara gang sempit, sekitar 300 meter dari jalan utama Pasar Ikan, yang jelas, masjid ini mampu menjadi pelindung dari hawa panas musim kemarau di Jakarta Utara.

Masjid Luar Batang tergolong masjid tua di Jakarta. Konon, masjid ini dibangun pada 1732 oleh Alhabib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al 'Aydrus. Ia tiba di Pelabuhan Sunda Kelapa, Batavia, dari Hadramaut, Yaman, ketika wilayah Luar Batang masih berupa rawa-rawa.

Luar Batang sebenarnya julukan bagi sang Habib. Cerita turun-temurun menyebutkan, ketika ia wafat (1756), Belanda melarang jenazahnya dimakamkan di daerah itu. Para pendatang harus dimakamkan di Tanah Abang.

Hanya, ketika diusung dengan kurung batang (keranda dari bambu), para pengikutnya menemukan jenazah Habib Husein tak ikut serta. Sebaliknya, jenazah malah didapati kembali ke kediamannya, tak jauh dari masjid.

Kejadian itu berulang tiga kali hingga para pengikutnya bermufakat untuk memakamkan di tempatnya sekarang, di sisi kanan Masjid Luar Batang.

Kini, hampir tiga abad berlalu, sisa bangunan asli memang sudah tak tampak lagi. Seluruh bangunan sudah dirombak total pada 1992. Kubah masjid yang semula berbentuk bawang diganti dengan kubah joglo.


Sebanyak 12 tiang utama dari kayu juga dibongkar dan diganti dengan pilar beton. Sementara itu, lantai kayu dan ubin sudah diganti dengan keramik dan batu granit. Selain itu, masjid kini memiliki sejumlah kamar untuk para peziarah ataupun musafir yang datang atau singgah.

Sekitar 200 orang berkumpul untuk berbuka bersama tiap Ramadan. Merupakan  bagian lain dari tradisi yang dijaga di masjid itu. Menyantap takjil memang tak dibutuhkan waktu lebih dari 15 menit. Namun menantikan dan menikmatinya telah menghadirkan kebersamaan bagi mereka yang hadir di sana.



Menjelang Ramadan jumlah peziarah yang datang banyak sekali. Mereka datang dari berbagai kota di seluruh Indonesia, bahkan hingga mancanegara. Waktu itu sampai orang dari Belanda ziarah kesini.
Berbicara mengenai sejarah Masjid Luar Batang ini memang sedikit membingungkan. Sebab, banyak cerita berbeda yang keluar dari berbagai sumber. 

Konon dulu tanah ini kan tanah milik Belanda yang diberikan kepada Habib Hussein.
Seorang turis asal Tionghoa menulis bahwa tahun 1736 dia meninggalkan Kota Batavia dari Sheng Mu Gang atau Pelabuhan Makam Keramat, saat ini dikenal dengan Pelabuhan Sunda Kelapa. Di lokasi tersebut terdapat makam yang dianggap keramat di daerah Pelabuhan Batavia.
Pada 1916, di atas pintu masjid tercatat bahwa gedung masjid selesai digarap pada 20 Murharam 1152 H atau 29 April 1739. Masjid ini kurang berkiblat, sama halnya dengan Masjid Kebon Sirih dan Masjid Cikini.
Oleh karena itu, ada seorang penulis, Abubakar Atjeh, yang menganggap bahwa dulunya ruang masjid ini adalah bekas rumah kediaman orang, kemudian digunakan sebagai mushola atau masjid.
Dari beberapa cerita mengenai masjid tersebut, masih menyisakan pertanyaan-pertanyaan tentang kebenaran yang pasti. Karena cerita asal-usul makam keramat merupakan cerita turun menurun yang datanya masih kurang lengkap. Artinya, sumber-sumber yang mengetahui pasti pada zamannya itu tidak lengkap.
Maka dari itu, pengurus masjid enggan berkomentar mengenai sejarah masjid dan makam keramat tersebut lantaran takut salah memberikan informasi. Terkenalnya masjid dan makam keramat ini dalam nilai sejarah, menjadi faktor utama yang mengundang datangnya peziarah. Dari masa ke masa, masjid ini sudah beberapa kali direnovasi.

