Haul Sultan Fatah Sayyidin Panatagama
Memasuki tahun 2016, tak terasa beberapa bulan lagi kota Wali akan menyelenggarakan kembali Haul Sultan Fattah Sayyidin Panatagama,
Tahun lalu untuk memperingatinya ada majlis Dzikir, Maulidurasul SAW dan Haul Akbar digelar di Alun-Alun Kabupaten Demak dimulai dari pukul 7 pagi. Banyak orang pun berbondong-bondong datang ke majlis dzikir yang merupakan sebagian dari taman-taman surga.

Ada sekitar 500 tratag/terop dan terop panggung utama 20×50 meter ditata di alun-alun Demak untuk menyambut para tetamu agung dan masyarakat.

Tradisi haul akbar sekaligus untuk menyambut Ramadan ini dihadiri sekitar 70.000 jamaah dari berbagai kota/kabupaten di Jateng, DIY, Jatim, dan Jakarta.

Acara dimulai pukul 07.00 dipimpin Mursyid Tariqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah al-Oetsmaniyyah. Rangkaian acara majelis zikir berupa istighotsah, pembacaan Yasin, Manaqibil Shultonil Auliya Sayidina Syekh Abdil Qodir Al Jilani Ra, Maulidurrasul SAW, dan diakhiri tahlil akbar.
Haul akbar digelar dalam rangka memperingati Haul Sulthonil Auliya Sayyidina Assyeh Abdul Qodir Al Jilani Ra, para wali sanga di Jawa Tengah, dan Al Arif Billah Sayyidina Assyeh Muhammad Utsman Al Ishaqi. Majlis zikir ini bertujuan mengembangkan ukhuwah dan syiar Islam, serta . mendukung keterciptaan suasana kondusif bagi ruhaniyah umat.

Kegiatan akbar setahun sekali ini sekaligus bertujuan memotivasi dan menstimulasi tumbuhnya akhlakul karimah di kalangan umat Islam yang didasari rasa cinta kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, para aulia, ulama, para sesepuh, dan orang tua dalam amaliah sehari-hari.
50.000 nasi bungkus gratis yang disiapkan panitia pun langsung habis dibagikan untuk para jamaah. Sebagian besar nasi bungkus ini merupakan sumbangan dari warga se-Kecamatan Kota Demak. Acara agung ini dihadiri para habib dan ulama serta kiai dari Jawa Tengah dan DIY.

Kebetulan Haul bertepatan dengan bulan Sya’ban, di mana tradisi ruwahan dianggap oleh sebagian orang sebagai tradisi khas orang Jawa dan umat Islam tradisional di Nusantara. Meski ia bukan sepenuhnya tradisi khusus yang dimunculkan oleh orang-orang Islam Jawa, karena ia memiliki dasar pijakan yang berhubungan dengan ajaran Islam yaitu tradisi ‘bersih-bersih’ pada bulan Sya’ban.
Bersih-bersih dalam konteks ruwahan selain pembersihan diri dari kesalahan terhadap sesama, taubat atas segala kesalahan, juga diwujudkan dalam bentuk bersih-bersih makam, bebersih desa, nyadran, dan tradisi ruwatan untuk menghilangkan sukerto. Sedangkan ruwahan yang bersifat khusus dilakukan upacara haul untuk para ulama, kirim doa kepada arwah leluhur, dan berziarah ke makam keluarga. Tradisi haul, kirim doa, ziarah ke makam pada bulan Sya’ban bukan tradisi Jawa saja, sebab di Negeri Yaman pun dilakukan. Bahkan lebih jauh ke masa lampau lagi, pada bulan Sya’ban Rasulullah Saw pun pergi ke Uhud untuk menziarahi para syuhada terutama makam Sayidina Hamzah bin Abdul Munthalib, paman Rasulullah Saw. Kedatangan Rasulullah Saw ke Uhud pada bulan Sya’ban itulah yang diikuti para ulama untuk berziarah dan berkirim doa pada bulan Sya’ban.
Yuk ke Demak ^_^
#DutaWisataDemak
#BrandAmbassadorDemak
#BrandAmbassadorDemak
Komentar
Posting Komentar