Kami semua berziarah, sholat dan berdoa dengan khusyu di sana. Magnet energinya serta aura spiritualnya terasa sangat kental sekali di udara, juga berasa menembus ke jantung dan ulu hati. Tak terasa kami semua menitikkan air mata. Bahkan beberapa teman sesenggukan dengan dahsyatnya.

Ketika teman-teman jamaah maulid balik ke Semarang, kami sengaja memisahkan diri karena ingin melanjutkan jalan-jalan hanya berdua saja. Kami singgah di rumah paman kami di Jakarta, dan beliau mengantar kami berjalan-jalan di kantornya, juga wisata kulineran serta wisata belanja di mall. Halagh :D

Kami kembali ke Semarang dengan cinta yang makin bertambah-tambah dan bekal keakraban yang kami jalin selama honeymoon yang jatuh pada hari ultahku. 




Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog ulang tahun kelima Warung Blogger 

foto dan sejarah masjid luar batang dari berbagai sumber di internet


Mei 14, 2016

#ngemilbaca The Secret Of Room

by , in

#ngemilbaca The Secret Of Room




Kebetulan banget pas lagi curious about Batam, eh malah dapat kiriman empat puluh halaman pertama novel baru yang bersetting di Batam. Berikut beberapa kesan pembacaanku akannya.
Pas awal baca,kirain tokoh aku itu cewek sebab pengarang cewek, tapi baru sadar kalau itu cowok, pas sopir taksi menyapanya pak #TSOR
Ada satu scene yang mengingatkan kita pada kejadian meninggalnya seorang copy writer sebab lembur beberapa hari tidak tidur. Menjadi pemicunya untuk liburan #TSOR
Kita dibikin penasaran dengan satu nama yang disembunyikan, yang ditampilkan lewat dialog Al  dan  George. Pas penasaran, kita dibawa lompat flashback #TSOR
Kritik sosial, politik. Kita langsung meraba-raba apa kira-kira peristiwa th 84 yang diangkat dlm #TSOR ini. Tanjung Tritis, Husein Abdul Rahman. Alur zig zag nih
Kita bisa menangkap keberanian dlm #TSOR mengingatkanku pada negeri di ujung tanduknya TL. Mengungkap kebusukan-kebusukan di negeri ini. Jadi penasaran lanjutannya.
Timeline yang musti rapi tentu saja, karena penceritaannya lompat-lompat, sehingga bulan-tahun gak boleh keliru. Musti logis, plausibel dan correlated
Suka dengan cara penggambaran karakter-karakternya, smooth, baik fisik  dan  psikis juga latar belakangnya. Dialog-dialognya juga bernas. Detail settingnya bgs #TSOR
Yang dulu kita dapat saat liqo, tentang perang pikiran ghozwul fikr ditampilkan di #TSOR ie,upaya membawa bioskop ke dekat masjid,pengikisan iman dari dalam
Beking tentara dan penguasa pd hal-hal yang justru merusak moral bgs ini bukan rhs. justru mrk yang mengobok-obok ketentraman masyarakat dengan provokator-provokator #TSOR
Sudah bisa kita duga, Husein ini mungkin ayah dari menteri yang hire Al untuk menulis novel tentang ayahnya itu.untuk memulihkan nama baik beliau. Mungkin. #TSOR



Mei 14, 2016

Banyuwangi Nan Eksotis Dan Relijius

by , in
Banyuwangi Nan Eksotis Dan Relijius

Alhamdulillah, aku dan anak-anak sudah pernah berkesempatan menghabiskan liburan akhir tahun di Banyuwangi waktu itu. Menurutku Banyuwangi merupakan salah satu kota yang eksotis di samping Jogja, Solo dan Cirebon. 

Kami tiba di Banyuwangi sekitar sejam sebelum dhuhur, sehingga kami putuskan untuk langsung check  in ke Hotel Ketapang yang punya special previlege,  view langsung ke selat Bali.




Siang itu usai istirahat sejenak dan makan siang, kami langsung lanjut perjalanan ziarah ke salah satu makam auliya di Banyuwangi yang terkenal. Maqom Waliyullah Datuk Abdurrahim bin Abu Bakar Bin Abdurrahman Bauzir ini berada di jalan Basuki Rahmat Keramat Banyuwangi.




Ada banyak sekali peziarah yang datang dari berbagai kota dan bahkan dari berbagai pulau. Semua  ingin melihat dari dekat dan meneladani sikap serta perjuangan beliau dalam berdakwah mensyiarkan ajaran rahmatan lil alamiin.



Sore selepas dari makam dan juga masjid Baiturrahman Banyuwangi, kami ke hotel untuk mandi, bebersih dan ganti baju. Lalu malam itu kami  habiskan waktu untuk makan malam bersama teman di salah satu tempat makan di sudut Banyuwangi yang juga kaya wisata kuliner. Tidak lupa selfie-selfie selagi menunggu pesanan makanan datang. Ahay :D




Alun-alun Banyuwangi penuh sesak oleh masyarakat yang datang dari  banyak tempat karena memperingati ulang tahun alias hari jadi Kota Banyuwangi. Berbagai hiburan baik lokal maupun artis nasional membuat malam jadi hangat dan meriah. Pak Bupati Azwar Anas pun memberikan sambutan juga penghargaan pada beberapa orang yang punya pencapaian serta kontribusi pada Banyuwangi sepanjang tahun itu.



Ahay, kami tak melewatkan kesempatan untuk naik-naik odong-odong wisata mengelilingi alun-alun banyuwangi, meskipun kami harus menggenjot becak berpenumpang empat itu sendiri. Hahaha. Ayo genjot, genjot terus.




Malamnya kami tepar di hotel karena kecapaian. hiks. Tapi pagi-pagi sekali anak-anakku langsung mengajak berenang di kolam hotel, karena mumpung gratis. Halagh.



Seusai berenang dan mandi pagi, kami sarapan bareng pak Bupati  dan beberapa pengusaha yang kebetulan juga sarapan di hotel ini. Waduh, kesempatan langka ya.

Setelahnya, tak lupa kami foto-foto di banyak spot bagus dalam kawasan hotel yang sejuk dan alami ini.



Sepanjang hari itu  kami menyewa trooper alias mobil  rail untuk mengunjungi banyak tempat di sudut-sudut Banyuwangi. Maksud hati ingin mengejar matahari terbit alias sun rise  di Muncar, tetapi karena tadi anak-anak mengajak berenang dulu sehingga  batal deh nggak lihat sun rise-nya. Tapi kami tetap dimanjakan oleh pemandangan perahu-perahu hias yang banyak sekali jumlahnya di tempat wisata ini.




Dari Muncar, kami lanjut mengunjungi sentra-sentra kerajinan yang ada di Banyuwangi. Lokasinya agak berjauhan satu dengan yang lainnya. Karena memang masing-masing daerah punya andalan kerajinannya masing-masing.

di sentra batik kami bisa lasngsung menyaksikan prose pembuatan batik, baik yang dibuat dengan tangan alias batik tulis ataupun batik printing, cetakan. Tak lupa kami membeli beberapa kain batik untuk oleh-oleh maupun untuk kami sendiri.



Tiba di  kampung dengan sentra kerajinan  bambu, kami disambut dengan hujan deras. Tapi tak menghalangi untuk turun dari mobil dan menikmati berbagai kerajinan serta prosesnya di sana.




Dari sentra-sentra itu kami lanjut perjalanan ke pojok timur kota Banyuwangi untuk bersilaturahim ke salah satu pesantren di  sana. Rasanya adeeem banget masuk kawasan  pesantren ini sebagaimana kalau kita masuk ke banyak pesantren lainnya. Terasa sekali hawa  dan aura Alquran yang sejuk menaungi kawasan ini.



Selepas bertangis-tangisan haru dan bertukar cerita serta bercengkerama dengan para penghuni pesantren, kami lanjut jalan ke Pura. Hebat tho Banyuwangi. Di situlah salah satu bentuk eksotismenya. Karena berbagai agama berdampingan dengan indah dan harmoni. 


Setelah meminta ijin dengan penjaga Pura, kami berfoto-foto di berbagai sudutnya juga menikmati upacara yang sedang diselenggarakan di sana. Para peserta upacara bahkan datang dari Bali selain juga para pemeluk agama Hindu di Banyuwangi.





Singgah ke pasar seni dan membeli oleh-oleh menjadi agenda selanjutnya. Tak lupa makan siang da juga sholat serta istirahat sebentar.

Sesudahnya kami jalan ke sebuah desa yang memiliki reruntuhan peninggalan kerajaan Majapahit. Inilah salah satu situs Blambangan yang selama ini hanya kami baca di koran maupun situs on line. Sayangnya kami susah mencapai lebih dekat lagi reruntuhan itu, karena letaknya di tengah-tengah persawahan.  sedangkan land  trooper hanya bisa sampai di jalan galengan saja.


Sore itu kami ke kafe untuk menikmati kopi dan jajanan khas Banyuwangi. Asyiik..



Kami menghabiskan malam terakhir di Banyuwangi dengan dinner di restauran Dapur Oesing. Menikmati makanan-makanan dan minuman khas Banyuwangi. Serta menikmati musik-musiknya yang eksotis.



Namun anak-anak juga mengajak ke KFC untuk membeli makanan kesukaan mereka. Hadeuh, baiklah. Jadi ke sanalah kami juga menikmati kudapan dan minuman serta kota Banyuwangi dari sisi lain.



Daaan.....sempat-sempatnya loh anak-anak main di Dream Zone di mall dekat KFC Banyuwangi tadi. Yach, dasarnya memang jalan-jalan sama anak-anak, ya mau nggak mau ngikutin maunya  mereka juga yach :D



Selepas berputar-putar lagi ke beberapa sudut Banyuwangi termasuk kawasan yang menuju Kawah Ijen menggunakan land  trooper  yang kami sewa, barulah kemudian kami ke Stasiun Karang Asem untuk melanjutkan perjalanan. Bisa ditebak deh, sepanjang perjalanan kereta itu kami tepar di bangku masing-masing.


Pengalaman tiga hari dua malam di kota eksotis itu telah mengguratkan kesan tersendiri dalam kehidupan kami. Meski demikian ada juga banyak tempat wisata di  Banyuwangi yang belum sempat kami kunjungi. Sehingga kalau memungkinkan, kami ingin sekali untuk bisa berkunjung ke sana lagi. Dan aku sudah pasti akan rajin jalan ke  http://www.traveloka.com/hotel/indonesia/city/banyuwangi-103299  untuk melihat pilihan akomodasi alternatif di kota eksotis ini.


Mei 11, 2016

Kualitas, Konsistensi Dan Memanusia

by , in
Kualitas, Konsistensi Dan Memanusia


Aku sudah mulai belajar, memperhatikan dan menyadari bahwa seringkali Cara dan jalan menuju terwujudnya impian kita tak selalu sama dengan apa yang pernah kita angankan. However, we should thank and being grateful because He finally makes our dreams come true. Whatever the way.

Misal nih, suatu ketika saat aku dan anak-anakku berada di sebuah home stay di Bali, langsung aku kepikiran ingin punya rumah sendiri. Dan Tuhan pun mewujudkannya dengan segera dengan cara yang tak kusangka sebelumnya.

Pingin ketemu maestro A, B,C dan seterusnya, alhamdulillah ada saja jalannya ketemu.
Dan yang akhir-akhir sedang terjadi, impianku untuk  ke luar negeri lagi, juga punya sebuah learning centre insyaAllah akan segera mewujud, meski cara dan jalannya tidak persis seperti yang kurencanakan. Tuhan mewujudkannya dengan cara dan jalan keluar lainnya, yang mungkin disesuaikan dengan kapasitas serta keterbatasan diriku.

Namun dari semua impian yang akhirnya satu persatu mewujud itu, aku belajar bahwa jangan pernah berhenti untuk bermimpi. Karena Dia akan mewujudkan impian kita, dengan cara dan jalan seperti apa yang Dia kehendaki.

So, mari terus bermimpi. Satu tahun ke depan, ingin rasanya punya mobil lagi, karena dua mobil terdahulu yang pernah dimiliki sudah dijual.
Dalam lima tahun ke depan, meskipun kini sudah mulai merintis learning centre di suatu tempat, ingin rasanya learning centre di tempat yang dari dulu diimpikan juga akan mewujud. Berikut fasilitas pendukungnya.

Sepuluh tahun ke depan, semoga aku konsisten di jalan para cendekia ini, menjadi penulis yang makin berkualitas juga makin memanusia. Serta mendapat keridloanNya. Anak-anakku menjadi generasi penerus yang cerdas, beraklahqul karimah,berkualitas dan sebagaimana dalam doa-doa yang kita panjatkan, qurrota ayun dan imam bagi orang-orang yang bertakwa, mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Aamiin.



Tulisan ini diikutsertakan dalam #WhatsYourGoalsGiveaway2016
Mei 08, 2016

Jadi Kontributor Tapi Di-Crawl?

by , in
Jadi Kontributor Tapi Di-Crawl?



Konon katanya untuk bisa menjadi lebih canggih dan pro di dunia perbloggeran, kita musti juga aktif berkontribusi serta menyumbangkan tulisan ke blog atau web lain. Menyumbangkan ini bisa berarti diberi penghargaan sedikit atau bahkan memang tidak ada fee-nya sama sekali.

Tujuannya agar lingkaran dan network serta impact kita semakin luas dan menyebar ke mana-mana kayak virus. hehe.

Tapi gimana kalau ternyata dalam upaya berkontribusi itu kita mendapatkan pengalaman-pengalaman yang kurang nyaman dan agak ganjil. Misal yang pernah suatu waktu kualami ini.

Beuh, pas mau sign up di suatu web yang konon bisa jadi kanal kita dapat job as influencer pakai email susah banget ya, kayak diarahin supaya pakai sosmed atau blog atau YouTube aja. Mau nge-crawl maz? #suspicious

Kayaknya sih web-web yang bisa jadi kanal kita nulis itu kadang-kadang  suka urik alias nakalan. Karena  main nge-crawl aja. Yang sempat bikin keki tuhm kita daftarnya pake akun apa, eh kok bisa tampilannya pas dia share, akun kita yang kemention adalah akun kita yang lain, yang bukan kita daftarkan. Gimana cara mainnya tuh, ngeri kan?!

Sama halnya ketika kita apply jadi member suatu bisnis semacam MLM, lalu data kita disimpan mereka hingga ke detail-detailnya, apa itu tidak rawan menjadi blunder karena  sekarang rawan hacking dan semacamnya. Alih-alih kita yang mendapat royalti atau keuntungan, malahan mereka yang bisa setidaknya jualan data kita atau yang lebih parah lagi justru bisa menghack. Ih, ngeri.


Mei 08, 2016

Un-InSecure

by , in
Un-InSecure



Beberapa waktu lalu, aku tergelitik saat menemukan postingan salah seorang teman blogger di grup komunitas yang terdiri dari murid-murid pelatihan blogger-nya tiga blogger senior ibukota.

Salut banget ama mbak A ini, karena meskipun dia sudah yahud dari dulu, jauh sebelum ikut pelatihan yang ini, tapi ia justru bilang kalau pencapaian terbarunya kemarin sebab trigger dari 'guru' barunya ini. Wow! Antara tawadlu dan pinter nylondoh alias pinter mengambil hati gurunya dan pembaca yang lainnya:)

Ia sama sekali gak merasa insecure karena semua orang toh sudah paham kemampuannya sejak lama. Dan memang begitulah yang bisa kita baca di komen-komen atas postingannya tersebut. Banyak yang kemudian justru memberikan testimoni akan 'kehandalan' A ini sejak dulu.

Uhuy!
Joss kan? 
Pinter atuh. Patut dicontoh gayanya, grateful, remarkable.

remarkable by remark others. keren deh!

Post Top Ad